23. Martabak

102 3 0
                                    

Reina bangun dari tidurnya dan melihat jam sudah pukul setengah lima. Ia segera bangkit dari kasur dan melaksanakan ibadah sholat.

"Devan bangun, udah hampir jam lima nih. Sholat dulu sana." Reina menggerak gerakkan tangan Devano.

"Euhm iya sayang ini udah bangun ko. Morning kiss dulu by"

"Nggak!!" Tegas Reina

"Dipipi aja by. Ayolah please."

Cup

"Udah kan sana sholat. Mereka kayaknya belum bangun. Aku mau bangunin mereka dulu" Reina melangkah keluar kamar tapi belum sampai ia membuka pintu tangannya sudah dicekal oleh Devano

"Kamu jangan bangunin temen-temen aku. Nggak boleh!!"

"Kata siapa aku bangunin temen kamu? Aku kan mau bangunin temen aku. Udah sana sholat ish."

"Astagfirullah ini kenapa kamar berantakan banget." Guman Reina melihat kamar yang ditempati temannya penuh dengan bungkus jajan.

"Woy bangun!! Udah siang kalian nggak mau sholat?!" Teriak Reina membuat Lina, Alya dan Elisa langsung terbangun dari tidurnya

"Anjir Lo Rei. Kalau bangunin yang bener kenapa sih. Kaget gue anjim." Cibir Alya

"Hehe sorry. Udah sana sholat terus bantuin gue masak."

"Lo kan tau Rei kalau gue nggak bisa masak. Gue mau sholat duluan" Ujar Alya keluar kamar. Reina menatap Elisa, mengerti dengan arti tatapan Reina ia langsung mencari alasan.

"Gue juga nggak bisa masak Rei. Takut kena minyak, sia-sia dong gue perawatan kalau akhirnya kena minyak goreng."  Elisa terkekeh lalu pergi meninggalkan Reina dan Lina berdua dikamar.

"Lo juga nggak mau bantuin gue masak?" Tanya Reina

"Gue mau kok Rei. Mau sumpah deh."

"Yaudah ayo ke dapur" Reina melangkah menuju dapur diikuti Lina

Baru dua puluh menit Lina didapur ia harus melaksanakan sholat setelah Elisa. Jadi kini yang didapur hanya ada Reina sendiri. Namun  tiba-tiba ada sebuah tangan melingkar di perutnya.

"Astaghfirullah ini tangan siapa ya Allah." Lirih Reina berusaha menyingkirkan tangan yang melingkar di perutnya. Sangat susah untuk melepas tangan itu, bahkan sekarang telinganya ditiup tiup dari belakang.

"allahu la ilaha illa huw, al-hayyul-qayyum, la ta'khuzuhu sinatuw wa la na'um, lahu ma fis-samawati wa ma fil-ard, man zallazi yasyfa'u 'indahu illa bi'iznih..." Belum selesai Reina membaca ayat kursi sebuah suara menghentika Reina.

"Sayang aku bukan hantu. Masa kamu bacain ayat kursi sih." Gerutu Devano dibelakang Reina

"Devan? Astaga kenapa kamu dari tadi diam aja! Aku takut tau. Kalau aku pingsan gimana? Kalau aku jantungan gimana? Kamu mau tanggung jawab?" Omel Reina menarik telinga Devano.

"Aduh sakit by. Maaf tadi aku cuma mau ngerjain kamu. Itu liat ikannya gosong." Devano menunjuk nasi goreng yang Reina masak. Reina segera membalikkan badan.

"Ini nggak gosong Devano. Kamu bohongin aku ish." Teriak Reina setelah mematikan kompor.

"Hehe maaf by lagian kamu tadi kuat banget nariknya nih liat telinga aku jadi merah kan."

"Aduh maaf Dev aku nggak bermaksud gitu. Pasti lama yah sembuhnya kalau kaya gitu?"

"Dicium kamu juga udah sembuh Rei. Makanya sini cium telinga aku dulu." Dengan polosnya Reina mengikuti ucapan Devano.

"Woy kalian lagi ngapain?!!" Teriak Arya di depan pintu dapur.

"Aku nggak ngapa-ngapain ko kak. Sumpah deh." Spontan Reina menjauh dari devano

"Kamu ajak yang lain sarapan yah Van. Aku mau ke kamar dulu." Reina lari meninggalkan Arya yang menatap tajam Devano. Sedangkan Devano yang ditatap seperti itu melangkah pergi untuk memanggil yang lain untuk sarapan.

*****

Reina memasuki kamar dengan detak jantung yang tidak karuan. Reina melangkah menghampiri tasnya yang ada di pojok kamar.

"Hah martabak? Perasaan gue nggak bawa makanan ini deh. Au ah makan aja." Tanpa rasa curiga Reina langsung melahap martabak didalam tasnya.

Baru setengah potong martabak yang Reina makan, ia sudah merasakan gatal di lidahnya. Ia segera menuju kamar mandi untuk memuntahkan isi diperutnya.

Karna letak toilet dan ruang makan yang bersebelahan jadi Devano dan yang lain melihat Reina yang berlari menuju toilet. Devano langsung mengikuti Reina ke toilet. Dapat Devano lihat Reina sedang muntah-muntah. Tanpa rasa jijik Ia menghampiri Reina dan memijat tengkuk Reina.

"Kamu kenapa Rei?" Tanya Devano

"Hiks aku tadi makan martabak keju yang banyak susu vanilanya hiks. Lidah aku gatal Dev. Perut aku juga sakit hiks." Ujar Reina

"Kamu dapat martabak dari mana Rei? Kenapa kamu makan itu tanpa bilang aku?" Sangat jelas bahwa sekarang Devano sedang khawatir.

"Aku tadi liat martabak di dalam tas aku. Aku langsung makan martabak itu tanpa liat itu martabak apa hiks." Devano memeluk tubuh Reina dengan erat

"Udah jangan nangis. Sekarang kamu sarapan dulu yah." Pinta Devano yang dijawab Reina hanya dengan gelengan kepala

"Yaudah kalau kamu nggak mau sarapan kamu istirahat dikamar." Devano menggendong Reina dengan gaya bridal style.

"Aku nanti disini aja yah jagain kamu."

"Nggak usah Devan, aku udah besar. Aku bisa sendiri lagian ini juga villa punya kak Arya aman ko."

"Tap__"

"Kan kamu yang ajak mereka, masa kamu nggak ikut. Udah sana ke pantai sama yang lain. Aku tunggu disini aja."

"Yaudah kamu hati hati disini yh. Aku pergi dulu."



Jangan lupa vote dan komen part ini 💙

REINA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang