XXVI

54 13 3
                                    

Hai. Selamat membaca! Sengaja malem-malem updetnya, biar bacanya besok pagi aja hahaha :D

***

Jeremy duduk di sebuah kedai kopi. Menunggu Julio, adik kelasnya saat SMP. Setelah Jeremy mencoba menghubungi Dayana untuk menanyakan peristiwa yang menimpa Arin, Jeremy malah kaget dengan jawaban Dayana.

"Diculik? Jangan bercanda! Dia itu tifus karena kecapean belajar terus mikirin kamu, nyariin kamu! Ga usah ngarang cerita aneh-aneh ya!"

"Tapi.. aku dapet kabar.."

"Yang nemenin Arin setelah ditinggal kamu itu aku. Yang tahu semua masalah antara Arin dengan kamu itu aku. Jadi, ga usah ngomong yang aneh-aneh karena aku lebih tahu daripada kamu. Terus ga usah telpon-telpon aku lagi. Aku block nomor kamu!"

Jeremy hanya menghela napas mengingat obrolannya dengan Dayana. Hingga Jeremy memutar otaknya, mencari orang lain yang kemungkinan tahu tentang kejadian ini, dan Jeremy kemudian teringat Julio. Adik kelasnya yang cukup dekat dengannya, Arin, dan Dayana. Jeremy pun menyuruh Andreas untuk mencari kontak Julio yang dengan mudah didapatkan Andreas. Setelah berkirim pesan, mereka pun sepakat untuk bertemu hari ini.

"Kak Jeremy!", panggil Julio begitu masuk ke dalam kedai. Jeremy hanya mengangkat tangannya, tersenyum padanya.

"Ya ampun, Kak! Lo kemana aja? Hilang ditelan bumi gitu. Gue kaget waktu lo chat gue", ujar Julio.

"Ga kemana-mana kok. Gue di sini terus dari dulu. Lo gimana? Ga nyangka gue lo kuliah sinematografi"

"Hehehe. Ya abis gue cuma pinter di situ doang, Kak. Cuma pinter foto, bikin cerita, desain, sama mengkhayal. Ya udah gue coba ke sana dan syukurnya keterima", jawab Julio. Mereka berdua pun berbasa-basi hingga Julio bertanya pada Jeremy.

"Lo gimana sama Kak Arin?". Jeremy pun terdiam.

"Hancur. Makanya ada yang mau gue tanyain sama lo"

"Ya gimana ga hancur? Kakak main asal pergi aja! Gue inget banget tuh Kak Arin sampai ga ikut makan bersama pas hari terakhir UN gara-gara gue bilang lo dateng ke sekolah". Jeremy terdiam, mencoba mengingat memori lima tahun yang lalu.

Ah... Jeremy ingat. Begitu Jeremy setuju untuk tinggal bersama kakeknya, kakeknya memberi perintah untuk memindahkan sekolah Jeremy. Namun, saat itu Jeremy sudah bersiap mengikuti UN, sehingga pindah sekolah adalah hal yang tidak mungkin dilakukan walaupun kakeknya memberi banyak uang. Hal yang bisa dilakukan sekolah dengan uang pemberian Alex adalah membiarkan Jeremy untuk menyelesaikan sekolahnya di rumah dengan keterangan sakit. Namun, saat UN Jeremy harus hadir ke sekolah dan sekolah akan menyiapkan ruangan terpisah untuk Jeremy. Jeremy juga ingat, bagaimana Julio yang merupakan siswa yang ditugaskan untuk mengambil foto, tidak sengaja bertemu dengannya di ruangan itu.

"Lo cerita ke Arin kalau gue dateng ujian? Seingat gue lo kan tahu kalo kedatangan gue itu rahasia"

"Kak... waktu itu mana gue tahu kalo lo lagi bermasalah sama Kak Arin Kak Dayana. Gue refleks ngomong begitu ke mereka karena gue pikir ya lo sakit dan mereka tahu kalo lo sakit. Begitu diceritain Kak Dayana kalo lo tiba-tiba menghilang, baru deh gue paham kenapa lo sampe ngerjain UN di ruangan khusus"

"Abis tahu kalo gue dateng ke sekolah buat ngerjain UN, Arin gimana?"

"Langsung lari keluar sekolah. Gue sama Kak Dayana telponin ga diangkat. Sampe berapa hari tuh? Lupa gue. Pokoknya tiba-tiba Kak Dayana ngabarin gue kalo Kak Arin masuk rumah sakit. Tapi pas gue mau jenguk, Kak Dayana bilang Kak Arin ga boleh dijenguk. Akhirnya gue sama Kak Dayana jenguk pas Kak Arin udah di rumah. Kalo ga salah dua atau tiga minggu setelah UN, baru deh gue ketemu Kak Arin "

Blooms in AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang