"Mark", panggil Kalvin.
"Apa?", jawab Mark malas. Mereka sedang berada di kantin fakultas mereka. Baru saja selesai dengan kegiatan perkuliahan mereka.
"Kita punya video hot, mau liat?", tawar Kalvin.
"Gue ga liat begituan", tegas Mark.
"Beneran nih ga mau? Mike, dipause aja. Tunjukin bagian pentingnya!", perintah Kalvin. Mike pun langsung mengeluarkan handphonenya.
"Gue bilang gue ga mau liat begituan ya! Lagian lo pada gila apa? Nunjukin di kantin?"
"Mark, yang ini. Harus. Lo. Liat. Sekarang. Juga!", tegas Mike lalu memeperlihatkannya pada Mark. Mark sempat ingin mengelak handphone Mike, namun ditahan Kalvin.
"Liat dulu. Demi Tuhan lo ga berdosa liat yang ini", ujar Kalvin. Mark pun akhirnya melihatnya. Tapi... tunggu, tunggu, tunggu! Itu bukanlah potongan video hot yang seperti Mark bayangkan, melainkan foto dirinya... dengan Arin!
"Anjir! Dapet darimana lo?!", marah Mark. Kalvin dan Mike pun langsung tertawa. Mark pun langsung merebut handphone Mike, namun Mike jauh lebih cepat untuk mengamankan handphonenya.
"Hapus, ga?"
"Engga, sebelum lo jelasin ke kita apa yang terjadi di balik itu semua", ujar Kalvin, lalu duduk di sebelah Mike, menyantap gorengan tahu yang sudah dipesan Mike.
"Ga seperti yang kalian pikirin kok", jawab Mark, meminum air mineralnya. Mengapa dirinya jadi terasa panas dan haus?
"Ya makanya jelasin ke kita apa yang terjadi", pinta Mike.
"Gue ketemu dia, udah malem, terus gue anter pulang. Clear", jelas Mark. Kalvin dan Mike pun saling berpandangan. Mereka berdua yakin, pasti tidak sesimple itu.
"Ga mungkin Mark. Gue kenal Arin, ya walaupunbaru ketemu lagi. Arin itu anaknya pemalu sama orang baru, apalagi sama lo, orang yang bikin dia gagal praktikum. Ga mungkin dia semudah itu mau pulang bareng sama lo", duga Mike.
"Lo maksa ya?", tuduh Kalvin.
"Terserah deh. Gue balik ya, mau ke kantor Papa", pamit Mark.
"Ke Teknik lo?", tanya Kalvin.
"Iya. Gue duluan ya", pamit Mark. Sepeninggalan Mark, Kalvin dan Mike pun kembali menerka apa yang telah terjadi antara Mark dan Arin.
***
"Tuan Jeremy", panggil Andreas.
"Hmm?"
"Pak Hendrawan menelpon saya, katanya Bapak Kepala ingin bertemu dengan Tuan"
"Ngapain?"
"Entah, saya juga tidak tahu. Mungkin tentang... perayaan ulang tahun Tuan"
"Tunggu di mobil, lima menit lagi saya ke sana"
"Baik, Tuan", kemudian Andreas pergi meninggalkan Jeremy.
Jeremy menghela nafas kesal. Dirinya menatap nisan yang berada di depannya. Kemudian air mata mulai mengalir dari kedua matanya.
"Ma, mama denger sendiri kan? Bentar lagi Remy ulang tahun. Tapi ulang tahun Remy ga akan sama tanpa Mama, Nenek, dan.... Arin. Ulang tahun Remy cuma diisi sama temen-temen Kakek tua itu. Paling cuma ada Wahyu dan Andreas yang Remy kenal di sana. Remy ga mau... tapi Remy ga bisa nolak, Ma", isak Jeremy. Jeremy kemudian terdiam. Menatap dalam nisan yang berada di depannya, nisan Sang Mama. Jeremy pun menarik napas dalam kemudian menghapus sisa air mata di pipinya.
"Remy pamit ya, Ma. Banyak yang pengen Remy ceritain, tapi si Kakek tua itu berisik. Kasian nanti Andreas. Dadah Mama", lalu Jeremy pergi meninggalkan makam sang Mama, menuju ke parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooms in Autumn
FanfictionKarena setiap bunga akan mekar pada musimnya masing-masing... Cast : Oh My Girl's Arin as Arin NCT's Mark as Mark Park Jihoon as Jeremy