12 MAHAR PERNIKAHAN

64.8K 6K 282
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KakRose di sini 😍😘

Alhamdulillah hari ini double update, atas izin Allah, dan antusias kalian pada cerita ini.

Selamat membaca 😘

"Tuan Bara, kami diperintahkan untuk membawa tuan pulang ke rumah besar. Kami harap Tuan muda menimbang kembali keputusannya."

Bara menatap nyalang. "Gue udah bilang, gue nggak mau!" Bara hendak menutup sebelah pihak sambungan telepon, tapi terhenti.

"Dan ingat, jangan panggil gue Tuan Muda. Gue bukan anak majikan lo semua!"

Tut...

Sambungan terputus sebelah pihak.

Diana yang berada di luar kamar Bara, ia mendengar percakapan antara anaknya dan anak buah mantan suaminya.

Diana tersenyum miris. Perlahan dia membuka pintu kamar Bara, tentu dengan mengetuknya terlebih dahulu.

"Boleh mama masuk, Nak?"

"Masuk aja, Ma." Raut garang Bara yang sangat kentara tadinya, kini berubah redup.

"Nak, janganlah seperti ini. Biar bagaimanapun dia adalah papa kamu." Diana berusaha bangkit dari kursi roda dan duduk di atas ranjang tepat di sebalah Bara.

Diana mengelus dengan penuh kasih sayang rambut Bara. Sebagai seorang ibu, Diana tahu, setiap masalah yang dihadapi oleh Bara. Seberat apa masalah yang menimpanya.

"Besok kamu menikah, undang papa ya, Nak."

Tanpa pikir panjang, Bara menggelengkan kepalanya cepat. "Jangan harap!"

Diana mengangguk mengerti. Ia mencoba memahami.

"Setidaknya kabari saja, mengatakan bahwa besok kamu mau menikah."

"Udah, Ma. Cukup. Bara tidak akan pernah melakukan itu!"

                          🕌🕌🕌

Allah tau batas kemampuan hamba-Nya, sehingga tidak akan menguji diluar kemampuan hamba-Nya. Ujian, dan masalah adalah bagian dari hidup. Namun, tetap Allah tempat meminta petunjuk.

Aina bersujud di atas sajadah, dengan iringan isakan air mata. Dadanya terasa begitu sesak, menghantam. Raganya ber gemetar, bergema meminta pertolongan. Hatinya seperti teriris akan sembilu, yang menimbulkan rasa yang amat perih.

Mulut Aina mengucap lirih asma Allah berulang kali, berharap dapat meredakan apa yang ia rasakan saat ini. Tangis pilunya makin pecah di kesunyian malam ini.

"Ya Allah... ya Allah... ya Allah." Berulang kali Aina mengucapkan itu. Beberapa menit kemudian, Aina bangun dari sujudnya dengan isakan yang masih terdengar.

Aina rapuh. Ia hancur, dan lebur dengan kenyataan yang terpampang nyata. Besok, mau tidak mau, siap tidak siap, ia harus menikah dengan laki-laki ayah dari janin yang ia kandung.

Aina menatap kosong ke depan, dengan pikiran yang bersimpang siur. Namun, ia mengalihkan atensinya, saat handphone yang berada tidak jauh darinya berdering. Dengan tertatih gadis itu meraih benda pipih.

Dahi Aina berkerut, karena di layar ponselnya tertera tulisan, 'nomor tidak dikenal'. Jari lentiknya menggeser layar ponsel, lalu meletakkan benda itu pada telinga kirinya.

"Lo suka cincin yang kek gimana?" tanya tiba-tiba suara berat laki-laki di seberang sana.

Aina menjauhkan ponselnya dari telinga. Ia tidak salah dengar, itu adalah suara Bara. Dari mana Bara mendapatkan nomornya?

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang