Welcome back guys 🌻
Udah vote kan??
***
Dengan hanya diobati Lova, kini Neall tengah beristirahat, dalam artian bukan tidur seperti seharusnya, namun Daneall hanya beristirahat dengan berbaring menonton tv dan menguyah pelan camilan.
Sesekali ia melirik Lova yang duduk di sofa lain sebelah kanannya, gadis itu tampak memikirkan sesuatu dengan kerutan-kerutan halus yang terus bertaut di keningnya.
“Memikirkan apa huh?” Daneall memasukkan kembali camilan ke dalam mulutnya, mengunyah dengan santai sembari menunggu jawaban dari Lova.
“Tidak ada.” Ucap Lova seadanya tanpa berniat menatap Daneall. Ia masih berperang dengan isi kepalanya.
“Kau bukan pembohong yang baik. Jadi, jujurlah.” Sahut Daneall. Ia memperbaiki posisi tidurnya dengan sangat pelan, salah sedikit tubuhnya bisa semakin remuk. Pukulan yang diterimanya beberapa saat lalu hampir mampu melumpuhkan sendi dan tulang-tulangnya.
Gadis itu tampak tak bergeming. Memilih diam tak ingin menyahuti ucapan Daneall lagi.
“Huh.” Daneall bangkit dari tidurnya dalam gerakan yang sangat amat pelan, berhati-hati penuh mengangkat tubuhnya agar bisa bangkit dari sofa tanpa menambah nyeri pada sekujur tubuhnya.
Gadis bermata teduh itu tak kunjung menatapnya walau kini Daneall telah bersimpuh di hadapannya. Lova lebih ingin berbicara sendiri dengan akalnya daripada pada Daneall.
“Hei, ceritakan.” Terdengar seperti sebuah tawaran namun itu lebih terkesan sebuah perintah. Daneall lebih suka hal yang spontan.
Lova mengerjap beberapa kali, lalu mengusap wajahnya. Ia berdiri dari duduknya dan mengambil kotak obat yang tergeletak di atas meja, membawanya kembali pada tempat semula.
Neall berdecak, “Aku ditinggal.” Ucapnya dramatis. Sejurus kemudian ia bergerak dengan hati-hati lagi untuk berdiri.
Satu langkah, dua langkah, hingga mencapai enam langkah Ia lalui dengan tertatih. Kali ini Daneall bersumpah akan membalaskan perbuatan King Eagle.
Sialan! Brengsek! Tulangku patah!
Neall hanya mampu memaki dalam hati. Menahan amarahnya, meredam dalam diam. Mungkin ia akan membutuhkan seorang spesialis ortopedi nanti.
“Ck, keras kepala.” Sahut Lova, Ia memapah pelan Daneall, membawa laki-laki itu dengan paksaan.
“Aku tidak ingin tidur Lova.” Tolak Neall walaupun ia tahu dirinya tidak dapat berbuat apa-apa disaat tubuhnya yang seperti robot dipapah paksa oleh Lova menuju ke kamar.
“Apa kau lupa apa yang aku katakan tadi? Aku menyuruhmu untuk beristirahat bukan melakukan gerak jalan.”
“Tulangmu itu hampir patah jika kau lupa.”
Gadis itu tak henti mengoceh hingga sampai di kamar tidurnya, sementara Neall hanya diam tak ingin menyahut. Malam ini biarkan Daneall tidur di sana, ia akan menumpang di kamar Bella.
***
“Sepertinya suara itu tidak asing.” Lova masih menimbang-nimbang suatu hal yang mengganggunya sedari tadi. Tentang pemilik suara dari pria yang berhelm hitam putih tadi.
Sudah dari sejam yang lalu ia terdiam sendiri di ruang tamu, menunggu kedatangan Bella. Sepupunya itu belakangan ini sedikit sulit ditemui Lova.
“Hei, sedang apa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLIVAGANT (END)
Teen FictionIni cerita tentang seorang pembunuh bayaran dengan sejuta kisah kelam serta kehidupan gelapnya yang jatuh cinta dengan gadis pertukaran pelajar. Awal pertemuan sungguh tak terduga, hingga akhirnya ia memutuskan untuk memiliki gadis itu setelah perte...