XIX

63 14 4
                                    

Laun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laun... kamu di mana, dek? Noona kangen.... kayanya performance nya ONF di Road to Kingdom bakalan makin makin keren kalo ada kamu di sana huhuhuhu. Maaf ya, sekalinya update langsung mukanya Mike yang muncul hehehe.

Ada yang kangen sama aku... eh... sama cerita ini?

***

"Hai, dek. Sibuk?"

Arin membalikkan badannya dan melihat Jona berdiri di pintu kamarnya. Ah... pasti kakaknya ini akan meminta penjelasan terkait pertemuannya dengan Jeremy dua hari yang lalu.

"Masuk aja, Bang. Aku cuma lagi baca-baca materi doang kok". Jona pun melangkah masuk ke dalam kamar Arin lalu duduk di pinggir tempat tidur.

"Pasti tahu kan abang bakal ngomong apa". Arin mengangguk pelan. Dari dulu, tidak ada masalah dalam hidupnya yang bisa ditutupi dari Jona. Semuanya Jona tahu. Bahkan, masalah dirinya yang tidak diketahui oleh orang tuanya, Jona bisa tahu.

"Jadi... benar kamu ketemu Jeremy karna diajak Dayana?", tanya Jona yang diikuti anggukan Arin. Setelah kejadian itu, Dayana datang mengunjungi Jona ke rumah sakit. Dayana meminta maaf atas tindakannya mempertemukan Jeremy dengan Arin dan menjelaskan maksud dari tindakannya. Jona tahu, Dayana hanya ingin Arin mengetahui tentang kejadian lima tahun yang lalu. Tapi masalahnya, adiknya ini belum bisa menerima kejadian lima tahun yang lalu. Kejadian yang sangat mengguncang orang tuanya, Arin, dan juga dirinya.

"Mark kemarin cerita, waktu Mark jemput kamu, kamu kesulitan nafas. Kamu... kambuh?". Arin pun menundukkan kepalanya.

"Jadi... gimana ceritanya sampai kamu bisa kambuh begitu, Rin? Cerita ya ke abang", kata Jona dengan lembut. Arin pun bangkit berdiri dari kursi belajarnya, lalu duduk di samping Jona.

"Cerita pelan-pelan aja ya. Abang bakal dengerin semuanya kok. Masih inget kan janji kamu waktu itu? Kalau kamu... bakal cerita semua masalah kamu ke abang?", tanya Jona sambil menepuk pelan bahu Arin. Hitungan detik, Arin langsung mengeluarkan tangisnya, lalu menceritakan pertemuannya dengan Jeremy pada Jona. Ada waktu di mana Jona hanya diam memeluk Arin karena Arin tidak dapat melanjutkan cerita karena menangis. Walaupun tahun ini Arin berusia 20 tahun, bagi Jona, Arin tetaplah adik perempuannya yang masih kecil dan selalu menangis jika Jona pergi ke sekolah.

"Kamu masih belum sanggup cium bau kopi?", tanya Jona begitu tangis Arin mereda.

"Bukan gitu, Bang... selama ini... kalau temen-temen ngajak kumpul di kedai kopi, aku gapapa kok. Ya sedikit pusing sih, tapi.. ga pernah sampai kaya kemarin"

"Terus... kemarin rasanya gimana?"

"Tiba-tiba aja aku denger bunyi 'ngiiiiing' di kuping aku, terus rasanya susah buat napas. Aku ga bisa denger apapun, sampe Mark manggil nama aku. Chrysantarin. Suaranya... lembut banget. Abis itu suara 'nging'nya perlahan hilang, terus aku perlahan bisa nafas sampai ritmenya normal"

Blooms in AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang