25. AUNTY AMIRA

52.5K 5.3K 113
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ini adalah part tergaje yang aku tulis 😭 moga nyambung. Hiks.

Brakkk....

Murid-murid dan dokter yang mendapat tugas jaga hari ini di UKS, mereka semua mendapat keterkejutan saat tiba-tiba ada seseorang yang mendobrak pintu dengan kasar.

Mereka semua sontak menoleh ke arah pintu, bisa mereka lihat seorang laki-laki berdiri gagah di sana dengan seorang gadis bercadar dalam gendongannya.

"Apa ada yang bisa dibantu Kak?" tanya salah satu anak PMR. Dia menghampiri Bara dengan sedikit ragu.

"Kebanyakan basa-basi, lo nggak punya mata?" dengus Bara. Sudah jelas dia ke sini membawa Aina yang tidak tahu mengapa, dan mereka bertanya ada yang bisa dibantu?

Bara hanya menatap datar ke arah gadis yang berjalan mendekat, pemuda itu kembali membawa langkah ke arah brankar yang tersedia di tengah ruangan.

Bara meletakkan pelan-pelan tubuh mungil Aina di sana. Dia tidak ingin ada kesalahan, jika dia menaruhnya dengan kasar makan akan mempengaruhi janinnya, pikir Bara.

Dokter yang berjaga menghampiri Bara dan Aina. Dokter itu memperhatikan tubuh seorang gadis yang berbaring di atas brankar.

"Mengapa dia bisa seperti ini?" tanya dokter itu.

Bara mengedikkan bahu. "Mana gue tau, kalo gue tau ngapain gue bawa dia ke sini," ketusnya.

Pikir Bara, salah dokternya juga masih banyak tanya bukannya langsung diperiksa.

Dokter itu hanya menggelengkan pelan, lalu tersenyum tipis. Ia mencoba maklum. Tidak ingin ambil pusing, ia langsung beralih untuk menangani pasien.

"Saya bertanya untuk keperluan mendiagnosa," ucap dokter itu. Tangannya begitu cekatan menempelkan stetoskop di beberapa bagian tubuh Aina.

Bara hanya memperhatikan, dia berada tepat di samping brankar. Secara naluriah, sedari tadi tangan Bara tidak lepas dari menggenggam tangan Aina, dan mengusap pelan. Bara sendiri tidak tahu apa kegunaan itu.

"Apa yang sebelumnya dia makan?" tanya dokter itu lagi, kali ini dengan hati-hati takut Bara akan menjawabnya dengan sarkas.

"Nasi," jawab Bara.

Dokter itu tersenyum kecut, tidak salah juga dengan jawaban Bara. Dia beralih memeriksa denyut nadi yang ada di pergelangan tangan Aina.

Dokter itu memandang curiga ke arah Bara, karena saat dia memeriksa denyut nadi Aina ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Bara membalas tatapan dokter yang dari tag namenya bernama Mira itu dengan malas, Bara sudah bisa menduga, pasti dokter di hadapannya ini sudah tahu jika Aina tengah hamil.

Mira menatap para petugas PMR tiga orang yang masih setia berdiri di sekeliling brankar.

Mira tersenyum tipis, saat ini dia merasa serba salah. Dia butuh diagnosa lebih lanjut, tapi di sini ada beberapa orang lain.

"Hm, bisakah kalian keluar terlebih dahulu," pinta Mira pada adek-adek PMR.

Walaupun dengan keadaan bingung, mereka bertiga tetap melaksanakan permintaan dari buk dokter.

Sekarang di dalam ruangan UKS hanya tinggal Bara, Aina dan dokter Mira. Suana di dalamnya sangat hening, karena Bara masih fokus menatap Aina yang memejamkan mata.

Mira hanya memperhatikan dengan perasaan campur aduk ke arah Bara, dia tahu jika pemuda di hadapannya saat ini tengah khawatir pada gadis bercadar di atas brankar.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang