XLVII

38 12 5
                                    

Wahyu memang sudah menyangka jika Jeremy akan bertindak seperti ini begitu tahu apa yang terjadi dengan kelompok KKNnya. Padahal Wahyu sudah bersusah payah untuk menutupi kebenaran ini.

Ya, Wahyu sekelompok dengan Arin dalam KKN. Awalnya Wahyu memang tidak sekelompok dengan Arin. Namun dikarenakan kelompok Arin ada yang mengundurkan diri, Wahyu mendadak dipindah ke kelompok Arin.

"Kok lo sih yang pindah?", gerutu Jeremy begitu tahu bahwa Wahyu sekelompok dengan Arin tepat tiga hari sebelum pemberangkatan.

"Emang gue yang mau?", cuek Wahyu.

"Tapi kenapa mesti lo?"

"Mana gue tahu Jeremyyyy!"

"Lo nyogok kampus ya?". Wahyu langsung menatap Jeremy tajam, membuat Jeremy menciut.

"Gue titip Arin ya, Yu", pinta Jeremy.

"Ga mau"

"Pelit banget?!"

"Bukan gitu. Cuma gue ga mau lo ganggu gue KKN dengan nanyain kabar Arin terus. Kalo lo ganggu gue terus, kapan gue deket sama yang lainnya? Gue juga... mau kali ngerasain apa yang kakak tingkat bilang...", ujar Wahyu, pelan.

"Ngerasain yang kakak tingkat bilang? Emang apa... OHHHH cari cewek?", tebak Jeremy sambil tertawa. Wahyu hanya bisa memalingkan mukanya. Malu.

"Gue paham. Gue ga akan ganggu lo kok. Cuma kalo Arin ada apa-apa, kabarin gue ya"

"Hmmm", jawab Wahyu malas.

***

"Makasih ya udah mau nyempetin dateng", ujar Jeremy pada wanita yang duduk dihadapannya. Arin.

"Gapapa. Kamu sendiri gimana? Ga sibuk?", tanya Arin sambil membaca menu makanan.

"Engga kok. Kelompok aku udah beres semua. Beberapa barang juga ada yang udah dianter ke posko. Besok tinggal berangkat. Kamu gimana?"

"Sama. Aku juga kaya gitu. Rem, aku dimsum tuna sama lemon tea ya", pinta pada Jeremy. Dengan sigap Jeremy langsung memesan pesanan Arin dan dirinya.

"By the way, ada apa Rem?", tanya Arin sambil menunggu pesanannya datang.

"Hmm... kan sebulan lebih aku bakal ga ketemu kamu... jadi... ya mau ketemu kamu dulu hehehe"

"Hahaha dikira ada apa. Cuma sebulan doang kok, abis itu kan kita bisa ketemuan lagi"

"Bukan gitu, Rin... aku ga sanggup... kalo ga ketemu sebulan lebih... sama kamu", ujar Jeremy. Arin tersipu mendengarnya.

"Boleh ga... nanti pas KKN, sebelum kamu tidur... aku telepon kamu? Tapi kalo kamu ga mau aku ga..."

"Boleh kok, Rem", jawab Arin memotong Jeremy. Jeremy sudah tersenyum senang hingga...

"Tapi kalau aku ga ngangkat, mungkin aku lagi telponan sama Mama, Papa, Bang Jona, Bang Mikha, Bang Setep, Dayana, Yovita, atau Haikal. Gapapa kan?", tanya Arin. Jeremy hanya tersenyum mengangguk. Ada beberapa nama yang disebut oleh Arin, tapi tidak ada namanya.

Keduanya pun terdiam, hingga Jeremy menyadari sesuatu.

"Anting baru ya?", tanya Jeremy, menghilangkan kesunyian.

"Oh... hmm... i.. iya", jawab Arin terbata, membuat Jeremy jadi penasaran.

"Kenapa? Malu? Bagus kok antingnya. Cocok sama kamu", puji Jeremy. Arin hanya diam, dia setuju dengan pendapat Jeremy, tapi ia tidak menyangka opini tersebut dari mulut Jeremy.

"Hmm... makasih"

"Pasti dikasih Mama kamu ya? Kan kata Tante Dira, kamu itu krisan kuning", tebak Jeremy.

Blooms in AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang