61. Bukti yang sebenarnya

27.4K 2K 16
                                    

Makanan yang disediakan oleh penjaga sel, masih terlihat seperti awal dibawa ke jeruji tempat Bara berada tadi sore.

Kini matahari sudah berganti dengan bulan, Bara masih berada di balik jeruji besi tanpa seorangpun boleh menjenguknya pengecualian Andra tadi. Entah bagaimana caranya yang dilakukan mertuanya itu.

Tentu saja semua itu karena Aodra. Bahkan penjagaan Bara lebih ketat dibanding narapidana yang lain.

Bara menatap ke arah sekitar, melihat apa yang bisa ia manfaatkan untuk bisa keluar dari sini tanpa ketahuan. Setelah setengah jam kemudian, ia merasa tidak ada kemungkinan besar malam ini dia bisa keluar dari jeruji.

Bara menghela nafas dalam. Dengan berlapis tikar, Bara memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya sampai besok pagi dia akan memikirkan rencana yang matang untuk keluar.

Bara terbangun di sepertiga malam, karena merasa sayup-sayup angin berhembus ke arahnya.

Untunglah, di dalam sel Bara tersedia kamar mandi yang membuat Bara tidak harus keluar jeruji.

Bara memutuskan untuk mengambil air wudhu setelahnya melaksanakan sholat malam. Hal ini sudah menjadi kebiasaan Bara selama menikah dengan Aina, karena wanita itu selalu membangunkannya di sepertiga malam untuk mempunyai quality time yang baik dengan Allah.

Tes.

Di sujud terakhir, satu tetes air bening luruh dari kelopak mata Bara yang terpejam dalam sujudnya mencurahkan segala beban yang ada punggungnya.

Setelahnya, Bara bangun dari sujudnya menengadahkan tangannya. "Ya Allah yang maha pengampun dan penyayang. Beri hamba kemudahan untuk menghadapi semua yang menimpa. Lembutkan hati istri hamba untuk memberikan maaf pada hamba—"

Bara menghabiskan waktu dengan membaca Al-Quran, di antara sholat sepertiga malam dengan adzan shubuh.

Setelah menunaikan ibadah sunah dan wajib, tanpa terasa Bara hanyut dalam mimpi. Bara menyenderkan tubuhnya ke dinginnya dinding dengan Al-Quran masih ada di tangannya.

"Sstt, pak Bos!"

Panggilan itu sukses membangunkan Bara yang sudah hampir terhanyut dalam mimpi. Bara menoleh ke sumber suara. Dia melihat seorang penjaga yang menggunakan masker hitam.

"Ini saya, Tuan muda." Laki-laki yang menggunakan seragam penjaga itu melepaskan maskernya.

Bara menghela nafas lega, akhirnya ada jalan keluar dari masalahnya. Dengan segera Bara bangkit dari duduknya.

Bara melihat laki-laki bermasker itu, Bara tau siapa dia. Orang yang selama ini mengawasi dirinya, setia melindunginya dari jarak jauh. Orang yang selalu setia di belakangnya sejak kecil, bodyguard Bara sedari kecil yang disediakan oleh papanya.

"Hiam," panggil Bara.

Hiam dengan segera membuka jeruji besi itu, agar Bara bisa keluar. Tidak mudah untuk mendapatkan kunci itu, karena khusus untuk Bara Aodra ikut langsung turun untuk berjaga.

Bara mengulurkan tangannya, seakan tau apa yang diinginkan oleh bosnya hiam mengeluarkan sebuah pistol.

Setelahnya, Hiam yang masuk ke dalam jeruji tentunya dengan menggunakan seragam yang sama dengan Bara.

Bara berjalan dengan santainya keluar dari penjara itu, tanpa takut ketahuan karena atas perintahnya, Hiam telah memberikan obat tidur pada setiap orang yang berjaga.

Sesampainya di halaman kantor polisi, Bara mengangkat pistolnya menatap dengan sinis.

"Sudah cukup main-mainnya," ujar Bara dengan senyum miring.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang