20. TAKUT KECELAKAAN

59.1K 5.2K 161
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat malam. ☺🥀🌹

Maafkan jika banyak sekali typo.

Btw aku seneng karena kalian komen di part seblumnya.

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya."

                              🌹🥀

Pagi ini ditemani keributan antara Bara dan Aina. Dimulai saat Bara yang bangun telat, Aina dilarang pake angkot ataupun diantar supir. Harus berangkat sekolah bersama dengan laki-laki itu.

"Ih Kak, ngga mau motor kakak itu ketinggian. Aina kesusahan naiknya," ujar Aina. Itu alasan dari sekian ribu alasan lainnya. Karena sejujurnya, Aina hanya takut menjadi pusat perhatian seperti kemarin.

Saat ini Bara dan Aina masih berada di teras rumah besar keluarga Arslania. Dengan posisi, Bara yang sudah bertengger di atas motor seraya menyodorkan helm, dan Aina yang masih berdiri diam tidak mau ikut bersama Bara.

"Lo tuh harus nurut, ntar anak gue kenapa-kenapa lagi!" titah Bara.

Aina menatap tajam mata Bara, seakan mengutarakan ketidaksetujuan dirinya dengan laki-laki itu. Pipinya menggembul di balik kain hitam, matanya terbuka makin lebar.

Bukannya takut dengan expresi Aina, Bara justru merasa gemas dan terkekeh pelan. "Lo keras kepala juga yang orangnya!"

"Kak, aku tu nggak mau jadi pusat perhatian," ujar Aina. Ia menundukkan kepala.

Alis Bara terangkat. "Kenapa?" Laki-laki itu menghembuskan napas berat, lalu turun dari motornya.

Aina kebingungan harus menjawab pertanyaan itu seperti apa, karena sulit mentranslatekan isi pikirannya.

Aina memilin ujung khimar (jilbab)"Anu Kak, aku cum–aaaa!" Ucapan Aina terhenti dan digantikan dengan teriakan, saat ia merasakan tumbuhnya melayang.

Benar saja, Bara dengan entengnya menggendong sang seperti memikul karung beras.

"Naik lo sini!" Bara mendudukkan Aina di bertengger di atas motor.

"Ya Allah, takut. Huaaa. Nanti jatuh!" Aina kalang kabut, karena dia merasa posisi duduknya tidak tepat, dan kemungkinan besar akan terjatuh.

"Makanya diem, jangan banyak gerak!" ucap Bara. Dengan perlahan ia mulai melepaskan tubuh Aina, tapi sebelum itu dia sudah memastikan keseimbangan gadisnya itu.

"Nih pakai," ujar Bara menyodorkan helm.

Lama menunggu tidak ada pergerakan Aina untuk mengambilnya. Mau tidak mau, Bara sendiri yang memasangkan di kepala Aina.

"Kak, aku ngga mau duduk menyerong kek gini," protes Aina. Motor Bara cukup tinggi, jika sampai ia jatuh makan akan sangat sakit.

"Ya mau nggak mau lo harus duduk kek gitu, karena jaket gue udah habis belum lo kembaliin." Bara bergerak menaiki motor.

Aina terdiam, benar juga apa yang dikatakan oleh Bara jaketnya masih ada di Aina sekarang.

Merasa Aina tidak protes lagi, Bara mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Toh, mereka hanya terlambat 15 menit saja.

Dalam perjalanan, mereka hanya ditemani oleh keheningan. Aina was-was di belakang, karena sungguh posisi saat ini sangat memungkinkan dirinya jatuh.

"Pegangan!" titah Bara entah yang sudah keberapa kali, tapi tetap diacuhkan oleh Aina.

Tanpa aba-aba, Bara meningkatkan kecepatan motornya. Hal itu membuat Aina terkesiap. Ia menahan diri agar tidak berteriak, takut itu akan  membuatnya jadi pusat perhatian di jalan raya ini.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang