18. MATA YANG TERNODAI

67.6K 5.9K 110
                                    

"Namanya adalah... Ah gue lupa," kata Bara. Dia hanya berniat bercanda. Suasana tadi cukup menegangkan setelah ia mengatakan tentang kenyataan.

"Eh, lo suami yang tidak berkesuamian. Mana ada orang yang lupa ama nama istrinya sendiri?!" tanya Arya.

Bara angkat bahu. "Ya ada, contohnya gue."

Seringan itu jawaban Bara, setelahnya teman-temannya menodongkan banyak pertanyaan yang hanya di balas dengan kebisuan Bara.

Bara hanya tidak ingin Aina terpublikasikan, karena Andra sendiri menjauhkan anak gadisnya dari dunia geng motor, atau hal yang semacamnya.

Bara tidak langsung pulang ke rumah, maupun ke rumah istrinya. Ia lebih memilih untuk singgah di sebuah bengkel, tempat dirinya berkerja menyambung hidup bersama teman-teman Tiger lainnya. Nama bengkel itu adalah Tiger. Bengkel ini sengaja dibangun oleh Andra agar anak-anak geng Tiger bisa mandiri menghasilkan uang, tanpa perlu minta dulu kepada orang tua mereka.

Bara tidak diizinkan langsung berkerja, karena saat ini ia duduk diruang istirahat. Remaja itu membersihkan lukanya secara mandiri. Padahal tadi, teman-temannya sudah menawarkan untuk Bara dibawa ke rumah sakit saja, tapi Bara menolak halus.

"Bar, sekarang lo tinggal di rumah siapa? Masih dikontrakan atau dirumah bang Andra?" tanya Raphael. Ia duduk tidak jauh dari Bara.

Bara mendongak, melihat ke arah teman-temannya. "Tadi malam nginep di rumah bang Andra."

"Trus setelah ini?" tanya Evans.

Bara angkat bahu. "Gue akan pulang ke kontrakan," jawabannya.

"Bawa istri lo?" tanya Daniel.

Bara menggeleng. "Ngga lah!" Mana mungkin ia membawa Aina tinggal bersamanya, di kontrakan pula. Tidak, di sana hanya ada dua kamar, yaitu kamarnya dan Diana. Jika Aina tinggal dengannya, mau tidur dimana, dikamarnya? Seranjang gitu?

Dugh..

"Awshh." Bara meringis, saat lukanya yang belum kering terkena timpukan bantal sofa. Bara menatap orang yang melemparnya dengan tatapan tajam, dan ternyata ini ulah si Arya.

"Mau mati lo?" tanya dingin Bara pada Arya.

"Lu kali yang mau mati. Ada-ada aja, masa istri nggak dibawa pulang. Bisa ngamuk bang Andra kalo tau," balas Arya merasa tidak bersalah sama sekali.

Benar apa yang dikatakan Arya. Bara jadi teringat dengan bisikan Andra tadi, tentang membahagiakan Aina. Bagaimana mungkin bahagia, mereka saja menikah karena terpaksa bukan karena cinta. Lagipula Bara selalu dibuat kesal jika bersama dengan gadis bercadar bernama Aina itu.

Mengingat akan istrinya, Bara tiba-tiba saja teringat akan sesuatu. Segera Bara meraih ponsel yang berada dalam saku celana seragamnya. Ini sudah dua jam bel pulang sekolah. Apa Aina sudah sampai dirumah, atau belum? Bara juga memiliki banyak gengsi, untuk menghubungi gadis itu. Bara sudah mengatakan pada supir Aina tadi pagi agar tidak menjemput Aina.

Bara mengutak-atik ponselnya. Ia tengah mengetik sesuatu.

Bara.
Roy, sekarang lo pergi ke sekolah gue. Tapi dengan syarat lo bawa angkot, jangan mobil yang lain. Jangan pergi sendirian, ajak seorang perempuan.

Bara.
Bawa gadis bercadar pulang ke rumah bang Andra.

Roy (bodyguard)
Siap tuan.

Setelah urusannya selesai, Bara kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Sepertinya gue tinggal tiga hari, perkerjaan makin numpuk," kata Bara. Ia berdiri dari duduknya.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang