49. PEMBERANTASAN

42.2K 4.8K 1.3K
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. I'm back....

"Ada yang mencoba masuk ke sistem kita, Queen." Genta memberikan laporan. Walaupun keadaan menegang, raut wajahnya tetap biasa saja. Bahkan, Aina yang di sebelahnya sedang asik menggulirkan manik tasbih.

Aina mengarahkan pandangannya ke layar komputer raksasa di hadapannya, layar yang menampilkan huruf dan angka yang sulit dimengerti oleh orang awam dalam komputer.

"Siapa?" tanya Aina. Kini ia beralih mengambil cemilan yang ada di atas meja bisa ia jangkau dengan tangannya sendiri.

Genta tidak menjawab, kini ia justru mengutak-atik keyboard dan layar yang ada di hadapannya. Hingga beberapa saat, muncullah biodata dari orang yang berusaha merentas sistem mereka.

Aina tidak terkejut sama sekali, saat melihat biodata lengkap Bara di sana. Aina hanya tersenyum tipis. "Kenapa dia marentas. Apa yang ingin dia tahu?"

Genta berfikir sejenak. "Sepertinya dia berusaha menyelidiki tentang kita, karena kita udah mengutak-atik bukti itu."

Aina terlebih dahulu menelan cemilan yang ada di mulutnya. "Ouh..."

"Dia menggunakan ransomware conti," ujar Genta.

"Biarkan dia mendapatkan sedikit informasi," ujar Aina tentu hal itu membuat Genta heran. "Tapi fake information." Ucapan terakhir Aina bisa membuat Genta bernafas lega.

Di ruang khusus komputer raksasa itu, Aina dan Genta tidak hanya berdua tapi ada sekitar belasan orang-orang yang sedang bekerja. Menjaga negara dari balik layar. Mereka tengah fokus dengan komputer masing-masing.

"Kenapa kita nggak melakukan asesmen perlawanan?" tanya Genta.

Aina dengan cepat menggeleng. "Lakukan saja apa yang gue perintahkan."

Genta kini kembali fokus pada keyboard dan layar di hadapannya. Dia tahu, Aina bijak dalam menyelesaikan masalah, bahkan mungkin gagasan Aina jauh lebih cerdik dibanding Ragas.

"Sudah," kata Genta. Ia tersenyum bangga. Walaupun kemampuannya dalam IT tidak ada apa-apanya dibanding Aina, tapi setidaknya di bawah kepintaran Aina ada Genta di angka ke dua.

Aina tersenyum merkah di balik cadarnya. "Nice."

"Gue masih bingung, Queen ada perlu apa tiba-tiba datang ke sini. Bukankah, seharusnya Queen lebih Jaga-jaga karena Bara bisa saja mengetahui identitas kita," ujar Genta. Pemuda itu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

Benar saja, hanya orang-orang terpilih yang mengetahui bahwa saat ini Aina sedang hamil dan sudah menikah. Kenapa seperti itu? Karena tidak semua orang bisa dipercaya, ya walaupun seluruh anggota Aodra sudah menyerahkan sumpah untuk selalu setia pada Aodra.

Aina melipat tangannya di depan dada. "Insting gue mengatakan, ada yang tidak beres belakangan ini. Tolong lo selidikin tentang Astrid."

Alis Genta terangkat. "Apakah ada yang telah terjadi?"

Aina menggeleng. "Hanya sebuah bentuk jaga-jaga."

Genta tidak banyak bersuara lagi setelah itu, ia hanya memperhatikan Aina yang memakan ciki-ciki dengan menyingkap sedikit cadarnya.

Kadang Genta juga heran, jika pemimpin mereka adalah seorang wanita bercadar. Walaupun komunitas mereka bukan pada garis hitam, tetap saja rasanya tidak mungkin.

Aina termenung sejenak, tunak matanya menatap kosong ke arah layar komputer raksasa di hadapannya. Aina menghembuskan nafasnya berat.

"Bang Genta, Aina merasa lelah dengan semua ini. Kenapa masalah ini nggak selesai-selesai," lirih Aina. Mulut di balik cadar itu masih sibuk mengunyah makanan.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang