57

840 43 3
                                    

Udah vote kan gais??

HALOOO
Kasih tanda kalo kamu baca part ini yaa


***







"Hei bangun, Velova!" Suara teriakan di luar pintu mengganggu pagi seorang gadis yang masih bergelut dengan alam mimpinya.

Velova membuka mata, ia mengecek ponselnya melihat jam yang kini telah menunjukkan pukul tujuh pagi.

"Bangun atau kutelepon, Mommy?!"

Oh shit! Ancaman yang dilontarkan Malvinoo berhasil membangunkan jiwa-jiwa Lova yang tadinya masih dipeluk rasa kantuk. "Aku sudah bangun, jangan berteriak!" Balas Lova. Gadis itu sedikit jengkel dengan aksi teriak dan gedor pintu yang dilakukan Malvinoo.

"Baiklah. Mandi dan keluar sarapan. Aku ada di dapur!" Teriak Malvinoo lagi.

Yap. Dari kemarin hingga menjelang pagi ini Lova bersembunyi di apartemen Malvinoo. Pengakuan dari Dax tentu saja menyakiti diri dan hatinya. Ia kecewa dengan Dax. Bukan hanya kecewa melainkan Ia menjadi was-was dengan keberadaan Dax saat ini. Lova takut jika Dax bertindak nekat, mengingat ekspresi terakhir yang ditampakkan oleh pria itu sangat mengerikan. Pria itu tampak seperti seekor singa yang ingin menerkam Lova sebagai mangsanya.

Lova belum menceritakan apapun kepada Malvinoo. Bahkan Ia belum bertatap muka langsung dengan saudara angkatnya itu. Kemarin ketika kabur dari Dax, Lova bingung akan bersembunyi di mana. Dengan wajah yang kacau karena menangis, Lova mengarahkan sopir taksi ke alamat apartemen Malvinoo. Lova merasa sedikit beruntung, karena dari semua anggota keluarga Icarus, dialah satu-satunya yang mengetahui alamat apartemen Malvinoo. Satu keberuntungan lainnya adalah Ia mengantongi password apartemen Malvinoo.

Kemarin gadis itu sempat menempelkan kertas di depan pintu kamar dengan tulisan 'Jangan panggil Aku sampai besok pagi!', dengan harapan Malvinoo tidak akan mengganggu acara bersedihnya kali ini. Dan berhasil. Malvinoo tidak mengganggunya hingga pagi.

"Lova! Kenapa dengan wajahmu?!" Pekik Malvinoo ketika mendapati keberadaan Lova dengan wajah yang tampak menyedihkan. Pria itu sedang menyiapkan sarapan ketika Lova keluar dari kamar.

Lova memberikan kode pada pria itu untuk diam. Malvinoo menurut, ia diam mengamati Lova selagi gadis itu memakan sarapannya. Menurutnya, membiarkan Lova tenang akan lebih baik daripada bertanya di waktu yang kurang tepat.

"Aku ingin meminta bantuanmu," Ujar Lova setelah menghabiskan seporsi nasi goreng.

"Aku akan membantumu, tapi tolong jawab pertanyaanku. Apa lagi yang kau tangiskan kali ini? Jangan bilang alasanmu menangis adalah Daneall?"

"Bukan," Gadis itu menggeleng.

"Lalu?"

Lova menyibakkan rambutnya lalu menyelipkan beberapa raut yang menganggu ke belakang telinga. "Dax, dia belum berubah," Ucap Lova lirih.

Malvinoo tak bersuara. Ia hanya mampu berdiri dan mendekap Lova. Pria itu tentu tahu jika hal ini akan terjadi. Ia menyesal, seharusnya dari dulu dia memberitahu Lova jika Dax belum sembuh.

***

Dua orang berbeda jenis kelamin berjalan beriringan di Ninoy Aquino International Airport, Manila. Tampak si lelaki menggenggam erat tangan si perempuan, begitu pula sebaliknya. Keduanya tampak serasi memberi kemistri bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang diidamkan oleh banyak khalayak. Kacamata hitam yang dikenakan oleh masing-masing dari mereka menambah kesan misterius serta berkelas.

Daneall semakin mengeratkan tautan jari mereka ketika beberapa orang secara terang-terangan berbisik dengan pandangan yang tak lepas dari keduanya.

"Napakaperpekto nilang tingnan!" (Mereka terlihat sangat cocok!)

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang