34. PENYERANGAN MARKAS

50.3K 5.2K 408
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 😍😘😘 terimakasih sudah menunggu.

Kak kok lama banget upnya? Gini temen-temenku, aku sedikit kesulitan untuk membuat feel uwu 😭 aku pengen bikin, tapi nggak bisa. So, maaf nggak uwu ya ni cerita.

Maaf banget ni cerita ngga ngefeel 😭 Saran dong.

Sesampainya di rooftop, Aina merasa tidak ada yang aneh dengan Bara. Pemuda itu sangat santai duduk di pembatas rooftop. Hanya saja, yang aneh adalah teman-teman Bara, mereka semua minus Evans, menegang saat melihat Aina.

Aina mengedarkan pandang sekeliling, memang terlihat seperti telah diterjang badai.

Evans berjalan menghampiri teman-temannya yang duduk di kursi, sedangkan Aina berjalan menuju Bara.

"Kak Bara, ngapain di situ?" tanya Aina.

Namun, Bara enggan untuk menjawab. Dia diam membisu. Membuat Aina menyerengit bingung.

"Kak Bara?!"

Lagi-lagi Bara tidak menggubris. Dia mendengar panggilan Aina, tapi entah kenapa rasanya dia masih kesal dengan perempuan itu.

"Kak Bara, ngapain di sana? Mau bunuh diri?" tanya polos Aina.

Bara spontan menoleh ke arah Aina. "Ntar kalo gue mati, lo yang kesenangan." Bara memutuskan untuk turun dari pembatas.

Bara menyusul duduk di antara teman-temannya, sedangkan Aina, mau tidak mau mengikuti suaminya.

Tadi di perjalanan menuju rooftop, Evans mengatakan jika Bara tengah mengamuk, makanya Aina memburukan langkahnya.

Geng inti Tiger, mereka semua tengah menegang waspada. Saat melihat Aina, rasa takut menyeruak di diri mereka. Kegugupan terjadi.

"Kak, Kakak kenapa emosi?" tanya Aina.

Untunglah, tempat duduk di sebelah Bara masih kosong, jadinya Aina bisa mendudukan diri di sana.

Sebenarnya, Aina belum terlalu peduli pada Bara. Apa urusan gadis itu, jika Bara mengamuk? Tapi, karena Aina sudah mengatakan jika dia akan berusaha membuka hati untuk Bara, maka dia akan mengusahakannya.

Bara menatap sinis ke arah Aina. "Siapa yang nyuruh lo duduk di situ?" tanyanya.

Aina mengedarkan pandang ke sekeliling, ada teman-teman Bara yang memperhatikan mereka. Aina tidak mendapati ada kursi kosong untuk dirinya duduk.

"Tapi Kak, tempatnya udah penuh," lirih Aina.

Bara menggeleng. "Siapa bilang? Noh di lantai masih ada." Pemuda itu mengacungkan telunjuknya ke arah bawah, tepatnya pada lantai.

Aina mengikuti arah yang ditunjuk Bara. Dengan polosnya, Aina beranjak yang tadi duduk di sebelah Bara, kini beralih duduk di lantai yang dingin.

"He, Aina!" Teman-teman Bara tentu saja terkejut, karena Aina begitu penurut.

Raphael melempar tatapan tidak percaya pada Bara. "Bar, itu istri lo. Tega banget, lo, Bro!"

Bara menyerengitkan alisnya. Padahal, tadi dia hanya bilang, jika masih ada tempat duduk yaitu di lantai. Namun, Bara tidak pernah mengucapkan kata perintah menyuruh Aina duduk di sana.

Raphael merunduk, kebetulan tempatnya berada tidak jauh dari Aina. Pemuda itu mengulurkan tangannya. "Berdiri, jangan duduk di situ, dingin."

Belum juga Aina membalas uluran tangan Raphael, sudah terlebih dahulu Bara menggendong tubuh mungil Aina.

Bara menggendong, dengan tangan berada di seluh kedua lengan Aina dan mengangkat tubuh gadis itu. Hingga saat ini, Bara menggendong seperti koala.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang