18. Ujian

131 4 0
                                    

"ko kita nggak satu ruangan sih Rei. Gimana gue nyonteknya astaga." Pekik heboh Alya saat melihat daftar barisan tempat duduk saat ujian yang tertempel di mading.

Reina melaksanakan ujian di ruangan dua bersama Lina. Sedangkan Elisa dan Alya di ruang satu. Tatapan Reina tertuju pada nama-nama yang akan menempati ruangan tiga. Disana terdapat nama Devano. Yang berarti ruangan mereka akan bersebelahan.

"By, ruangan kita bersebelahan." Reina terkejut karena tiba-tiba ada yang memeluk tubuhnya dari belakang.

"Kenapa?" Devano memiringkan kepalanya melihat wajah Reina dengan sangat dekat.

"Kamu bikin kaget tau nggak."

"Hehe maaf aku kangen kamu tau. Kenapa tadi berangkat sendiri?"

"Aku cuma mau berangkat sendiri aja"

"Lain kali biar aku yang jemput kamu yah." Reina hanya mengangguk

"Kamu duduk sama cowok Rei. Kamu nggak apa-apa?" Tanya Devano

"Hmm nggak apa-apa sih tapi lumayan takut."

"Yaudah aku pindah ke ruangan kamu aja yah biar bisa duduk bareng kamu."

"Hah? jangan. Ntar kalau ada apa-apa aku bilang ke kamu kok. Kamu nggk perlu pindah ruangan"

"Yaudah aku ke ruangan aku dulu." Lagi-lagi Reina hanya mengangguk

*****

Ternyata yang duduk bersama Reina itu adalah Erga. Cowo yang dikenal dengan sifat ugal-ugalannya. Bahkan saat berada disekolah dia memakai anting.

Erga menatap badan Reina dari bawah sampai atas. Reina yang merasakan Erga memperhatikannya menggeser kursinya sedikit menjauh.

"Kenapa jauh-jauh? Sini deketan kenapa sih?" Erga menarik kursi Reina supaya lebih dekat dengan dirinya.

"Kak jangan deket-deket." Reina hanya bisa menunduk ia tidak berani untuk melihat Erga.

"Lo takut sama gue?" Tanya Erga. Reina hanya diam tidak mau membalas pertanyaan Erga.

Waktu ujian terus berlanjut. Tangan Erga tidak henti-hentinya bergerak di atas tangan Reina. Awalnya Reina menolak, tapi saat dirinya menolak tangan Erga malah bergerak menjadi diatas paha Reina.

"Kak lepasin tangan gue. Udah selesai ujiannya." Reina mencoba melepas tangan Erga tapi Erga semakin mengeratkan

"Rei ayo belajar di perpustakaan." Mendengar ada yang memanggil Reina. Erga segera melepas tangan Reina.

"Ayo Lin, gue juga mau kesana nih." Reina berlari keluar kelas menyusul Lina. Sebenarnya Lina sudah melihat kelakuan Erga sejak mulai ujian tapi dirinya memilih untuk diam terlebih dahulu.

Jam ujian kedua pun tangan Erga masih sama seperti waktu sebelumnya. Bahkan Erga tanpa takutnya memegang tangan Reina diatas meja. Hampir semua yang berada diruang itu melihat ke arah Reina dan Erga.

"Rei ke kantin yuk." Ajak Lina

"Alya sama Elisa mana ko nggak ada diruang?"Reina menatap kedalam ruangan satu.

"Mereka langsung pulang tadi. Kita berdua aja yang kekantin."

"Lo mau makan apa Rei biar gue yang pesan aja."

"Gue siomay aja deh sama es teh."

"Rei Lo kenapa tadi nggak ngelawan saat Erga pegang tangan Lo?" Reina berhenti memakan siomaynya dan menatap Lina.

"Gue udah coba Lin, tapi saat gue ngelawan dia malah pegang-pegang paha gue. Dia tatap gue tajam banget, dia juga ancam gue kalau gue ngelawan dia bakal buat yang lebih dari sekedar pegang tangan gue." Jelas Reina

"Siapa yang pegang tangan kamu by?" Seseorang dibelakang Reina bertanya

"Gue udah selesai makan nih, gue pulang dulu Rei." Lina berlari meninggalkan Reina dan Devano.

"Sayang, siapa yang pegang tangan kamu hm?" Ulang devano

"Hmm Erga." Reina menunduk

"Erga Dellion?" Tanya Devano

"Iya, dia yang duduk disamping aku."

"Selain tangan, apalagi yang dia pegang?"

"Dia pegang paha aku." Mata Reina mulai berkaca-kaca mengingat kejadian tadi.

Devano melihat Reina akan menagis segera mengecup kedua mata Reina,Ia juga mengusap tangan Reina.

"Udah nggak ada bekas tangan dia ditubuh kamu. Jangan takut lagi" laki laki itu memeluk pacarnya dengan penuh kasih sayang.

"Besok biar aku aja yang duduk sama kamu. Jangan bantah."Reina hanya mengangguk

*****

"Anjing sakit banget.Gue dimana nih?" Tanya Erga pada dirinya sendiri. Dapat ia rasakan tubuhnya terikat kuat disebuah kursi usang. Tidak ada cahaya sedikitpun yang bisa Erga lihat.

"Si bajingan udah bangun." Ucap seseorang di dalam kegelapan.

"Lo siapa anjir tunjukkin muka Lo itu jangan jadi pengecut bangsat." Teriak Erga.

Tak

Tiba tiba ruangan yang tadinya gelap sekarang terang karna lampu yang dinyalakan. Erga terkejut melihat orang yang baru saja ia teriaki.

"Kenapa Lo? Takut? Cih yang pengecut itu Lo Erga!!" Geram Devano.

"Lo kenapa bawa gue kesini anjing. Gue punya salah apa?!!"

"Lo masih tanya apa salah Lo? Gila Lo?!!"

"Lo udah buat pacar gue takut anjing." Devano memberi bogeman diwajah Erga yang sudah babak belur itu. Karena sebelum membawa Erga keruangan khusus miliknya ia sempat memukul wajah Erga berkali-kali.

Devano mengeluarkan pisau lipat yang ia bawa di dalam saku celananya. Ia mengarahkan pisau itu ke tangan Erga.

"Tangan ini yang udah berani-beraninya sentuh milik gue." Laki laki itu menggoreskan pisau miliknya ke telapak tangan Erga lalu naik ke lengannya.

"Arrrghh sakit anjir. Gue nggak tau siapa pacar Lo Dev." Kilah Erga

"Reina. Cewe yang duduk disebelah Lo waktu ujian tadi. Dia pacar gue."

"Lo pegang paha dia dengan tangan kotor Lo. Jadi gue akan balas dengan pisau kesayangan gue ini. Lo termasuk orang yang beruntung karena bisa merasakan pisau yang spesial ini."

Cruk
Cruk
Cruk
Cruk

Empat tusukan mendarat mulus dikedua paha milik Erga. Darah langsung tersembur keluar bahkan sampai mengenai baju Devano.

"Mulut nggak berguna milik Lo udah ancam pacar gue." Seru Devano sedikit merobek mulut Erga yang sedari tadi terus berteriak.

"Mata jelek Lo ini udah berani tatap cewe gue. Dan buat pacar gue takut." Lanjut Devano menggoreskan tipis pisau itu di kedua kelopak mata Erga yang tertutup, terlihat huruf X di sana dan mulai mengeluarkan darah.

"Gue beneran nggak tau kalau dia pacar Lo Dev. Tolong maafin gue. Gue janji nggak akan ulangi itu lagi." Pinta Erga saat pisau Devano bergerak ke pipi kirinya.

"Gue nggak bisa percaya sama omongan sampah dari mulut Lo itu."

"Lo bisa percaya sama gue Dev. Gue janji akan jagain Reina. Gue akan lakuin apapun perintah dari Reina."

"Kalau Lo nggak tepati janji Lo, gue ambil jantung Lo gimana?"

" Gue pasti akan tepati janji gue Dev. Percaya sama gue."

"Oke. Sekarang Lo bisa bebas dari gue. Tapi Lo udah bukan siswa SMA Reditama karna gue udah minta bokap gue buat ngeluarin Lo."

" Waktunya Lo tidur lagi Erga." Ujar Devano menyeringai lebar, terlihat sangat mengerikan bahkan sampai membuat laki-laki yang disebut ugal-ugalan itu ketakutan.

Devano memukul beberapa kali di tubuh Erga menggunakan tongkat bisbol hingga pingsang. Lalu Ia memerintahkan pengawalnya untuk membawa Erga pulang ke kediamannya.

Jangan lupa vote dan komen part ini 💙

REINA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang