Histeris, ya satu kata itu mampu menggambarkan situasi yang tengah terjadi di ruang yang selama ini digunakan Ragas menyambung hidup ditemani dengan alat-alat medis yang tak bisa lepas darinya. Namun, kini semua benda yang menempel di tubuhnya sudah tidak ada lagi hanya meninggalkan tubuh pucat dan kaku.
"Abangg aaggrttt! Astaghfirullah ya Allah, hiks bangunnn!!" Aina berteriak didiringi dengan isakan pilu. Sungguh sesak di dadanya semakin terasa kentara. Ia memeluk tubuh dingin Ragas yang terbaring dengan ditutupi kain.
Di sini sudah ada keluarga Besar Aina yang ikut berduka, bahkan juga histeris. Jangan tanyakan bagaimana keadaan Aulia, karena ia sudah dibawa ke kamarnya ibu dari Ragas itu pingsan.
"Jangan ninggalin Aina. Hiks... Agas kan belum tau kalo abang bakalan jadi paman. Kenapa tidak sabaran banget sih perginya, tinggal nunggu beberapa minggu doang." Aina mendumel, ia berbisik di telinga Ragas. Walaupun tau laki-laki itu tidak akan mendengarnya.
Para anggota Aodra tengah berada di ruang utama masion itu, ada juga beberapa yang berada di halaman depan. Tidak bisa dipungkiri, mereka begitu terpuruk dan terpukul dengan kabar yang mereka dapat beberapa waktu lalu.
Ragas orang yang tegas, namun juga begitu terkesan di hati para anggota. Karena tanpa seorang Ragas mungkin saat ini mereka bukanlah siapa-siapa.
Tidak sedikit dari anggota Aodra yang sampai pingsan, nangis histeris. Namun ada juga yang berpura-pura cool seakan tegar, walau hatinya porak-poranda.
Pemakaman akan dilakukan beberapa jam lagi, karena semua masih disiapkan.
"Aggrrr, gue nggak akan maafin Tigerr karena mereka kini tiang Aodra runtuh," lirih Vindo. Perlu diingat jika dia adalah salah satu anggota inti Aodra.
Genta, Arga, Dion, Vindo, tentulah mereka yang sangat terpuruk diantara anggota Aodra yang lain. Karena mereka adalah sahabat paling dekat Ragas. Tapi mungkin selain Dion.
Dion duduk di salah satu sofa mewah, ia sedikit memisah dari kerumunan karena dia ingin santai sambil merokok, menyaksikan seakan menjadi pengamat.
"Kira-kira siapa yang akan jadi leader Aodra?" Dion tersenyum sinis. Di otaknya sudah begitu banyak pemikiran yang tidak baik bersarang. Dia sudah merancang dengan begitu lancarnya.
"Ragas... Ragas, udah lama gue nunggu lo pegi. Akhirnya, bisa dengar kabar gembira ini juga." Dion berucap dengan sangat pelan, agar tidak ada yang mendengarnya.
Di luar perkarangan kediaman keluarga Ragas, ada beberapa anggota Tiger actually hanya ada Evans dan juga Daniel. Mereka di sini bertujuan untuk menyelinap masuk, karena anggota Tiger tidak ada yang boleh menghadiri rumah duka karena penjagaan yang begitu ketat anggota Aodra.
Mereka berdua masih bertengger. "Kalo kek gini, konflik antara Aodra sama Tiger bakal lebih parah," komen Daniel. Evans mengangguk mengiyakan.
"Bara harus cepat menyelesaikan misi ini, gue nggak mau Tiger hancur," tambah Daniel.
Tidak bisa dipungkiri, jika Aodra benar-benar menyerang mereka mungkin Tiger bakal hancur. Benar-benar tidak ada harapan. Namun entah kenapa, selama ini mereka berseteru Aodra tidak pernah benar-benar menyerang mereka.
Anggota Tiger selalu berpikir jika alasan Aodra tidak pernah menyerang mereka itu karena Ragas masih hidup. Namun, kini bagaimana nasib mereka.
"Don't worry, gue percaya Bara."
Yang selama ini ada di otak anak Tiger, Aodra bermusuhan dengan mereka karena perebutan wilayah. Apalagi, Tiger juga jengkel dengan Aodra.
Setiap ada acara balapan liar, selalu anggota Aodra ikut campur. Dengan sekali jentikan, balapan itu bisa berhenti beroperasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap)
RandomGadis bercadar, hafizah al-quran, taat agama, dinyatakan hamil di luar ikatan pernikahan. Saat masih kelas XI masa berseragam putih abu-abu. ~~~~×××~~~~ Tidak ada yang tau, kenapa gadis itu selalu menggunakan jaket, ketika ia kel...