1 LAKI-LAKI TAMPAN DALAM MIMPI

126K 7.2K 123
                                    

Seorang gadis berkhimar panjang, dan bercadar hitam, menghembuskan nafas yang kasar. Sedari tadi dia mencoba untuk mengikat tali sepatunya tapi nihil dia lakukan. Perut yang membuncit besar, membuatnya susah untuk membungkukkan badan.

Gadis itu keras kepala dan terus mencoba untuk membungkuk, tapi tetap tidak bisa menjangkau tali sepatunya.

"Huftt.." Gadis itu mengusap lembut perut buncit nya. "Nak, sehat-sehat ya di dalam. "

Sekali lagi dia berusaha mengikat tali sepatunya.

"Bismillahirrahmanirrahim."

"Eh, eh. Mau ngapain?" Suara berat itu terdengar mendekat. Gadis itu mendongakkan kepalanya, dan mendapati seorang laki-laki tampan bak malaikat di hadapannya.

"Aku mau ngikat tali sepatu," jawabnya.

Laki-laki tampan itu, merunduk di kaki gadi bercadar, lalu tangannya dengan cekatan mengikat tali sepatu yang dipakai gadis bercadar.

Laki-laki itu kembali berdiri. Ia mengacak-acak puncak kepada gadis bercadar. "Lain kali, kalo butuh sesuatu bilang aja. Princess tidak boleh kecapean."

"Hm, manis sekali!"

Brukkk....

"Aduh! Astagfirullah!" Gadis dengan wajah bantal baru saja meluncur dari king size nya. Badannya menumbruk pada lantai dingin dengan begitu kasar, sehingga badannya serasa cerai.

Gadis itu bangun dengan tertatih, memegang pinggangnya yang tadi menghantam lantai. Rambut panjangnya sangat berantakan. Piyama tidurnya bergambar doraemon terlihat khusut. Gadis itu berjalan ke arah meja rias.

"Hoaamm..." Dia menutup mulutnya saat menguap. Ia mengucek-ngucek matanya.

"Mimpi apa aku tadi?"

"Aneh banget, masak aku hamil." Gadis itu terkekeh.

"Dan apa tadi? Siapa laki-laki tampan itu? Diakan badboy sekolah."

"Astagfirullahalazim."

"Aina....! Umira Aina Zaharani!"

"Eh iya Bunda!!"

Setelah namanya di panggil, gadis bernama Aina itu tersadar dari pikiran melanturnya. Dia menoleh ke arah ranjang tempat tidur yang begitu berantakan.

"Aku ngga anggun banget tidurnya." Aina terkekeh. Ia beranjak pada nakas, di mana jam alwaker di atasnya.

Aina terbelalak melihat pukul yang di tunjukkan jam itu, 06;32, setengah tujuh. Aina memukul kepalanya pelan ia bergerak tak karuan. Dia menggigit ujung kukunya. Berjalan abstrak tak tentu arah.

"Apa yang harus aku lakukan terlebih dahulu?"

"Apa mandi? Ah tidak itu akan lama, nanti aku telat."

"Aku akan cuci muka aja, trus siap-siap sekolah," putus Aina.

Aina tergopoh-gopoh menuju kamar mandi. Ia tidak fokus dengan jalannya. Tiba-tiba saja kaki Aina kehilangan keseimbangan saat menginjak benda bulat bernama kelereng di lantai.

"Astagfirullah!" Aina sudah bersiap untuk mendarat pada lantai, ia memejamkan matanya erat.

Satu... Dua... Tiga...

Sudah tiga detik, tapi Aina tidak merasakan lantai keramik dingin, justru dia rasa mendarat di sesuatu yang empuk tapi keras, tunggu apa itu?

Aina perlahan membuka matanya, refleks matanya terbuka begitu lebar. "Bunda." Aina menyengir tanpa dosa. Posisinya saat ini berada di dalam dekapan sang bunda. Mungkin, bundanya yang menahan tubuhnya.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang