"Dek... Bangun dek. Deeeek! Ariiiiiiiin!", teriak Mika, soalnya adiknya ini tidak kunjung bangun.
Mika pun terus mengetuk pintu kamar Arin, sambil sesekali memanggil namanya. Hingga terdengar suara langkah kaki dari dalam kamar. Tak lama setelah itu, pintu kamar terbuka, menampilkan Arin yang masih bermuka bantal.
"Dek, bangun. Katanya mau berangkat pagi?". Arin melihat ke dalam kamarnya, tepatnya jam dinding. Pukul 07.15.
"Ya ampun! Abang tunggu ya. Arin siap-siap dulu", panik Arin lalu masuk ke dalam kamarnya. Terkhusus kamar Arin, Papanya mendesain agar ada kamar mandi di dalam kamarnya. Kembali lagi, karena Arin adalah anak perempuan satu-satunya, dan menurut Mama, seorang wanita perlu kamar mandi sendiri. Tidak seperti dirinya, Bang Jona, dan Steven, yang sampai sekarang berebut kamar mandi, bahkan kadang 'mandi bertiga' kalau sudah terlambat.
Sambil menunggu Arin yang sedang mandi, Mika kembali ke dapur, melanjutkan kegiatan masaknya. Padahal semalam Steven berjanji akan memasak sarapan. Tapi sekarang saja, Steven masih tertidur. Mika malas membangunkannya. Biarkan saja Steven terlambat bangun dan terlambat datang ke kantor. Biar tahu rasa!
Dua puluh menit kemudian, Arin datang menghampirinya. Mika pun langsung menyediakan sarapan untuk Arin dan dirinya.
"Kadang aku malu tahu bang. Aku anak cewe satu-satunya, tapi kalo bagian masak-masak, beresin rumah, pasti abang yang ngerjain atau Bang Jona", ujar Arin di sambil menyantap sarapannya.
"Kamu kan adek abang. Udah keharusan buat abang buat ngejaga kamu. Nyiapin makanan buat kamu. Apalagi Papa Mama lagi pergi", jawab Mika.
"Coba Bang Setep gitu juga. Kan bahagia aku, Bang", gerutu Arin. Mika tertawa.
"Jangan gitu, Rin. Gitu-gitu, itu kembaran abang loh"
"HAYOOOOOOOOO NGOMONGIN AKU YAAAA?", teriak Steven dari kamar atas. Arin hanya melirik sebal ke arah Steven.
***
"Telpon abang-abang ya kalau pulang sore"
"Iyaaaa. Udah sana abang berangkat! Nanti telat"
"Dadah, Arin! Semangat ya kuliahnya!", ujar Mika lalu pergi meninggalkan Arin.
Arin berdiri di depan Gedung Administrasi. Hari ini ia berencana mengurus KTMnya sampai kelar. Biar dia ga perlu nunggu KTMnya dibalikin sama Mark dan tetap bisa mengikuti praktikum sesuai jadwal. Arin pun melangkah masuk, bertanya pada satpam harus kemana ia pergi untuk mengurus KTMnya. Setelah menemukan ruangannya, Arin pun duduk, menunggu kedatangan Pak Heru, petugas KTM, karna ruangan masih kosong. Sambil menunggu, Arin pun membaca buku tentang metode pengemasan yang ia pinjam kemarin.
30 menit berlalu. Satu jam berlalu. Dua jam berlalu. Kok tidak ada tanda-tanda kehadiran Pak Heru di ruangan tersebut. Arin pun melangkah masuk ke dalam ruangan. Menanyakan mengapa sosok Pak Heru belum kunjung hadir.
"Oh, Pak Heru lagi izin mba. Seminggu", ujar seorang Ibu yang meja kerjanya tepat berada di samping pintu.
"Terus, Bu, kalau saya mau bikin KTM gimana? KTM saya hilang, Bu", ujar Arin.
"Tunggu minggu depan", jawab ibu tersebut. Cuek. Ah.. tipikal ibu-ibu nyebelin.
"Tapi saya butuh buat besok, Bu". Ada sedikit nada memaksa di dalamnya. Yaiyalah, dia butuh buat besok, masa mesti minggu depan.
"Ya udah kalau butuh buat besok, surat kehilangannya dibawa aja. Biar kamu ada pegangan sampai KTM kamu dibikin lagi. Udah ya, saya sibuk. Silahkan keluar". Arin geram. Duh kampusnya ini, kenapa mendadak nyebelin sih! Arin pun keluar ruangan dengan malas. Bagaimana ini? Dia sudah mulai masuk lab hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooms in Autumn
FanfictionKarena setiap bunga akan mekar pada musimnya masing-masing... Cast : Oh My Girl's Arin as Arin NCT's Mark as Mark Park Jihoon as Jeremy