XI

74 15 15
                                    

"Selamat datang Tuan", sapa Pak Yono, tukang kebun di rumah Jeremy. Jeremy hanya membalas sapaan tersebut dengan senyuman dan anggukan kecil lalu menghampirinya.

"Kalau ga ada kakek tua itu, panggil Jeremy saja, Pak", ucapnya lalu membantu Pak Yono yang sedang memindahkan tanaman.

"Tuan, sudah tidak usah dibantu"

"Udah, Pak. Saya juga lagi bosan ini"

"Jangan Tuan, nanti Bapak Kepala akan memarahi saya, jika beliau tahu bahwa cucunya melakukan pekerjaan ini", cegah Pak Yono dengan mengambil pot tanaman yang dipegang Jeremy. Jeremy yang mendengarnya hanya tersenyum. Apa? Cucu? Rasanya yang menganggap bahwa Jeremy cucu dari kakek tua itu hanyalah para asisten di rumah ini dan karyawan di perusahaan. Kakek tua itu saja tidak pernah menganggap dirinya sebagai cucunya.

"Gapapa, Pak. Toh saya juga benar-benar tidak ada kerjaan. Si kakek tua itupun juga masih di kantor", ucapnya lalu mengambil kembali pot tanaman dari tangan Pak Yono. Karena tidak enak menolak permintaan Jeremy, akhirnya Pak Yono membiarkan Jeremy membantu dirinya.

Sebesar apapun rumah ini, hanya kamarnya dan taman di dekat pintu belakang yang menjadi tempat favoritnya. Bagian lain dari rumah ini tak ada yang menarik perhatian Jeremy. Bahkan taman depan, yang menjadi spot paling cantik menurut para asisten di rumah itu, tak menarik perhatian Jeremy.

"Oiya, Pak. Screen house di belakang, sudah dibuka?", tanya Jeremy.

"Sudah, Tuan. Sudah saya rapihkan juga. Oiya, bunga favorit Tuan pun sudah saya pindahkan ke dalam kok". Jeremy pun langsung melihat sekitar, ah pantas daritadi ia tidak melihat bunganya.

"Syukurlah kalau sudah dipindahkan"

"Tapi Tuan, bolehkah saya bertanya?"

"Tanya apa, Pak? Kalau sama saya mah santai saja"

"Di rumah ini, ada banyak bunga yang indah, lalu kenapa Tuan lebih memilih krisan kuning?"

Pertanyaan Pak Yono menghentikan Jeremy yang sedang memindahkan pot. Dia pun tersenyum, menurunkan pot yang sedang diangkatnya.

"Karna menurut saya, krisan kuning itu indah, Pak", jawabnya kemudian melanjutkan kegiatannya. Tanpa disadari, dari balik pintu belakang, Andreas mendengar perbincangan itu. Menghela nafas.

"Seharusnya, kamu menceritakannya pada Kakekmu, Jer", gumamnya.

***

"Rin, mau ke mana?", tanya Dayana begitu kelas hari ini selesai.

"Perpus pusat"

"Awas, nanti ketuker lagi loh KTMnya hahahaha", canda Yovita, dan Dayana ikut menertawainya.

"Rese ih"

"Sama siapa?", tanya Yovita.

"Sama Haikal"

"Arin!", panggil Haikal dari deretan kursi belakang.

"Arin!", panggil Haikal dari deretan kursi belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Blooms in AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang