13

3.2K 206 0
                                    

Sudah vote kan guys???

***

Pagi ini keadaan terlihat mendung, membuat matahari menyembunyikan dirinya di balik awan hitam yang telah siap membawa butiran-butiran air yang akan ia tumpahkan ke bumi.

Seperti biasa Lova telah bangun dan bersiap untuk menikmati harinya. Ia menghampiri Bella yang sedang sarapan di dapur, dirinya sesekali mengusap wajahnya ketika kantuk kembali menyerang. Tertidur hanya empat jam membuat dirinya dilanda rasa kantuk terus menerus.

“Pagi kak.” Sapanya saat mendapati Bella yang sedang asik memakan sereal dengan susu. Dirinya menatap pada sekotak sereal yang ada di atas meja.

“Pagi juga.” Balas Bella yang terus memakan sarapannya.

“Darimana sereal itu?" Tanya Lova pasalnya semalam saat ia mencari, tak ia temukan sereal itu selain dua bungkus roti yang ia habiskan semalam.

Bella mengangkat kepala menatap Lova, “Dari kamarku.” Jawabnya santai lalu kembali makan dengan tenang.

Lova diam tak menggubris lagi, ia mengambil mangkuk dan mengisinya dengan susu beserta sereal lalu mulai makan dengan tenang.

Keduanya sama-sama diam untuk waktu yang lama.

Keheningan di antara mereka membuat Lova kembali teringat pada keadaan Neall semalam. Dirinya masih terus terusik oleh pertanyaan-pertanyaan yang lalu lalang di otaknya.

“Semalam kau membawa Neall ke mari?” Tanya Bella sembari mengelap mulutnya. Ia telah selesai sarapan.

Lova meletakkan sendok di tangannya, ini semua pasti karena ulahnya yang tertawa terlalu keras semalam, sudah pasti Bella terganggu karena suara tawanya.

“Bagaimana kau bisa tahu?” Lova menyorot Bella dengan sengaja ia malah kembali bertanya.

“Suara tawamu sangat menggangguku. Dan parahnya, tetangga di sebelah itu tadi pagi-pagi sekali datang kemari dan menegurku karena suara tawamu yang seperti orang berorasi.” Bella melayangkan tatapan kesal pada Lova, namun Lova hanya tersenyum sembari menunjukkan wajahnya yang dibuat sepolos mungkin.

“Lalu? Kau menguping pasti 'kan?” Pancing Lova. Semoga saja Bella tak sampai dengar di mana Neall menceritakan tentang kedua orangtuanya.

Bella memutar bola matanya, “Aku tidak se-kurang kerjaan itu sampai menguping pembicaraan kalian, kasurku lebih menarik daripada obrolan kalian yang sangat membosankan.”

Lova menghembuskan napas lega, setidaknya dia tidak ingin ada orang selain dirinya yang tahu sisi kelam dari Daneall. Satu sisi dari dirinya mengatakan untuk menjaga rahasia itu. Dirinya merasa telah dipercayakan oleh Neall untuk menjaga satu kenyataan yang selama ini Neall sembunyikan, lalu bagaimana mungkin Lova tega membiarkan hal itu bocor ke orang lain?

Lova menggeleng menepis pokok-pokok pikiran yang berlalu-lalang di kepalanya. Dia merasa akhir-akhir ini Daneall sungguh memenuhi otaknya. Tapi ia juga merasa tidak mampu untuk mengenyahkan segala hal yang berkaitan dengan Daneall. Biarkanlah Daneall menguasai jalur transportasi di otaknya. Jika lelah ia pasti akan istirahat, dan pastinya akan kembali beroperasi lagi.

“Dasar tidak waras.” Cibir Bella yang mengamati gerak-gerik Lova. Adik sepupunya itu rupanya telah dibudakkan oleh cinta. Namun, apa iya Lova memiliki perasaan bernama cinta yang ditujukan kepada Daneall?

***

Lova mengetuk jarinya pelan tanpa irama yang jelas di atas meja yang ada di ruang tamu, sementara tubuhnya memilih berselonjoran di lantai dengan dagu yang ditopang meja kaca.

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang