13. MELIHAT WAJAH ISTRI

79.4K 6.5K 192
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KakRosenya Aina di sini 😘

Happy Reading 😍

Aina bahkan masih berusaha menarik tangannya kembali, tapi tidak bisa karena ditahan oleh Zaida.

"Ni anak kenapa sih?" batin Bara. Justru biasanya, para perempuan pada kegirangan kalau tidak sengaja bersentuhan dengan Bara. Namun, beda cerita dengan Aina, yang bahkan sudah menjadi istrinya.

Karena sepertinya Aina tidak banyak drama lagi, segera Bara menyarungkan cincin itu. Lalu sebaliknya, Aina menyarungkan cincin ke jari Bara, dibantu oleh bundanya.

Setelahnya, acara dilanjutkan dengan sesi foto. Dua pengantin itu, tidak ada yang tersenyum tulus. Ralat hanya Bara yang tersenyum kecil bahkan hampir tidak terlihat, karena nyatanya Aina justru cemberut dibalik cadar nya.

Sekarang adalah acara makan-makan. Semua tamu undangan dipersilakan untuk makan. Bara lebih memilih duduk di sofa, entah ruang apa ini, kalau bisa di tebak adalah ruang keluarga.

"Gimana perasaan kamu?" tanya Diana yang tiba-tiba berada di hadapan Bara.

Tanpa mendongak, Bara mengatakan. "Entahlah."

Diana mengerti perasaan anaknya sekarang. Ia memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan. "Seharusnya tadi kamu terima tawaran, untuk melihat wajah Aina sebelum akad."

"Ngga penting," kata Bara. "Lagian Bara udah tau, pasti wajahnya jelek. Kalau nggak, mana ada orang cantik menggunakan cadar."

Diana menggeleng dan menggoyangkan jari telunjuknya. "Salah... dia itu cantik. Ah nggak, sangat cantik bahkan." Diana tadi sempat diberi kesempatan untuk melihat wajah Aina sebelum akad.

Bara mendongak, menatap Diana. "Mana mungkin?"

"Ihh beneran. Gini deh, kalau kamu nggak percaya, gimana kalo kita taruhan. Kalau Aina cantik, kamu harus menemui papa kamu. Dan kalau Aina jelek, mama nggak akan pernah paksa kamu untuk menemui papa kamu lagi. Gimana?" tantang Diana.

Bara tersenyum smirk. "Menggiurkan. Oke, deal." Bara menjabat tangan Diana.

"Yaudah mama mau liat mantu mama dulu." Diana memutar roda kursinya. Namun, belum jauh, ia menoleh ke arah Bara.

"Bara, kata mertuamu, Aina dari kemarin belum makan. Dia nggak mau makan. Mama khawatir, takut dia sakit. Dan nanti berdampak pada kandungannya," ungkap Diana. Raut wajahnya sangat jelas menunjukkan dia cemas.

Sontak saja, saat mendengar informasi dari mamanya, Bara berdiri dari duduknya. Tanpa mengatakan apapun, Bara mendorong kursi roda mamanya menuju meja makan. Dimana keluarga Aina tengah makan.

"Bara, kenapa?" tanya Zaida.

"Apa Aina belum makan?" tanya Bara.

Zaida menghembuskan nafas lelah, lalu mengangguk. "Dari kemarin, Aina susah untuk dibujuk makan. Bahkan sudah diancam, kalo dia tidak makan, maka kelereng nya akan dibuang, tapi tetap saja tidak mempan. Bunda mohon, kamu coba bujuk dia, ya." Zaida menyodorkan sepiring makanan, dan menujukan arah kamar Aina di lantai atas.

Segera, Bara membawa piring berisi makanan itu, dengan arah kamar Aina yang diberi tahu mertuanya tadi.

Sesampainya di sana, Bara mendapati Astrid. Gadis itu tengah mengedor-gedor pintu. Namun, tidak dibukakan juga oleh yang punya kamar.

Menyadari kehadiran Bara, Astrid memberi ruang untuk Bara mengetuk pintu, membujuk Aina.

"Biar gue aja," kata Bara.

Bayi Di Balik Seragam SMA (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang