33. BARA SENSITIF

57.8K 5.7K 840
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Warning; banyak typo dan kesalahan penulisan. Mohon dikoreksi. No revisi.

Beruntunglah, Bara tidak melupakan bacaan sholat terlalu banyak. Dia tadi sebelum sholat dan menjadi imam, terlebih dahulu membuka mbah Google untuk memastikan bacaannya.

Aina memandang haru punggung Bara yang ada di hadapannya, gadis itu tidak menyangka jika ia akan merasakan menjadi makmum sholat Bara.

Bara mengalihkan tubuh, yang tadinya memunggungi Aina, kini posisi mereka berhadapan.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Aina," salam Bara.

Aina tersenyum lebar. "Waalaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh."

Aina mengulurkan tangannya ke Bara. "Salim Kak."

Bara tidak mengatakan apapun, ia dengan ragu bergerak untuk meraih uluran tangan Aina.

Aina tersenyum. Dia merundukkan kepalanya, dengan penuh haru gadis itu mengecup punggung dan juga telapak tangan Bara, dengan gerakan bolak-balik.

Bulu roma di tubuh Bara sontak bergemang saat bibir Aina mendarat tepat di kulit Bara. Pemuda itu menatap lekat kepala Aina yang menunduk.

"Kak, Aina harap satu saat, Kakak akan mengecup ubun-ubun Aina. Dan mendoakan Aina." Aina membatin. Lalu, kembali menegakkan tubuhnya.

Suasana menjadi hening. Rasa canggung menghampiri keduanya. Ini adalah suasana baru, yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.

"Lo jangan sama Husein," ujar Bara tiba-tiba. Ia menarik kembali tangannya, yang dijabat oleh Aina.

"Hah? Kok kakak tiba-tiba ngomong gitu?" Alis Aina menyatu, dia tidak mengerti arah pembicaraan Bara.

"Lo itu kecil, pendek!" ketus Bara.

Aina tercengang. Ini kenapa Bara menjadi menyebalkan sekali, Baru saja Aina merasa kebahagiaan dan suasana haru, kini Bara kembali ke sifat semula.

"Iss itu namanya penghinaan fisik. Dosa tauk apalagi ama istri sendiri," celetuk Aina.

Bara menoyor pelan dahi Aina. Sungguh, pemuda itu tidak tahu kenapa menjadi gerakan menoyor, padahal tadi niatnya dia ingin mencubit pipi gemas milik Aina.
Gengsi masih bersarang di diri Bara.

"Kenyataannya emang gitu, lo jelek, bau. Cuma gue yang mau nikah ama lu. Jadi, ama gue aja, jangan ama Husein."

"Lah iya, Kak. Kan kita udah nikah, ya aku ama Kakak. Udah jadi istri, masa mau sama Husein," ujar Aina.

"Kecuali, kalo aku nantinya nikah ama Kak Husein, kalo Kak Bara udah dipanggil Allah," lanjut Aina seakan tidak punya berdosa, saatmengatakan hal itu.

Bara mendengus. "Lo nyumpahin gue mati duluan!?"

"Awas aja lo nikah ama dia!" Bara bergerak cepat, ia menarik tubuh mungil Aina. Dia membuat posisi kepala sang istri di bawah keteknya.

"Aaaa!Kakak... bauk!" rengek Aina. Ia hanya bergurau mengatakan itu, karena kenyatannya ketek milik Bara wangi, sangat maskulin.

"Walaupun gue udah mati nanti, lo nggak boleh nikah lagi. Ama Husein. Bahkan ama cowok manapun! Kalo sampe terjadi, gue gentayangin lo ama suami lo!"

"Kalo gitu, gue mau lo aja yang mati duluan, dibanding gue," ujar Bara melanjutkan.

Aina memberenggut, menampilkan wajah pura-pura cemberut. Wajahnya yang diapit ketek Bara, bukannya terlihat galak, justru terlihat cute.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang