XXXIII

52 11 13
                                    

Arin melihat arlojinya selepas ia keluar dari ruangan dosen pembimbingnya. Pukul 09.45. Masih cukup untuknya menuju Fakultas Kedokteran, memberi ucapan selamat pada Mark sekaligus memberi hadiah kecil padanya.

Baru saja Arin akan melangkah pergi, Haikal memanggilnya.

"Mau kemana lo?", tanya Haikal.

"Tumben jam segini kamu udah di kampus? Praktikum kan jam 1?"

"Bimbingan pertama doongggg!! Gue dateng dari jam 8, nunggu Bu Ratih satu setengah jam. Pas giliran gue, kata Bu Ratih nanti proposal gue diperiksa dulu, minggu depan ketemuan lagi. Eh gue nanya, lo mau kemana?"

"Mau ke FK"

"Ngapain?"

"Praktikum"

"Rin...."

"Temen aku ada yang semprop. Mumpung ada kamu, anterin dong, Kal"

"Ya udah ayo". Keduanya pun melangkah menuju parkiran.

"Kal, cowok kalo dikasih begini, suka ga sih?"

"Apaan sih itu?"

"Hadiah semprop buat temen aku"

"Maksud gue itu apaan? Buku agenda kah? Notes book kah? Diary kah?"

"Semacem journal book gitu. Kira-kira suka ga ya?"

"Ya kalo cowoknya kaya gue sih, gue ga suka, Rin. Binder gue aja cuma dipake pas minggu-minggu awal doang. Sisanya, gue fotokopi catetan lo"

"Hmmm suka ga ya dia?"

"Ya lo beli itu atas dasar apa sih?"

"Dia suka baca buku. Biasanya yang suka baca buku, suka nulis juga. Makanya aku beliin ini. Warnanya ga alay kan? Sengaja aku beliin warna navy begini, karena dia cowok. Terus, kan bisa kepake juga buat nulis data penelitian atau semacemnya"

"Ya kalo gitu, kemungkinan besar sih suka". Arin pun mengangguk perlahan. Semoga benar, Mark suka akan hadiahnya.

"Rin", tanya Haikal ketika mereka sudah di parkiran.

"Hmm?"

"Ini cowok yang suka naik mobil itu ya?"

"HAH?", kaget Arin.

"Hmm... beberapa hari yang lalu, gue ketemu abang lo, Bang Steven, di kafe deket alun-alun"

"Terus?", tanya Arin penasaran.

"Abang lo nanya, kok gue pake satrio ijo gue, Benz nya kemana. Ya gue kan bingung, gue naik mobil aja jarang, apalagi punya Benz? Duh, Rin.... Bapak gue cuma pensiunan PNS yang hobi pelihara burung, mana ada duit buat beli Benz"

"Terus, kamu jawab apa?"

"Gue pasang wajah bego lah! Mana gue paham maksud omongan abang lo! Terus abang lo bilang 'oh dipakenya cuma buat anter Arin pulang ke rumah ya? Karena knalpot satria lo pernah ditegur bokap gue?'. Setelah itu, baru gue paham"

"Paham apa?"

"Lo punya pacar kaya raya 7 turunan 8 belokan 9 tanjakan, cuma lo belum berani kenalin dia ke abang-abang lo, terus setiap dia nganterin lo pulang, lo selalu ngaku itu gue kan? Iya, kan?"

DING DONG DENG!!!!

Arin terkejut dengan tebakan Haikal. Walaupun tidak sepenuhnya benar, tapi tebakan Haikal ada benarnya juga.

Bukan pacar, melainkan teman sekolah Arin yang dibenci oleh ketiga kakaknya. Membuat Arin takut untuk mengakui bahwa Jeremy lah yang sering mengantarnya pulang.

Blooms in AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang