"Halo semuanya, namaku Chrysantarin Gifty. Panggil aja Arin", ucap si pemilik nama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gadis itu akan memulai kehidupan putih birunya. Di hadapan ketiga kakak laki-lakinya, gadis itu sedang berlatih untuk memperkenalkan diri. Bukan tanpa alasan ia berlatih, gadis itu sangat tidak percaya diri. Apalagi, di sekolah barunya nanti, Ia tidak mengenal siapapun. Seluruh teman dekat SD nya tidak ada yang melanjutkan ke sekolah ini.
Awalnya, Arin dan beberapa temannya hanya iseng untuk mencoba mengikuti tes masuk ke sekolah tersebut. SMP Harapan Nusantara membuka kelas unggulan yang hanya menampung 25 orang. Siapa sangka, Arin diterima di sekolah tersebut dan meraih peringkat 4. Tentu saja orang tua dan ketiga kakak laki-lakinya sangat bangga pada prestasi tersebut. Ditambah lagi, adanya gratis uang sekolah selama satu semester membuat orang tua nya (terutama sang Mama) langsung setuju untuk bersekolah di situ. Arin (yang saat itu baru berusia 12 tahun) senang membuat orang tuanya bangga, di sisi lain dia sedih karena tak ada satupun teman dekatnya yang berhasil masuk ke sekolah itu.
"Dek, kalo lagi perkenalan gitu, mukanya jangan ditundukin gitu dong", saran kakak pertamanya, Cakrawala Jonathan atau biasa Arin panggil dengan Bang Jona.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jona dengan Arin berbeda 8 tahun. Jona adalah kakak pertama yang hanya Arin temui ketika weekend atau hari bertanggal merah. Kesibukannya sebagai mahasiswa kedokteran, membuatnya jarang pulang ke rumah. Walaupun menjadi mahasiswa di kotanya sendiri (yang hanya membutuhkan 30 menit untuk ke kampusnya), Ia memilih untuk tinggal di asrama kampus. Tentu saja, awalnya orang tuanya sangat menentang hal ini. Namun, kecelakaan mobil yang pernah Ia alami akibat kelelahan, membuat orang tuanya harus mengikhlaskan dirinya untuk tinggal di asrama kampus. Tentu dengan berbagai persyaratan dan ketentuan dari orang tuanya, seperti harus sering menghubungi orang tua dan adik kecilnya, Arin. Jona pun tidak keberatan dengan syarat tersebut, terlebih lagi, Ia sangat menyayangi adiknya yang paling kecil dibandingkan adik pertama dan keduanya (terutama adik keduanya).
"Adek ga berani liat muka mereka, Bang", jawab Arin.
"Makanya sekarang adek harus latihan biar besok bisa pede", tambah kakak keduanya, Samudra Mika atau biasa Arin panggil Bang Mika.
