XXIII

54 13 7
                                    

Arin menatap pantulan dirinya di cermin. Cukup baik. Cukup baik untuk mengelabui Mika dan Steven bahwa dirinya tidak ingin hadir di pesta ulang tahun Jeremy. Arin menghela napas. Menatap cermin dan memantulkan senyum palsu.

"Kamu cukup datang. Kasih senyum. Makan. Ikut hahahihi sama Bang Mika. Terus pulang. Udah", ujarnya meyakinkan diri. Setelah berdoa semoga pesta ini dapat berjalan lancar, Arin pun menemui kakaknya.

"Bang Mika?", panggil Arin sambil masuk ke dalam kamar kakaknya itu. Kamar yang cukup besar karena diisi oleh dua kakaknya, Mika dan Steven. Terkadang, Jona pun ikut tidur di kamar tersebut. Entah apa yang membuat Jona tidur di kamar itu, kalau kata Steven 'urusan pria dewasa'.

"Oh.. udah siap?", tanya Mika sambil menggunakan arlojinya. Arin mengangguk dan duduk di tepi kasur Mika.

"Bang Setep kenapa ga jadi ikut sih?", tanya Arin sambil menunggu Mika.

"Mendadak ke Singapur. Kerjaan kantor katanya. Tadi aja seisi kamar ini disumpah serapahi sama dia gara-gara Bos nya nyuruh dia ke Singapur dadakan"

"Ih.. enak ke Singapur. Mending aku ikut"

"Terus kamu mau jadi korban sumpah serapahnya Setep, Rin? Abangmu galak loh kalau malam minggu nya dipake buat urusan kantor ahahaha". Arin ikut tersenyum. Ia sangat tahu, bagaimana Steven selalu memuliakan malam minggu.

"Tapi, Rin... Bang Jona jadi ikut. Nanti Bang Jona langsung dateng ke sana", jelas Mika yang membuat Arin langsung mendapat firasat buruk. Bang Jona... dan Jeremy... akan bertemu?

***

"Loh, Mark?"

Mark pun menoleh ke suara yang memanggilnya. Mike.

"Ngapain di sini?", tanya Mike.

"Perlu dijelasin?", tanya Mark kembali.

"Ohhh lagi kerja...", jawab Mike. Mike sudah terbiasa dengan sifat Mark. Mike yang bertanya, Mike pula yang menjawabnya kembali.

"Ga mau nanya gue ngapain?", tanya Mike. Mark langsung membalikkan badannya dan merapikan bunga yang tadi sempat rusak karena tersenggol orang lain.

"Berarti nunggu sampai pestanya kelar nih?", tanya Mike kembali.

"Ga juga. Nanti yang bongkar paling EO-nya. Gue cuma sebentar doang. Sambil nunggu pembayaran", jawab Mark.

"Temenin gue ajalah Mark. Bang Hosea lagi sibuk ngobrol sama yang lain. Gue sendirian nih", ajak Mike. Mark hanya menggeleng. Lalu melambaikan tangan, berpamitan pada Mike.

"Ga seru lo Mark. Duh... Arin kapan dateng sih?", gerutu Mike yang membuat Mark berhenti melangkah.

"Arin? Chrysantarin?"

"Iyee. Kenapa? Ga jadi pulang gara-gara Arin?", ketus Mike.

"Ngapain dia di sini?"

"Gue ga ditanyain. Arin ditanyain"

"Ya udah kalo ga mau jawab sih"

"Iya! Ini undangan kantor. Berhubung para orang tau lagi keluar kota, jadi gue, Bang Hosea, Bang Mika, sama Arin yang ngewakilin. Bang Hosea sama Bang Mika pasti sibuk ngobrol sama yang lain. Paling nanti gue ngobrol berdua doang sama Arin"

"Oh"

"Ga jadi pergi lo?"

"Katanya minta ditemenin?"

"Ohhhhhhh, jadi karena Arin niiiihhhhhh?", goda Mike.

"Apaan sih?"

"Apaan apaan? Tadi gue minta temenin ga mau, gue bilang ada Arin, sekarang mau. Udah mulai suka sama Arin ya loooo?", goda Mike, Mark hanya mengalihkan pandangan. Pura-pura melihat dekorasi bunga yang lain.

Blooms in AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang