7. Maaf

265 13 0
                                    

Arya memasuki kelas 11 IPA 2 bersama Andra. Mereka melihat sudah ada Devano yang duduk di kursinya bersama Reza dan Revan.

"Lo kemaren kemana?" Sergas Arya

"Gue kemaren dirumah Wulan lah." Santai Devano

" Lo enak banget yah istirahat dirumah sahabat Lo itu." Arya mulai tersulut emosi

"Maksud Lo apa sih Ar?" Tanya Reza yang tidak paham dengan apa yang dibicarakan

"Kemaren kenapa Lo nggak nganterin Reina pulang anjing!!" Bukannya menjawab pertanyaan Reza. Arya malah menarik kerah baju Devano

Devano terdiam sebentar "Gue lupa." Jawab enteng Devano.

Bugh
Bugh
Bugh

Devano mendapatkan tiga tinjuan tepat diwajah dari Arya tapi Devano sama sekali tidak membalas pukulan dari Arya itu.

Andra,Reza dan Revan mencoba melerai mereka. Andra dan Reza memegang kedua tangan Arya. Sedangkan Revan membantu Devano untuk bangkit.

"Kita bisa bicarakan ini baik baik, ayo ke rooftop" Andra memberi nasihat kepada Arya. Karena semua penghuni kelas kini memperhatikan mereka. Mereka berlima akhirnya membolos dan menuju ke rooftop untuk menyelesaikan masalah ini.

"Aduh ko mukanya pada tegang semua sih, rileks aja lah." Reza mencoba mencairkan suasana yang terasa tegang

"Ayo dah main tik tok dulu biar nggak tegang." Saran Revan mulai membuka aplikasi tik tok.

" Za sini deh, ini kayaknya gampang, ayo kita coba." Heboh Revan

"Nah iya ini gampang banget. Gue yang ngomong gelay yah. Lo yang pegang lengan gue"

" Satu dua tiga mulai." Titah Revan

"Hai kalian nungguin aku nggak. Ih nggak suka, gelay." Mereka  berdua tertawa terbahak bahak dan bodohnya lagi mereka mengulang kembali video yang baru saja dibuat itu.

Sebuah botol melayang mengenai kepala Reza. Revan yang melihat itu pun tertawa semakin keras.

"Diem bego." Andra geram dengan tingkah laku keduanya

"Lo kenapa bisa marah ke Devano." Tanya Andra ke Arya

" Karena kemaren gue nggak nganterin Reina pulang." Bukan Arya yang menjawab melainkan Devano

"Lo udah bilang mau nganterin Reina pulang. Reina udah nungguin Lo sampai hampir Maghrib. Dia nunggu Lo sekitar dua jam setengah anjing." Emosi Arya kembali meledak

"Gue lupa. Kemaren gue nganter Wulan pulang terus gue disuruh nemenin dia sampe orang tuanya pulang. Dan orang tuanya Wulan itu pulang jam 10.00 malam. Setelah itu gue langsung pulang dan gue bener-bener  lupa buat nganter Reina." Jelas Devano panjang lebar

" Buat ngasih kabar lewat handphone nggak bisa gitu? Hah?!!"

"Handphone gue mati." Devano masih dengan wajah datarnya seperti tidak melakukan kesalahan

"Banyak alasan Lo anjir." Arya melangkah menuju Devano

"Udah anjir jangan baku hantam terus. Sekarang mending kalian maaf-maafan." Ajak Revan yang dari tadi mendengarkan perdebatan keduanya.

"Gue nggak akan maafin dia sebelum dia minta maaf ke Reina." Tolak Arya tidak terima

"Iya ntar gue minta maaf sama dia. Ribet banget Lo." Remeh Devano dengan menatap sinis Arya.

"Gue nggak percaya sama ucapan Lo itu"

" Gue udah suruh Reina kesini nanti istirahat pertama. Lo semua nunggu disini aja."

*****

Saat bel istirahat berbunyi Reina langsung pergi menuju rooftop. Ia sangat malas jika ia telat maka dapat dipastikan Devano akan mengoceh.

Reina membuka pintu rooftop secara perlahan. Disana Reina dapat melihat kalau tidak hanya ada Devano. Tetapi ada juga Arya, Andra, Reza dan Revan.

"Kak." Panggil Reina. Sontak semua memandang Reina.

"Sini Rei" Arya dan Devano mengucapkan kata yang sama dan dalam waktu yang sama pula. Mereka berdua saling tatap sebentar dan langsung mengalihkan pandangannya

"Rei gue mau minta maaf kemaren gue nggak jadi ngantar Lo pulang." To the point Devano.

"Oh itu, iya kak. Kak Devano nggak salah ko, mungkin kakak lagi ada urusan." Spontan Reina

"Gue udah minta maaf sama Reina. Sekarang nggak ada masalah kan?"

"Lo semua pergi dari sini." Mereka semua melangkah keluar dari rooftop.

"Kecuali Lo Reina.Meisya.Salsabila." Devano menekan nama Reina. Seketika Reina langsung terdiam.

"Sini duduk Lo." Reina menuruti ucapan Devano.

"Sekarang hari terakhir Lo jadi babu gue. Hari-hari berikutnya Lo cuma jadi pacar gue tanpa ada kata babu lagi." Reina langsung menatap wajah indah Devano.

" Gue nanti mau ke mall nanti. Dan Lo harus ikut. Ini tugas terakhir Lo jadi babu gue." Lanjut Devano

"Tapi gue belum izin mama sama abang gue kak."

"Gue udah minta izin ke mereka." Reina hanya menganggukkan kepala

"Oh iya sekarang kakak pengin makan apa biar gue yang pesenin."

"Lo sekarang bawa bekal kan? Gue pengin makan bekal Lo" pinta Devano

Belum sempat Reina berbicara, Devano sudah menyuruh Reina untuk mengambil makanan. Reina berjalan menuju kelas untuk mengambil bekalnya.

"Huh ini kak bekalnya." Reina ngos-ngosan dan memberikan kotak bekalnya ke Devano

"Lo kenapa?"

"Tadi gue nabrak guru kak. Terus gurunya ngejar gue lagi." Jelasnya

"Suapin gue Rein." Pinta Devano mengembalikan kotak bekal yang ada ditangannya ke Reina.

"Hah?"

"Suapin Reina." Ulangnya

Reina dengan telaten menyuapi Devano. Reina terdiam memandangi wajah Devano yang sedang mengunyah makanan.

"Rei. Hey Rei ." Devano melambaikan tangannya didepan wajah Reina

"Ah iya kenapa kak."

"Mana minumnya. Gue haus nih."

"Astagfirullah maaf kak gue lupa bawa. Bentar gue ambil dulu." Reina berdiri dan akan melangkahkan kakinya keluar rooftop.

"Nggak usah turun. Itu ambil aja di lemari pojok." Tunjuk Devano

Reina menuju lemari yang terdapat di pojok rooftop. Dan memberikan minumnya ke Devano. Terlihat jakunnya yang naik turun terlihat menggoda.

"Ini kak bekalnya masih ada setengah. Buka mulutnya" ucap Reina

"Gue udah kenyang. Lo yang belum makan. Sini kotak bekalnya." Devano merebut kotak bekal Reina.

"Buka mulut Lo." Devano mulai menyuapi Reina. Akhirnya setengah bekal itu dihabiskan Reina.

" Sana Lo balik ke kelas. Jangan lupa ntar pulang sekolah gue tunggu di halte depan sekolah."

"Iya kak." Reina melangkah meninggalkan Devano

REINA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang