6. HUKUMAN BERSAMA BARA

63.1K 5.6K 42
                                    

Dua bulan sudah berlalu, kehidupan Aina sudah kembali seperti semua, seperti melakukan rutinitas sekolah, ke kajian, dan lain-lain. Walaupun dua minggu setelah kejadian malam itu terasa begitu berat dijalani oleh Aina.

Aina memutuskan untuk merahasiakan kejadian itu dari semua orang, dan mencoba untuk ikhlas. Pada kenyataannya, hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Saat ia harus melawan rasa penyesalan, dan menelan rasa kekecewaan.

Selama dua bulan ini, Aina tidak pernah lagi bertemu batang hidung Bara di hadapannya. Selama itu dirinya akan aman.

"Aina, kamu dipanggil sama kak Husein ke masjid." Suara itu berhasil membuat Aina mendongak dari yang menenggelamkan wajahnya pada ceruk tangannya, menjadi tegak.

Aina refleks menepuk jidatnya. "Ya Allah, Aina lupa." Seharusnya jam istirahat sekarang ia harus menemui Husein-sebagai ketua Rohis dan Aina sebagai sekretaris Rohis.

"Billa, kita ke sana sama-sama aja ya," tawar Aina, temannya yang bernama Billa itu mengangguk. Billa adalah salah satu anggota Rohis. Sebagai anak sosial, Aina memiliki begitu banyak teman pergaulan.

🕊🕊🕊

Suasana damai masjid, begitu menyejukkan hati orang yang berteduh di dalamnya. Aina baru saja menginjakkan kaki di sana. Dia sudah ditanti sang ketua Rohis.

Aina mendapati Husein sedang membaca Al-Quran, suaranya begitu merdu melantunkan kalam Allah. Jantung Aina berpacu hebat, keringat tiba-tiba timbul pada permukaan pori-pori-nya.

Jika di film kartun, pasti di mata Aina sudah tergambar bentuk love yang bermekaran. Ya, Aina sudah lama memendam rasa suka terhadap Husein. Laki-laki itu berhasil membuat Aina terpesona dengan keimanan dan akhlaknya yang mulia. Aina jatuh cinta karena agamanya yang luarbiasa.

Segera Aina mengalihkan pandangannya dan mengucapkan istighfar. Aina menoleh ke arah Nilla di sebelahnya. "Bil, kamu nggak apa-apa ya nemenin aku?"

"Iya nggak pa-pa kok, Na. Kan kita nggak boleh berduaan dengan yang bukan mahram." Billa terdengar bijak saat mengatakannya. Aina mengangguk.

"Udah ada di sini?" Suara berat maskulin itu, membuat Aina dan Billa menoleh ke sumber suara, itu adalah suara Husein yang baru selesai membaca Al-Quran.

Aina dan Billa mengangguk.

"Maaf ya saya meminta bertemu di sini. Saya mau memastikan tentang proposal yang akan kita rapatkan sehabis sekolah, apa sudah siap?" tanya Husein to the poin. Ia hanya tidak ingin berlama-lama dengan yang bukan mahram, takut menimbulkan fitnah. Untungnya Aina membawa temannya, jadinya mereka tidak berduaan saja. Karena memang di masjid sedang sepi, ini bukan waktu jadwal sholat.

Untungnya Aina sudah menebak apa yang akan di bicara Husein, jadinya dia sudah mempersiapkan yang dibutuhkan.

Aina menyodorkan proposal yang di maksud. "Sudah ana siapkan, seperti yang di perintahkan kemarin."

Husein menerima barang yang di sodorkan. "Terimakasih."

🕊🕊🕊

Saat ini, Astrid melongo tidak percaya dengan apa yang sedang di lihatnya sekarang. Aina yang notabene nya tidak pernah makan secara rakus, tiba-tiba saja membeli semua macam dagangan yang ada di kantin. Awalnya Astrid pikir semua makanan itu tidak akan habis oleh Aina. Namun nyatanya justru sebaliknya, Aina menghabiskan semuanya tanpa sisa.

"Aina lu ngapa sih? Jin apa yang merasuki lu?" Astrid meraba-raba kening Aina. "Tidak panas," guman Astrid. Bearti sahabatnya tidak sedang demam.

"Astagfirullah, aku ngga dimasukin jin kok," bantah Aina. Dia sudah memasukkan makanan ke perutnya dalam jumlah yang cukup banyak, tapi ia merasa masih lapar.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang