7. AKU HAMIL

68.5K 5.7K 148
                                    

Aina dibaringkan di atas nakar UKS. Bara memberikan ruang pada petugas UKS dan dokter untuk memeriksa Aina. Bara lebih memilih menunggu di luar.

Mendengar kabar pingsannya Aina, membuat Astrid tergopoh-gopoh ke ruang UKS. Sampai di ruang UKS, Astrid tidak diizinkan masuk. Astrid menunggu, sambi duduk di kursi dengan ruang UKS.

Astrid mengedarkan pandangnya, bertapa terkejutnya mendapati Bara berdiri tidak jauh dari pintu ruang UKS. Ternyata benar berita yang ia dengar tadi, bahwa Bara-lah yang menggendong Aina ke sini.

"Kak Bara!" panggil Astrid.

Merasa namanya di panggil, Bara menoleh ke sumber suara. Bara terlihat mengangkat sebelah alisnya.

"Hai kak, masih ingat aku? Aku Astrid," sapa Astrid, menghampiri Bara.

Bara diam, dia seperti tengah memikirkan sesuatu dengan sangat mendalam. Alis Bara bertaut, kian berkerut. Namun beberapa detik kemudian kembali ke raut wajah seperti semula, yaitu datar.

"Kak, soal dua bulan yang lalu gue minta maaf ya kak. Bukannya gue nggak hargain perasaan kakak, tapi gue ngga mau pacaran. Dan maaf karena gue nyuruh Aina yang menemui kakak." Akhirnya, kata-kata yang membebani Astrid terangkan. Sejak lama Astrid ingin mengatakan, tapi dia selalu tidak mempunyai kesempatan.

"Jadi namanya Aina?" batin Bara.

"Kak." Astrid melambai-lambai tangannya tepat di depan wajah Bara, dan itu berhasil membuyarkan lamunan sang empu.

Masih dengan raut datar, Bara berkata, "No problem."

Astrid menghembuskan nafas lega. Astrid melirik ke arah dalam ruang, di mana ada Aina di sana, sepertinya Aina sudah siuman.

Tidak lama kemudian beberapa orang keluar dari ruang UKS. Salah-satu di antara mereka berkata, "Siswi atas nama Aina sudah boleh dijenguk. Saya sarankan dirinya diantar pulang saja, karena kondisinya yang masih lemah." Setelah mengatakan itu, mereka semua melenggang pergi.

Astrid memutuskan untuk masuk ke ruang UKS. Namun sesampainya di dalam ruangan, ia tidak mendapati Aina di sana. Astrid mengedarkan pandangannya, tidak ada siapapun di situ. Sampai ketika Astrid mendengar percikan di dalam kamar mandi, yang tersedia di sudut ruangan.

Astrid menghampiri pintu toilet itu. Tidak pikir panjang Astrid langsung mengetuk pintu. Ia takut terjadi sesuatu pada Aina.

Tok... Tok...

"Buka pintunya."

Tidak ada jawaban dari dalam. Astrid semakin keras mengetuk pintu toilet itu.

"Aina kamu di dalam?"

Hening tidak ada yang menyahut.

"Aina, lo nggak papa kan?"

Namun, beberapa saat kemudian, muncullah seorang gadis bercadar saat pintu toilet terbuka dari dalam. Astrid terkejut bukan main, mulutnya terbuka langsung ia tutup menggunakan telapak tangannya.

Aina, gadis itu keluar dengan kondisi yang sangat menggenaskan. Mata yang berair, seragam abu-abu yang sangat berantakan. Tubuh gadis itu bergemetaran hebat. Aina langsung berhamburan memeluk tubuh Astrid, membuat sang empu terkesiap.

"Aina lo kenapa?"

"Hiks.." Isakan itu lolos begitu saja dari bibir mungil Aina, padahal ia sudah berupaya agar tidak mengeluarkannya.

Karena khwatir, Astrid sontak mendorong tubuh Aina agar pelukan mereka terlepas. Astrid memegang kedua bahu Aina. Sedangkan Aina menundukkan kepalanya, dengan air mata yang terus berderai.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang