Sekarang Reina dan Devan sedang berada di rooftop. Tidak hanya ada mereka berdua. Tetapi Arya, Andra,reza, dan Revan pun ada disana juga.
"Katanya mau makan bekal punya gue kak. Gimana sih." Sebal Reina karna Devano dan sahabatnya sedang bermain game online.
"Gue pengin disuapin Lo."
"Ogah banget."
"Ko nggak nurut sih? Gue kan pacar Lo Rei."
"Masih pacar yah bukan suami." Devano meletakkan ponselnya dimeja dan menatap Reina.
"Lo berharap gue jadi suami Lo?"
"Eh nggak bukan itu maksudnya. Yaudah sini gue suapin."
"Baru kayak gitu aja udah baper Lo. Apalagi gue panggil sayang." Kekeh Devano
"Buka mulutnya kak." Reina memilih untuk menyuapi Devano daripada dirinya dibuat malu oleh Devano.
"Buat gue mana Rei. Ko nggak ada?" Tanya Revan
"Gue cuma bawa satu kak. Maaf yah besok gue bawain deh."
"Jangan. Ntar tas Lo berat. Bisa pegal itu pundak Lo." Bukan Revan yang menjawab melainkan Arya
"Kan aku yang bawa kak."
"Tetap nggak boleh. Cukup bawa satu aja. Itu juga bukan Lo yang makan. Nurut aja Rei ." Arya memaksa
"Iya kak."
"Ko Lo yang ribet sih Ar?" Heran Devano dengan perilaku Arya barusan.
"Iya nih, kan gue juga mau dibawaain makanan sama Reina." Tambah Revan cemberut.
"Serah gue lah." Arya tetap melanjutkan bermain game tanpa memperdulikan protes dari teman temannya.
Bel masuk sudah berbunyi. Reina mengambil kotak makannya yang ada dimeja dan melangkah pergi.
"Istirahat kedua kesini lagi yah Rei." Pinta Devano. Reina hanya mengangguk.
*****
Sebelum kembali ke kelas Reina memutuskan untuk pergi ke kantin terlebih dahulu. Ia merasa tidak memiliki energi. Tadi pagi tidak sarapan dan tadi bekalnya dihabiskan Devano.
Reina tidak ingat bahwa sekarang jam pelajaran Matematika yang berarti Bu Rika, guru terkiller sedang berada dikelas Reina.
Setelah menghabiskan nasi goreng dan minumannya. Reina berlari menuju kelas. Dengan santainya Reina membuka pintu kelas padahal kelas sedang dalam keadaan hening.
"Darimana kamu?!" Tanya Bu Rika
"Saya dari kantin Bu."
"Enak banget yah waktunya pelajaran malah dikantin. Sekarang kamu lari keliling lapangan 15 kali."
"Tapi Bu itu banyak banget kurangin lah." Pinta Reina
"20 putaran, nggak boleh dibantah sekarang kamu keluar dari kelas dan laksanakan hukuman kamu."
Reina menurut pergi ke lapangan dan mulai berlari. Karna lapangan sekolah yang luasnya kebangetan, Reina baru bisa berlari 18 putaran padahal dirinya sudah berhenti berkali kali tetap saja kelelahan. Kurang 2 putaran lagi tapi bel istirahat kedua sudah berbunyi. Sekarang banyak siswa siswi yang melihat Reina berlari di lapangan. Termasuk Devano dan sohibnya.
Setelah menyelesaikan hukumannya. Reina harus berlari lagi menuju rooftop.
"Maaf kak gue telat." Reina mencoba menormalkan detak jantungnya yang tidak karuan karna berlari lari.
"Iya nggak apa-apa. Sini duduk." Reina hanya menurut dan duduk disebelah Devano
"Capek yah?" Tanya Devano lembut.
"Iya kak."
"Nih minum dulu." Menyodorkan botol air mineral
"Makasih." Reina meminum air tersebut sampai tersisa setengah.
"Kenapa dihukum?"
"Tadi telat ke kelas."
"Ko bisa telat sih? Padahal Lo dulu yang keluar rooftop. Gue juga nggak telat." Bingung Devano
"Tadi gue ke kantin dulu kak. Terus guru yang ngajar ternyata Bu Rika jadinya yah dihukum."
"Lah kan biasanya Lo makan waktu istirahat kedua. Ko belum istirahat kedua Lo udah laper?" Devano masih bingung dengan jawaban Reina.
"Tadi pagi gue belum sarapan kak."
"Lo belum sarapan? Ko nggak bilang sih. Kalau gue tau tadi nggak gue makan tuh bekal Lo." Sesal Devano
"Udah lah kak. Udah terjadi juga."
"Lo tunggu disini, gue pesenin makanan dulu." Devano melangkah menuju kantin
Sekitar 20 menit berlalu Devano kembali ke rooftop "Ini makan dulu Rei." menyerahkan satu mangkok bakso.
"Nggak usah kak gue kan tadi udah makan." Tolak Reina
"Tadi Lo habis lari lari. Tenaga Lo udah habis Reina. Gue suapin aja yah."
"Eh jangan kak. Gue bisa sendiri."
"Buka mulut Lo."
Reina membuka mulutnya dan memakan bakso itu sampai habis dengan suapan dari Devano.
"Kak udah jam 13.45 gimana nih. Gue telat lagi." Risau Reina
"Tenang aja sekarang semua guru rapat. Jadi semua kelas juga freeclass."
"Sini aja Rei temenin gue." Reina kembali duduk diujung sofa.
Devano yang melihat Reina kembali langsung menidurkan dirinya dengan kepalanya ada di paha Reina.
"Astagfirullah ngapain kak." Reina berusaha menyingkirkan kepala Devano
"Ssst diem Rei gue ngantuk pengin tidur." Devano memejamkan mata tapi tangannya bergerak menarik tangan Reina dan menaruhnya di kepala Devano.
Reina yang tidak paham pun hanya diam. " Rei usap kepala gue dong."
Reina mulai menggerakkan tangannya dikepala Devano. Tidak lama kemudian terdengar dengkuran halus dari mulut Devano.
"Devan, sebenernya apa maksud Lo ngajak gue pacaran lagi? Gue nggak mau terjebak sama Lo lagi. Tapi kenapa pikiran gue bertolak belakang dengan hati gue." Reina memandangi wajah tenang Devano dengan mata yang sudah mulai mengeluarkan air mata.
"Kenapa dulu Lo tinggalin gue Devan. Sekarang kenapa Lo minta gue jadi pacar Lo lagi?. Kalau kayak gini terus gue semakin sulit buat lupain Lo."
"Gue bingung percaya sama Lo atau nggak. Gue bingung harus sayang Lo lagi apa nggak. Gue bingung Devan. Gue bingung hiks hiks." Reina menutup mulutnya supaya tidak mengeluarkan suara.
Mungkin karena kelelahan,baru saja menangis dan telah mengisi perutnya menjadikan Reina mengantuk.Sekarang Reina sudah memejamkan matanya yang sembab karena menangis.
Jangan lupa vote dan komen part ini💙
KAMU SEDANG MEMBACA
REINA (END)
Teen FictionBagaimana pendapat kalian jika mantan kalian mengajak balikan? Terima?tapi takut kembali tersakiti Tolak? Tapi masih ada rasa sayang dihati Memilih untuk menjadi teman saja? Seperti orang tidak dikenal saja susah melupakan kenangan apalagi kalau men...