38. BARA MULAI TERBUKA

47.5K 6.4K 339
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Maaf banget telat, tapi yang penting udah tepati janji. No revisi sebelum up.

Setelah menunaikan ibadah sholat isya, Bara dan Aina kini beralih duduk di atas ranjang. Aina memaksa, untuk mengobati luka di punggung Bara.

Aina sedikit merasa bingung dengan Bara, ya suaminya itu. Bagaimana tidak? Luka yang diterima pemuda itu di punggungnya cukup parah, membiru bengkak, dan mengeluarkan darah. Namun, saat Aina meneteskan obat ke lukanya, Bara seperti tidak merasakan apapun.

"Sakit nggak Kak?" tanya Aina.

Bara menggeleng. "Ngga kerasa."

Terlintas ide jahil di benak Aina, ia sengaja menggesekkan kapas sedikit kasar ke luka Bara, namun, hal itu membuatnya semakin bingung.

"Geli, Ai," ujar Bara. Pemuda itu bertelanjang dada, agar Aina lebih mudah mengobatinya.

"Kak Bara udah sering luka?" tanya Aina. Tangannya kembali bergerak mengobati, dengan kelembutan dan penuh perhatian.

Bara mengangguk. "Luka sahabat gue."

Pergerakan Aina terhenti, ia tertegun. Entah kenapa, gadis itu mendengar ada nada sedih terselip pada Bara.

Aina terdiam, memendam begitu banyak pertanyaan di otaknya. Dia memikirkan, apa maksud dari ucapan Bara. Luka–sahabat, artinya, Bara sudah sangat sering terluka.

Bara menyadari keterdiam Aina, istrinya yang sedari tadi nyerocos, terlihat sangat kentara berubah expresi.

Bara yang tadinya memunggungi Aina, kini beralih berhadapan dengan gadis itu. "Kenapa diem?"

Aina dengan cepat menggeleng.

"Lo penasaran ya?" tebak Bara. Pemuda itu menaik-turunkan alisnya.

Bibir Aina tersungging. "Aina nggak mau nanya sesuatu tentang privasi Kakak. Itu nggak sopan. Ya, Aina penasaran sih. Hehehe."

"Lo kan udah jadi bagian privasi gue." Bara berucap mantap.

Bara memang orang yang sangat tertutup dengan masalah pribadi pada orang lain, tapi ada pengecualian. Bara merasa, Aina adalah orang terdekatnya saat ini selain mamanya.

Aina mengerjap, apa maksud Bara? Apa secara tidak langsung, Bara mendeklarasikan Aina dalam kehidupan pribadi pemuda itu.

"Gue udah terbiasa luka, karena dulu gue kerja di tempat tarung liar. Ya, dengan syarat, gue nggak boleh melawan alias jadi samsat biar gaji gue tinggi," jelas Bara. Sungguh, ini pertama kali bagi pemuda itu menceritakan hidupnya pada orang lain selain mamanya.

Teman-teman Bara mengetahui tentang pemuda itu, dengan cara mencari tahu sendiri bukan diceritakan.

Aina tersenyum kecut, selama ini sepertinya dia kurang bersyukur. Gadis itu mendapatkan apapun, harta yang berlimpah di hidupnya. Namun, Bara justru sebaliknya, untuk mendapatkan uang dia rela tersakiti.

"Tapi, setelah itu gue diberi pekerjaan di bengkel Tiger. Sejak saat itu, gue berhenti kerja di tempat tarung liar."

Aina mengangguk mengerti. Aina tahu, tentang sistem di tarung liar. Karena gadis itu sudah sering berkecimpung di dunia seperti itu, namun, sebagai seorang pengamat.

"Ehm, Kak, Aina liat Kakak punya keahlian di bidang bela diri, kenapa nggak mencoba lomba yang legal?" tanya Aina.

"Seperti gabung organisasi yang dinaungi Aodra, gituh?" Aina berucap dengan hati-hati memilih kalimat.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang