XXXIV

37 10 3
                                    

Desember 2014

Jeremy melangkahkan kakinya di selasar rumah sakit. Hari ini dirinya akan melakukan medical check up, salah satu pemeriksaan wajib yang dilakukannya setahun sekali. Kata kakeknya, ini semua untuk menjaga kesehatan dan mendeteksi sedini mungkin penyakit yang dideritanya. Kakeknya tidak mau, kembali kehilangan penerus Hadinata.

Jeremy menatap layar handphonenya, sambil menunggu dokter memanggilnya. Ia melihat pesan yang dikirimkannya kepada Andreas, mengatakan bahwa dirinya akan melakukan medical check up hari ini, sendirian. Tidak perlu ditemani seperti tahun-tahun sebelumnya.

Beberapa menit kemudian, Andreas menelponnya.

"Tuan, Tuan di mana?"

"Di rumah sakit"

"Di RS Lentera Harapan?"

"Emang pernah ke rumah sakit selain ini?"

"Sudah dari tadi?"

"Hmm"

"Tunggu, saya akan ke sana"

"Ga usah"

Jeremy pun langsung mematikan panggilan Andreas. Dirinya sudah melakukan check up berkali-kali. Dirinya sudah paham dengan prosedur medical check up. Selain itu, Jeremy juga tidak tega melihat Andreas yang setiap akhir tahun begini, pasti sibuk dengan pekerjaannya.

Di sisi lain, Andreas panik. Ia benar-benar lupa kalau hari ini adalah jadwal medical check up Jeremy.

Sebenarnya, sejak pagi hari, Andreas telah berada di rumah sakit tempat Jeremy melakukan medical check up. Dokter Dion mengajaknya bertemu terkait progress Joseph. Dan di sinilah Andreas, menemani Joseph yang sedang menyantap makan siangnya.

"Siapa Andreas?", tanya Joseph. Andreas bingung menjelaskannya.

"Siapa 'Tuan' yang baru saja kamu telpon dan membuatmu gelisah ini?", tanya Joseph kembali.

"Ah.. ituu..."

"Kalau penting, tidak apa-apa. Silahkan pergi. Lagipula... saya biasanya juga sendiri"

"Hmm... Tuan Jeremy akan melakukan medical check up. Saya lupa kalau hari ini jadwalnya"

"Di rumah sakit ini?"

"Iya, Tuan"

"Pergilah. Temani Jeremy"

"Kalau begitu, saya permisi Tuan", pamit Andreas. Joseph hanya bisa menatap perih kepergian Andreas. Hatinya sedih, walaupun sudah satu gedung dengan anaknya, Joseph masih tidak mampu bertemu dengan anaknya.

Begitu keluar dari ruangan Joseph, Andreas langsung berlari menuju Jeremy. Begitu sampai, Jeremy kaget melihat kedatangan Andreas.

"Mengapa, Tuan tidak mengabari saya?", tanya Andreas sambil mengatur napasnya.

"Hanya medical check up. Saya sudah paham prosedurnya", jawab Jeremy. Andreas lalu duduk di samping Jeremy, masih mengatur napasnya. Bagaimana tidak? Dari ruangan VIP menuju tempat ini, Andreas harus berlari dan menuruni anak tangga. Hingga akhirnya, hanya dengan 10 menit, Andreas sampai di hadapan Jeremy.

"Tapi... kenapa kamu datang dari arah dalam? Bukannya pintu masuk dari arah sana?", tunjuk Jeremy ke arah pintu masuk.

Jeremy tidak kaget dengan kedatangan Andreas, tapi Jeremy kaget melihat arah kedatangan Andreas. Andreas datang dari arah ruangan rawat inap. Membuat Jeremy berpikir, bahwa Andreas sudah ada di rumah sakit ini sedari tadi.

"Tadi... saya baru..."

"Jeremy Hadinata! Jeremy Hadinata, silahkan masuk", panggilan suster menghentikan jawaban Andreas. Jeremy pun bangkit berdiri dan masuk ke ruangan dokter. Meninggalkan Andreas yang bernafas lega karena dirinya tidak jadi berbohong.

Blooms in AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang