L

85 12 19
                                    

"Rin, makan yuk", ajak Sonia. Sonia khawatir pada Arin yang sudah beberapa hari terakhir meninggalkan makan. Bahkan hari ini, Sonia belum melihat Arin makan.

"Masih kenyang, Son"

"Lo kenyang gimana? Daritadi gue lihat lo belum ada sekalipun nyentuh nasi?", tanya Johan tidak percaya.

"Gila ya cewek. Bisa kenyang cuma makan angin", celetuk Hanan.

Arin hanya tersenyum getir mendengarnya. Memang benar sedari pagi dia belum menyentuh nasi sama sekali, tapi tadi siang, begitu kelar membuat keripik pisang bersama ibu-ibu, ia memakan arem-arem yang diberikan ibu-ibu kepadanya.

"Guys! Gue barusan ditelpon sama Karang Taruna, malam ini kita rapat di rumah Mas Gilang", ujar Wahyu.

"Mau ngapain?", tanya Triyan.

"Tentang acara tujuhbelasan"

"Loh, bukannya baru dua hari yang lalu kita rapat ya?", tanya Silvia, anggota KKN lainnya.

"Iya. Tapi katanya ada perubahan rencana, soalnya ada permintaan khusus dari sponsor. Mereka bingung menanggapi permintaan sponsor"

"Kalau susah aja baru ngehubungin kita. Kemarin-kemarin waktu kita butuh, pada susah dihubungin", gerutu Indra, anggota KKN lainnya.

"Eh tapi malam ini gue udah janji mau bahas demplot bareng PPL di rumah Pak Sekdes", ujar Bram, anggota KKN yang bertugas di bidang lingkungan.

"Kalau gitu kita bagi-bagi tugas aja ya. Gimana?", tanya Triyan sebagai ketua kelompok.

"Apapun tugasnya, please izinin gue buat malam ini diem di posko", pinta Johan.

"Sama. Gue jujur lelah banget hari ini. Ga nyangka permintaan tolong Pak Kades buat bantuin beresin ruangan di kantor maksudnya adalah nyuruh gue dan Johan jadi kuli buat renovasi kantor", tambah Hanan.

"Oke kalau gitu, Hanan dan Johan diam di posko. Jaga-jaga barangkali ada yang nyariin kita. Gue, Wahyu, Arin, sama Sonia ikut ke rapat. Silvia dan Indra ikut Bram ke rumah Pak Sekdes. Gimana?" Semua anggota pun langsung menyetujui.

***

Arin mulai merasakan tubuhnya sudah tidak enak. Ia melirik jam di handphonenya, pukul 21.35. Sudah melebihi pukul sembilan malam. Sonia, yang duduk di sampingnya, mulai menyadari perubahan pada wajah Arin.

"Kamu sakit ya, Rin?", bisik Sonia. Bagaimanapun juga, mereka masih berada dalam rapat bersama karang taruna. Belum lagi rapat berlangsung sengit karena Triyan dan Wahyu tidak setuju dengan ide yang diberikan karang taruna.

Bagaimana mereka bisa terima kalau syarat dari sponsor harus menjual habis 10 dus rokok dalam waktu seminggu? Sedangkan program KKN yang dilaksanakan Triyan adalah usaha mengurangi pemakaian rokok untuk menunjang kesehatan masyarakat. Baik semua anggota kelompok tahu, betapa sulitnya program yang dilaksanakan Triyan.

"Rin, lo sakit?", tanya Wahyu yang mendengar bisikan Sonia.

Arin menggeleng. Dirinya tidak mau merepotkan orang.

"Gue ga yakin ini rapat bakal kelar sebentar lagi. Mending lo duduk dulu di deket dapur deh. Setidaknya di sana aman. Bebas dari rokok dan bacotan mereka semua", saran Wahyu.

"Aku temenin ya?", Sonia menawarkan diri. Arin kembali menggelengkan kepalanya.

"Gapapa. Aku sendiri aja. Nanti kalau kamu ikut, mereka bisa marah"

"Ya udah. Kamu di sana dulu ya". Arin mengangguk.

Sempat ada beberapa pemuda yang menatap kepergian Arin, tapi mereka memakluminya. Mengira Arin akan ke kamar mandi.

Blooms in AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang