XXII

57 12 2
                                    

Andreas menatap sosok yang sedang terbaring di hadapannya. Sosok yang hampir 8 tahun ini ia kira sudah meninggal. Sosok yang tidak pernah bertegur sapa dengannya namun tetap ia segani. Joseph Hadinata, putra tunggal Bapak Kepala, dan ayah bagi majikannya, Jeremy Hadinata.

Ketika Andreas sudah bersiap pulang setelah meeting dengan Event Organizer yang menangani pesta ulang tahun Jeremy, Hendrawan menelponnya. Menyuruhnya untuk segera ke rumah sakit dikarenakan 'Tuan Muda' kembali terbangun. Baik Hendrawan, bersama Bapak Kepala, sedang berada di luar kota untuk keperluan perusahaan sehingga Hendrawan tidak bisa datang ke rumah sakit.

Andreas membanting dirinya pada sofa. Sekedar beristirahat sejenak setelah menyetir dengan kecepatan tinggi dan sesampainya di rumah sakit langsung menghadapi 'Tuan Muda' yang mengamuk. Membantu para tenaga rumah sakit yang kelimpungan menahan gertakan 'Tuan Muda'. Ah... sejujurnya Andreas pun masih tidak nyaman memanggilnya 'Tuan Muda' karena yang selama ini ia ketahui 'Tuan Muda' adalah Jeremy.

Melihat waktu yang menunjukkan nyaris pukul sepuluh malam, Andreas pun bersiap diri untuk pulang. Mencuci mukanya kasar di wastafel lalu mengambil jaket kulitnya. Baru saja Andreas melangkah melewati ranjang rumah sakit, Andreas mendengar suara erangan. Cukup membuatnya bergidik ngeri sebentar, sebelum ia menoleh ke arah ranjang. Andreas terkejut, Joseph... ah! Tuan Muda Joseph terbangun. Membuka matanya, berusaha keras menggerakkan telapak tangannya, mencoba memanggil Andreas.

"Siapa... kamu?', rintihnya. Andreas pun berusaha mendekat. Memastikan apa yang baru saja 'Tuan Muda' katakan.

"Siapa kamu?", tanya Joseph kembali, kali ini dengan suara yang lebih jelas.

"Selamat malam, Tuan. Saya Andreas Wijaya bekerja sebagai staff khusus Bapak Kepala. Saya disuruh...."

"Pak Hendrawan mana?"

"Kebetulan beliau sedang menemani Bapak Kepala keluar kota". Kemudian tidak ada lagi percakapan di antaranya. Andreas pun sedang memikirkan apakah ia harus menghubungi para perawat tentang 'Tuan Muda' yang terbangun atau tidak.

"Kamu... asisten Jeremy?", tanya Joseph dengan suara bergetar. Seperti ada perih ketika ia menyebutkan nama Jeremy.

"Benar, Tuan"

"Apakah dia baik-baik saja?"

"Tuan Jeremy baik-baik saja, Tuan. Ada yang ingin Tuan sampaikan?"

Tiba-tiba Joseph memejamkan matanya. Bahunya bergetar. Andreas baru saja menyaksikan bahwa 'Tuan Muda' menangis. Air matanya mengalir membasahi bantal. Tak ada suara tangisnya. Andreas kebingungan. Ia pun mendekati Joseph.

"Maaf Tuan. Apakah ada yang sakit? Apa perlu saya panggilkan dokter?", tanya Andreas bingung. Joseph terus memejamkan matanya sambil menangis.

"Tuan, maaf. Saya panggilkan perawat ya?", ujar Andreas sambil mencari tombol interkom.

"Jangan". Andreas terdiam, lalu menatap Joseph yang membuka matanya perlahan.

"Bisa ceritakan tentang... Jeremy? Mengapa ia bisa bersama dengan kalian?", tanya Joseph.

***

Januari 1995

BRAAKKKKK!!

"APA KAMU MASIH TIDAK MENGERTI APA YANG SAYA KATAKAN?!"

"PAPA GA TAHU APA YANG SAYA INGINKAN!"

"SAYA TAHU YANG TERBAIK UNTUK KAMU!"

"TAPI YANG TERBAIK UNTUK PAPA ITU TIDAK BAIK UNTUK SAYA DAN KELUARGA SAYA!"

"KELUARGA? KAMU GILA? SAYA TIDAK PERNAH MERESTUI KAMU MENIKAH DENGAN WANITA ITU!"

Blooms in AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang