Flashback.
Astrid sontak melebarkan matanya, mendengar percakapan yang ada itu. "Apa maksudnya itu Tuan muda?" cicit gadis itu dengan pelan.
Astrid mengedarkan pandangnya ke sekeliling, ia bisa menebak bahwa orang-orang berjas rapi itu adalah orang keamanan elite yang jika ingin menyewanya perlu identitas dari orang kelas atas dan bermartabat tinggi.
Jikapun kamu punya banyak uang, kamu tetap tidak bisa menyewa mereka jika tidak berasal dari keluarga disegani dan berpengaruh.
"Sial, siapa Bara sebenarnya," dumel Astrid dalam hati.
Bara mendengus, kini kembali mengarahkan pandangan pada Astrid.
"Berani lo mengusik istri gue!?" Bara mengangkat tangannya ke udara hendak melayangkan pukulan pada Astrid, namun ia tahan karena ia tidak ingin menyakiti perempuan.
Menurut Bara, hanya laki-laki bencong yang menyakiti perempuan.
Astrid hanya bisa menundukkan kepalanya, sudah tidak punya tenanga lagi untuk melawan.
Hening sesaat menghampiri, sebelum terdengar suara tawa Astrid menggema.
Astrid mengangkat pelan-pelan kepalanya, hingga kini tunak mata gadis itu bertemu langsung dengan tunak mata Bara. Astrid melayangkan tatapan benci tak kalah bengis dengan Bara.
Wajah datar Derion dan Bara masih terpampang, walaupun dalam pikiran mereka bertanya ada apa dengan gadis di hadapan mereka itu.
"Murahan banget cara lo Bara, rendahan. Ups, lo juga kan berasal dari kaum rendahan!" ucap Astrid seakan tanpa beban.
Derion melebarkan matanya, mendengar tuturan Astrid. Secara tidak langsung gadis itu menghinanya.
"Kurang ajar bocah ini, saya dibilang kaum rendahan. Dari perusahaan mana orang tua kamu? Biar saya rendahkan jabatannya." Derion tidak menyembunyikan nada geramnyaaa, namun Astrid seakan tidak mengambil serius atas ucapan itu. Astrid menganggap hal itu sebuah candaan.
"Apa coba maksud lo nyekap gue kek gini. Heh sadar, lo udah punya bini masa belum move-on juga dari gue? Hahaha." Astrid kembali berkicau dengan penuh percaya diri.
Mendengar ucapan tak senonoh dari mulut Astrid, tentu orang-orang di sekelilingnya sigap ingin melakukan perhitungan. Namun ditahan oleh Bara.
Bara melipat tangannya di depan dada. "Terlalu banyak drama." Bara merunduk dalam kondisi tangan di lutut, pandangan lurus pada Astrid.
"Gue tunggu dua kali 24 jam buat lo klarifikasi dan membersihkan nama istri gue." Bara berucap dengan penuh tekanan, bertujuan menjatuhkan mental lawan.
Kini, Astrid lah yang melebarkan mata. Gadis itu tidak bodoh, sehingga tidak mengerti maksud dari ucapan Bara. Namun yang tidak Astrid pahami, darimana Bara tahu padahal ia sudah menghilangkan jejak-jejak.
Astrid berusaha menampilkan expresi normalnya, menyembunyikan raut cemas, takut, gemeteran. "A-apa maksud lo, gue nggak ngerti."
Bara menaikan alisnya. "Masih mau bermain drama ya lo?!"
Astrid menghembuskan nafas kasar. "Oke, iya gue yang ngelakuin itu." Gadis itu mengaku setelah ia pikir tidak ada pilihan lain untuk saat ini.
"Bukan itu yang gue mau, tanpa lo ngaku juga gue dah tau. Tapi gue mau lo ngaku ke seluruh orang di sekolah bahwa lo yang udah menyebar dan memfitnah Aina," ucap Bara dengan tegas.
Astrid tersenyum sinis. "Camon Bara, lo juga seneng kan si pengganggu itu keluar dari sekolah. Ya paling tidak Aina nggak 24 jam berada di sekitar lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap)
RandomGadis bercadar, hafizah al-quran, taat agama, dinyatakan hamil di luar ikatan pernikahan. Saat masih kelas XI masa berseragam putih abu-abu. ~~~~×××~~~~ Tidak ada yang tau, kenapa gadis itu selalu menggunakan jaket, ketika ia kel...