37. MUSUH DALAM SELIMUT

47.2K 5.2K 451
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Maaf bangetttt! Bagian ini agak sedikit gimana gituh.

Btw, bayar dulu sebelum baca! Bayar dengan vote!

Masjid kota, kini sangat ramai dihadiri oleh para pemudi untuk bertujuan menambah ilmu agama mereka. Pada malam hari ini, ada kajian yang diadakan di sana. Dihadiri oleh seorang pemuda aktivis dakwah islam, uniknya dia masih berusia remaja.

Astrid juga ikut menghadiri acara itu, tirai antar akhwat dan ikhwan dibuka, guna untuk lebih menyimak materi yang disampaikan. Acara telah dimulai beberapa menit lalu, setelah sholat magrib.

"Kepada ustadz Husein dipersilahkan untuk menempati mimbar yang telah disediakan," imbuh seorang pembawa acara malam ini.

Ya benar, Husein yang mengisi kajian malam ini. Hal itu adalah sebuah rutinitasnya setiap pekan, satu sampai tiga kali seminggu dia akan diundang untuk memberikan sirah ilmu di masjid yang berbeda-beda.

Husein mengambil langkah untuk beranjak ke arah mimbar.

Di salah-satu sudut, di antara banyaknya kerumunan akhwat, ada Astrid. Gadis itu tersenyum cerah, saat mendapati tubuh tegap Husein di atas mimbar.

"Aduh jantung gue," gumam Astrid. Gadis itu meletakkan telapak tangannya di dada, merasakan sensasi jantungnya yang berpacu cepat.

"Bissmillahirahmanirahim, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam Husein yang diseru kembali para hadirin. Husein mulai mengucapkan beberapa kata pembukaan sebelum masuk ke materi.

"Anak milenial, bagaimana menjadi anak milenial islam yang kreatif dan bermanfaat bagi masyarakat tentunya. Nah, malam ini saya akan membahas beberapa hal yang harus diketahui untuk menjadi anak milenial islam keren–" Husein begitu lugas menyampaikan pidatonya, yang disaksikan ratusan remaja.

"Sayang sekali, millenial jaman sekarang banyak sekali yang menyia-nyiakan masa mudanya. Contoh, pasti banyak dari kita yang menjadi langganan kasur. Benar bukan?!" Ucapan Husein dibalas seruan hadirin yang merasa tersindir, mereka membetulkan itu.

"Apa itu langganan kasur, Kak? Mungkin ada yang bertanya kek gitu, langganan kasur itu kaum rebahan, sambil bermain sosial media setiap waktu. Bagus kalo hal yang dilakukan di medsos itu bermanfaat, masalahnya banyak yang memanfaatkan medsos dengan hal yang tidak berguna–"

"Contohnya, joget-joget tidak jelas di medsos. Memperlihatkan lengkuk tubuh mereka. Sadarlah, itu sangat mengundang syahwat lawan jenis, brothers!"

Husein juga sangat pandai membuat, orang-orang di sana tertarik untuk mendengar materinya.

"Dampak buruk kaum rebahan, kita jadi males. Males ibadah, males makan. Bahkan brothers, males mandi. Jika tidak keluar, maka akan sangat jarang mandi."

Husein berpidato dalam waktu setengah jam, namun bagi hadirin itu waktu yang sangat sebentar. Kini, Husein mengucapkan kata penutup undur diri.

Acara dilanjutkan dengan yang lainnya. Sampai jam sholat isya menghentikan acara.

Selesai sholat isya, orang-orang mulai meninggalkan masjid. Itu juga berlaku untuk Astrid dan juga Husein.

"Mana ya sepatu gue," ucap Astrid, ia mengedarkan pandangan. Setelah mendapatkan yang ia cari, dia mulai memakainya.

Setelah siap, Astrid berdiri. Gadis itu mengedarkan pandangan ke arah pintu keluar untuk laki-laki. Senyum merekah di bibirnya, saat melihat figur Husein di sana.

"Kak Husein!" panggil Astrid. Gadis itu berlari ke arah Husein.

Merasa namanya dipanggil, Husein menoleh ke sumber suara. "Loh, Astrid."

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang