"Ckckck, udah berapa kali gue bilang. Bersikap biasa aja ama gue, jangan terlalu berlebihan seperti ini," ujar Aina dengan nada sangat bersahabat. Gadis itu bersedekap dada.
Di sepanjang langkahnya menuju pintu utama, di sekelilingnya disambut orang-orang yang menunduk hormat. Walaupun Aina memiliki jabatan tertinggi di sini, namun dia juga sedikit risih dengan perlakuan mereka.
"Selamat datang Queen, lama tidak berjumpa dengan Anda," ujar seorang pemuda yang berdiri tidak jauh dari Aina.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam Aina semua orang menyerukan kembali dengan menjawab salam gadis itu.
Aina mengedarkan pandangannya, sedikit tersenyum simpul di balik cadarnya. Bisa ia lihat, bagaimana wajah tegang di sekitarnya.
"Satuy saja, gue ke sini ngga bawa bom kok." Aina mengangkat tangannya setengah ke udara, guna menyakinkan dia memang tidak membawa senjata berbahaya.
Ya begitulah Queen mereka, bahkan mereka pertama kali tahu sampai sekarang masih tidak percaya dipimpin oleh wanita bercadar dengan akhlak yang sangat teladan. Namun, justru itu menambah nilai plusnya, apalagi selama ini Aina memimpin dengan bijak, adil dan sangat memperdulikan orang-orang yang ada di bawah naungan Aodra.
Sebenarnya, Aodra tidak bisa dikatakan sebuah geng seperti pada umumnya yang hobi membuat ulah. Nyatanya, mereka adalah komunitas yang sangat berguna untuk masyarakat setempat dan bahkan untuk negara.
Geng sekaligus organisasi berkelas.
Mendengar tidak ada lagi suara bising dari luar, anggota-anggota yang masih berlindung di dalam markas, kini mereka memutuskan untuk melangkah ke luar melihat apa yang terjadi.
"Queen," ujar Dion sedikit terperangah tidak percaya dengan apa yang ia lihat setelah beberapa saat menginjakkan kaki di luar markas.
"Ouh Hai, Dion. Assalamu'alaikum," salam Aina. Gadis itu juga melambaikan tangannya.
Dion yang diperlakukan seperti itu, ia hanya mematung di ambang pintu. Untunglah, pintu itu lebar dan tinggi hingga tidak menghalangi jalan yang lain.
Arga, Genta dan Vindo mendekat. Vindo merentangkan kedua tangannya, siap untuk merangkul tubuh Aina dalam pelukannya.
"Queen, i'm so miss you!" teriak Vindo. Aina yang melihat Vindo berlari ke arahnya, dengan cepat menghindar sehingga pemuda itu hanya memeluk angin.
"Kita bukan mahram, jaga sikap lo," ujar Aina. Gadis itu menyilangkan tangannya di depan dada. "Sepertinya, beberapa bulan gue nggak ke sini, sikap lo makin nggak bisa dikontrol. Ckckck."
Vindo menampilkan deret giginya hingga terlihatlah gingsulnya yang membuat senyumnya begitu manis. Pemuda itu menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Hehehe, sorry sorry, tadi kelepasan. Habisnya, gue seneng banget lo ke sini," tutur Vindo.
Aina menaikan sebelah alisnya. "Atau jangan-jangan, lo udah sering peluk-peluk gadis-gadis yang ada di sini ya?" todong Aina.
Dengan cepat Vindo menggeleng. "Ngga kok. Suer deh." Pemuda itu membentuk huruf V dengan jari telunjuk dan tengahnya.
"Lo sering sentuh mereka, kan?" Aina mencurigai dengan bidik mata yang tajam tidak terlepas dari Vindo, membuat pemuda itu kikuk.
"Kan nggak sengaja," cicit Vindo.
"Tuh kan, Vindo, lo seharusnya bisa jaga jarak dong dengan yang bukan mahram. Ingat ya, lebih baik tangan lo menyentuh besi yang sangat panas dibanding nyetuh lawan jenis yang bukan mahram," peringat Aina. Penuturannya terdengar oleh anggota-anggota sekitar. Terkadang, mereka akan mendapatkan ceramah kuota VVIP dari Aina saat mereka membuat kesalahan yang menyalahi praturan agama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap)
RandomGadis bercadar, hafizah al-quran, taat agama, dinyatakan hamil di luar ikatan pernikahan. Saat masih kelas XI masa berseragam putih abu-abu. ~~~~×××~~~~ Tidak ada yang tau, kenapa gadis itu selalu menggunakan jaket, ketika ia kel...