Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bayar dulu guys, dengan cara VOTE. 😅
Setelah sholat ashar, Aina diajak oleh Astrid pada sebuah pusat perbelanjaan terbesar yang ada di kota itu. Padahal, Aina sudah menolaknya karena ia harus lebih mengirit. Tapi Astrid memaksanya.
Aina pikir, ini adalah waktu yang baik untuk memperbaiki hubungan mereka yang sempat renggang beberapa minggu ini. Aina sendiri tidak tahu apa masalahnya.
"Kita kenapa ke sini?" tanya Aina yang kini tangannya ditarik pada sebuah toko sembako.
"Lo ikut aja." Astrid begitu semangat menarik tangan Aina untuk masuk ke toko itu, hingga mereka berhenti di sebuah rak begitu banyak deret susu formula.
Astrid meraih tiga kota susu sekaligus, lalu meletakkannya di dalam keranjang yang dibawa oleh Aina.
"Buat apa, eh nggak usah," tolak Aina, karena memang dia tidak menyukai susu yang diambil oleh Astrid yaitu rasa stroberi. Lagi pula, di rumahnya masih ada satu kotak susu.
Astrid berdecih. "Lo nggak boleh nolak. Tenang Na, ini gue yang bayar. Gue tau, kalo sekarang lo dah jadi melarat."
"Bukannya gitu, tap–"
Astrid mengacungkan telunjuknya, lalu menggerakannya ke kanan dan ke kiri. "Udah lo terima aja. Bara nggak mampu kan beliin lo susu ini, lagian ini yang paling mahal loh."
"Sebegitunya miskinnya suami lo, sampe nggak kasih lo susu badan lo jadi kurus gini." Astrid memegang kedua bahu Aina, lalu mendorong agar tubuh wanita itu berputar satu kali.
"Kok kamu ngomong gitu?" tanya Aina. Perempuan itu merasa, cara bicara orang di depannya nggak sama seperti Astrid yang ia kenal.
"Kan emang kenyataannya. Ah udahlah jangan dibahas, lo ambil aja sembako yang ada di sini buat bawa pulang kali aja beras lo abis di rumah." Astrid menunjuk barang-barang yang ada di sekitarnya.
Aina tidak ingin menanggapi lagi, karena mau bagaimanapun apa yang diutarakan oleh Astrid adalah kenyataannya.
"Tapi beneran, aku ngga butuh dibayarin kok. Alhamdulillah, Bara menyanggupi dan bertanggungjawab untuk nafkahin aku. So, kamu tenang aja," imbuh Aina.
Astrid hanya mendengkus. Setelahnya, ia terus memaksa Aina untuk berbelanja banyak hal. Bahkan sampai pada baju ibu hamil.
Hingga saat ini mereka memutuskan untuk beristirahat di sebuah restoran yang ada di dalam mall itu.
"Puas banget bisa beli banyak hal, enaknya jadi orang kaya. Gue kalo nyari suami, harus yang kaya. Ya kali, ortu gue udah manjain gue dengan harga dari kecil sampai punya suami, gue melarat," oceh Astrid setelah memesan makanan.
Aina meletakkan barang belanjaannya ke kursi yang ada di sebelahnya. "Tapi Astrid, mau seberapa kayapun kita kalo pengelolaan nggak baik ya tetap akan bangkrut."
Astrid yang tadinya tersenyum hangat, kini merubah raut wajahnya menjadi datar. "Nggak bakalan. Cuma belanja ini doang, gue nggak bakal bangkrut."
Alasan utama dulu Astrid menolak Bara, ya karena pemuda itu miskin. Astrid tahu itu, karena ia sempat menyelidiki latar belakang Bara. Padahal, Bara bisa dibilang sempurna, tampan, pintar, cool, keren. Tapi Astrid sangat menyayangkan Bara berasal dari kaum rendahan.
Tanpa kedua gadis itu sadari, sedari tadi mereka diperhatikan oleh beberapa anggota inti Tiger. Beruntunglah Astrid, karena mereka tidak mendengar percakapan mereka.
Anggota inti Tiger berada di meja tepat sebelah barat Aina dan Astrid duduk.
"Kita samperin sekarang?" tanya Arya. Setelah beberapa saat lalu ia menyesap jus yang tadi sempat ia pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap)
RandomGadis bercadar, hafizah al-quran, taat agama, dinyatakan hamil di luar ikatan pernikahan. Saat masih kelas XI masa berseragam putih abu-abu. ~~~~×××~~~~ Tidak ada yang tau, kenapa gadis itu selalu menggunakan jaket, ketika ia kel...