24. PENUH ADEGAN KEJUTAN

53.4K 5.3K 112
                                    

Astrid masih terpaku di tempatnya, ia cukup dibuat terkejut karena tiba-tiba saja Aina berdiri dan berlari menghampiri Bara, suami sahabatnya itu. Mata Astrid tambah membola, saat Aina dengan tampang tak berdosa duduk di pangkuan Bara.

Aina duduk di pangkuan Bara, dengan wajah ia tenggelamkan di dada bidang milik suaminya itu.

Tidak tahu apa yang terjadi padanya, Bara merasa desiran hangat darah menyengat raganya. Jantung pemuda itu bertalu dengan begitu kencang, hingga bisa didengar oleh Aina.

Aina sendiri tidak memperdulikan sekitar, ia hanya fokus menetralisir rasa mual yang bergejolak di perutnya.

Dengan susah payah Bara menelan salivanya, terbukti dari pergerakan jakunnya.

"Ap-pa yang lo lakuin?" tanya Bara lirih. Entahlah, rasanya bentakan enggan keluar dari bibirnya, walaupun di dalam hati ia mencaci maki Aina.

"Biarkan seperti ini," gumam Aina pelan. Dia memejamkan mata, menikmati harum maskulin dari tubuh Bara.

Bara memejamkan matanya sebentar, lalu mengedarkan pandangan sekeliling. Banyak sekali murid-murid yang mengelilingi Bara, Aina dan teman-temannya. Hampir semua dari mereka mengangkat kamera dengan flahs menyilaukan mata.

"Huaaa... aku kok baper!"

"Ya Tuhan, kenapa kau memberikan pemandangan seperti ini pada jomblowati seperti hamba."

"Ya Allah, kenapa Kak Aina menjadi tidak tahu malu seperti itu. Bukannya dia gadis alim ya?"

"Idih, najis amat tu cewek. Murahan, masa wanita bercadar main peluk-peluk cowok gitu aja."

"Iya tuh, ngga tau muka banget."

Cibiran itu tidak sampai di situ, masih berlanjut bahkan menusuk tajam ke telinga Bara, Aina dan teman-temannya.

Arya yang notabenenya suka bercanda dan mudah terpancing emosi. Pemuda itu mendengus.

"Heh lo ngapain duduk di pangkuan bebeb gue! Minggir lo!" Aza yang tadinya terlalu di tempat kini maju, berada dekat dengan Bara dan Aina.

"Minggir nggak lo!!" Aza berusaha keras menarik tangan Aina agar tubuh gadis itu berdiri dari pangkuan Bara.

"Gue nggak sudih, bebeb gue disentuh ama orang kek lo!" maki Aza menggebu-gebu. Dadanya kembang-kempis karena Aina dan Bara seolah tidak menghiraukannya.

"Bara, lo usir dong cewek kampungan ini dari sini!" titah Aza matanya tertuju pada Bara. Namun, sang empu lagi-lagi menghiraukannya.

Aza tidak putus asa, walaupun kini bisik-bisik mulai tertuju padanya. Banyak yang mengujarkan kalimat jijik, kasihan, dan kebencian pada dirinya.

Aza mulai bergelayut manja di lengan Bara, ia berusaha menyingkirkan Aina agar ia bisa duduk di pangkuan Bara.

"Minggir lo!" kesal Aza. Ia membentak dengan tidak berperasaan, mendorong kepala Aina agar tidak melekat di dada Bara.

Melihat hal itu, Bara tidak tinggal diam. Tindakan Bara beberapa saat kemudian membuat semua orang terbelalak kaget.

Bara membalaskan sikap Aza terhadap istrinya, dengan mendorong kasar tubuh Aza dengan sebelah tangannya. Tenaga yang digunakan Bara cukup kuat, hingga membuat Aza terjungkal ke lantai.

Aza mendarat mulus di lantai, terjungkal dengan tidak apiknya. Membuat wajahnya memerah menahan amarah, dia merasa dipermalukan di depan umum.

"Kuman menyebalkan," gumam Rafael.

Brakkk...

Arya menggebrak meja dengan begitu kasarnya, membuat sekitarnya terlonjak kaget. Tak ayal, teman-temannya juga bereaksi sama.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang