Lembaran buku satu persatu tersingkat, mata pemuda itu semakin teliti membaca setiap bacaan yang tertera di lembaran itu. Bara mengabaikan seorang gadis yang sedari tadi suntuk menunggu dirinya untuk keluar dari perpustakaan.
"Ayangg... ayo ih kita ke kantin," rengek Astrid pada Bara. Seakan tuli, pemuda tidak menggubris sama sekali.
Astrid berada dengan jarak yang lumayan jauh dari Bara, karena itu titah dari pemuda itu sendiri. Sebenarnya, Astrid ingin membantah tapi ia juga takut.
Astrid sangat sadar, jika akan ada bom waktu setelah ini. Karena gadis itu bingung, ada apa dengan Bara mengapa dengan begitu mudahnya bertekuk lutut pada dirinya?
"Baraaa... ayo ke kantinn gue udah laperr." Astrid mengelus perutnya yang sudah keroncongan sedari tadi.
Bara mengalihkan pandangannya dari buku tebal, kini pada wajah tebal Astrid yang penuh make-up.
"Gue ngga ngelarang lo pergi," ujar datar Bara, setelahnya kembali fokus pada buku kimia dengan rumus dan istilah asing di dalamnya.
Astrid menatap kesal pada Bara. "Bar gue ini pacar lo lho! Pliss lo harus akuin itu dan beri gue hak sebagai pacar lo."
Bara menutup buku di hadapan dengan sedikit kasar dan kuat, membuat Astrid terperanjat.
"Menjijikkan," pungkas Bara, dengan raut wajah masam. Setelahnya ia beranjak berdiri berniat meninggalkan Astrid.
Saat Bara berjarak dekat dengan Astrid, saat itulah gadis itu menahan lengan Bara dan tentu saja mendapat sentakan kasar dari sang empu.
Bara menatap tajam Astrid. "Lo bisa ngelakuin apa aja, tapi ingat jangan pernah ada kontak fisik antara lo dan gue!" Tangan pemuda itu terangkat di udara, dengan jari telunjuk mengarah tepat pada wajah Astrid.
"Bara lo kenapa sih, kita itu udah pacaran wajar kalo kit-"
Bara mengkepal tangannya di samping tubuh, jangan sampai ia kehilangan kontrol.
"Maaf," ucap datar Bara. Pemuda itu benar-benar keluar dari ruang perpustakaan, sampai Astrid tidak bisa lagi melihat punggung laki-laki itu.
***
Bara menatap lekat cincin yang ada di tangannya saat ini, meneliti setiap inci huruf A dengan sayap di setiap sampingnya dan sebuah mahkota.
"Queen Aodra?" Bara terkekeh. Sungguh, ia merasa lucu dengan takdirnya saat ini.
Saat ini Bara berada di rooftop sendirian, karena temannya yang lain sudah nongkrong di kantin karena memang saat ini jam istirahat.
Di depan Bara sudah tersedia sebuah laptop yang menyala berisikan kode-kode dan angka yang cukup sulit untuk dipahami.
Bara mengambil ponsel yang ada di dalam sakunya. Pemuda itu menggeser layar benda itu, hingga beberapa saat menempelakan pada telinga kirinya.
"Kirimkan setiap informasi apapun tentang Queen Aodra sekecil apapun itu," titah Bara pada orang di seberang sana.
"Tuan, tidak mudah mendapatkan informasi tentang Queen Aodra karena sulit menembus fitur keamanan dia." Memang benar akan hal itu, jarang sekali bahwa hampir tidak ada yang pernah mengetahui identitas Queen. Mungkin anggota Aodra juga tidak terlalu tau.
Bara tersenyum tipis. "Informasi kecil juga tidak masalah, untuk menjadi kunci pencarian."
"Baiklah, saya akan usahakan."
Tidak mengatakan apapun setelah itu, Bara langsung memutuskan sambungan telponnya.
Bara beralih fokus pada laptopnya. Kembali mengutak-atik benda itu. "Queen, dia benar-benar memiliki keamanan yang tinggi." Bara sendiri masih berusaha mengorek informasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap)
RandomGadis bercadar, hafizah al-quran, taat agama, dinyatakan hamil di luar ikatan pernikahan. Saat masih kelas XI masa berseragam putih abu-abu. ~~~~×××~~~~ Tidak ada yang tau, kenapa gadis itu selalu menggunakan jaket, ketika ia kel...