62. HAPPY ENDING?

61.6K 2.4K 536
                                    

Di balik jeruji besi, ada Bara yang menatap kosong ke arah depan. Pagi tadi, ia sudah berganti peran dengan Hiam sebelum ada yang menyadari.

Astrid sekarang sudah menjadi tawanan Bara, ia tidak akan membebaskan wanita itu sebelum semua masalah ini selesai.

"Ai, gue kangen," gumam Bara.

Sungguh, rindu itu sudah menggerogoti Bara. Bagaimana tidak, mereka sudah sangat lama tidak bertemu. Bahkan selama Bara Olimpiade, mereka tidak berkomunikasi. Lalu, setelah pulang mereka tak kunjung membaik.

Bara mencengkeram erat sisi bajunya. "Gue harus nemuin bukti itu. Gue kangen banget sama Aina, gimana caranya, gue harus membuktikan semua ini sedangkan barang bukti itu sudah hangus kebakar. Astrid sialan!"

"Tuan Bara, anda mendapatkan kunjungan atas nama Aina." Suara penjaga itu membuyarkan lamunan Bara

Sontak saja saat mendengar nama Aina diucapkan, Bara mendongak, benarkah jika istrinya itu menjenguk?

                                ****

Bara saat ini berada di sebuah ruangan yang cukup luas untuk sekedar ruang besuk. Namun Bara tidak heran karena ini adalah queen of Aodra, tentu saja bisa dengan mudahnya mendapatkan fasilitas yang lebih dibanding yang lain.

Detik ini Bara sedang berhadapan dengan seorang wanita yang menggunakan cadar dan gamis berwarna abu-abu, dan jangan lupakan jaket kulit yang melekat pada wanita itu.

"Aina gue kangen," lirih Bara menatap iba pada Aina, namun sayang tak dihiraukan oleh sang istri. Aina seakan tidak peduli dengan Bara.

"Tuan Bara yang terhormat, sepertinya kita langsung to the point aja," ucap Aina, ia melipat tangannya di dada.

Entah perasaannya saja atau memang benar kenyataannya, Bara bisa merasakan jika aura yang dikeluarkan oleh Aina, begitu berbeda dengan Aina yang ia kenal selama ini. Auranya saat ini lebih mencekam.

"Aina bukan gue yang ngelakuin ini semua. Please, gue mohon percaya sama gue," ucap Bara seraya menggenggam tangan Aina yang berada di atas meja.

Dengan susah payah Aina menahan agar pendiriannya tidak runtuh. Dengan segera Aina menepis tangan Bara.

Aina berdehem sebentar sebelum berucap. "Saya harap anda tidak lupa siapa saya. Saya tahu anda sudah mengetahui identitas saya, bahkan mungkin, sampai ke akarnya. Jadi saya ingatkan sekali lagi untuk kasus ini sudah begitu lama saya usut, bahkan dari dulu sampai hari ini kenyataannya cuman satu yaitu Anda yang melakukannya." Aina terdengar seperti seorang istri yang durhaka saat ini.

Barang menghela nafas yang begitu dalam, ia tahu tanpa bukti apapun yang ia bicarakan semuanya hanya dianggap omong kosong.

Aina mengeluarkan berkas dari balik jaketnya, lalu menyodorkannya pada Bara.

"Saya harap kerjasamanya tuan Bara, segera tanda tangani surat ini."

Bara yang merasa ada hal yang tidak beres, dengan segera membuka berkas yang disodorkan dan benar saja dugaannya.

"Surat cerai?" gumam Bara, tanpa sadar bahunya merosot ke bawah.

Seakan tidak bisa mengendalikan emosinya, Bara menghempaskan berkas perceraian itu hingga berceceran di lantai.

"Nggak Aina, nggak. Sampai kapanpun kita tidak akan berpisah. Percaya sama gue." Bara mengusap kasar wajahnya, jelas menggambarkan jika saat ini dia dilanda frustasi.

Bara kembali meraih tangan Aina, lalu berkata, "Aina Please, kasih gue kesempatan buat buktiin kalau gue tuh nggak bersalah. Gue bukan yang lakuin semua itu. Aina tolong percaya." Bara terdengar begitu memohon.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang