"Hiks ALDEBARAN TOLONGIN GUE" Teriak Reina dengan tangan yang sudah mulai pegal karena sendari tadi ia berpegangan pada batu dan ia belum juga bisa naik.
"Hiks gue udah nggak kuat lagi hiks. Siapa pun tolongin gue hiks." Ujar parau Reina, tangan kirinya sudah tidak kuat lagi untuk bertahan jadi sekarang hanya ada tangan kanan yang mencoba untuk tetap bertahan.
Seseorang berlari menghampiri Reina dan menarik tangannya hingga Reina berhasil naik kembali ke atas bukit. Lalu langsung memeluk tubuh Reina setelah berhasil naik ke atas kebukit.
"Hiks Al gue takut." Orang yang menolong Reina adalah Aldebaran.
"Hust tenang Rei, ada gue disini. Maafin gue, lagi-lagi gue telat dateng buat selamatin Lo." Sahut Aldebaran tidak kalah erat memeluk tubuh Reina.
Setelah merasa Reina sudah tenang, Aldebaran melepas pelukannya dan meraup wajah Reina lalu menatapnya.
"Sekarang kita obati luka Lo dulu ya Rei .Naik kepunggung gue Rei." Perintah Aldebaran dan Reina langsung naik ke punggungnya
"Bu tolong obati luka Reina, darahnya udah banyak yang keluar dari tadi." Ujar Aldebaran saat memasuki tenda kesehatan.
"Kenapa bisa begini Al?" Tanya Bu Fani mendekati Reina dan Aldebaran diikuti beberapa siswa siswi dibelakangnya.
Aldebaran mengedarkan pandangannya dan menemukan Devano yang sedang duduk bersama Clara di salah satu brangkar yang terletak tidak jauh darinya.
"Tadi ada yang dorong Reina di pinggir bukit Bu. Dan dia pergi begitu saja tanpa mau menolong Reina." Jawab Aldebaran sengaja mengeraskan suaranya supaya Devano bisa mendengarnya,lalu ia mundur memberikan ruang untuk Bu Fani mengobati Reina.
"Saya akan obatin dia. Kamu lebih baik duduk terlebih dahulu dan tenangin diri kamu." Sahut Bu Fani lalu mulai mengobati luka di tubuh Reina mulai dari telapak tangan hingga kaki yang banyak mengeluarkan darah.
Devano yang melihat Reina terbaring lemas disana dan mendengar penjelasan Aldebaran seketika terdiam. Tapi itu tidak berlangsung lama karena tiba-tiba kerah baju yang ia pakai ditarik Aldebaran keluar dari tenda kesehatan.
Bugh!!
Satu pukulan mendarat diwajah Devano"Lo kenapa dorong dia bang?!" Bentak Aldebaran
"Gue dorong dia pelan, dianya aja yang lemah." Cibir Devano menatap remeh Aldebaran
"Bukan dia yang lemah bego!! Lo yang nggak tau tempat dan suasana tadi. Kalian ada ditepi bukit dan Lo dorong dia! Dia masih syok setelah Lo jadian sama Clara dan apa Lo nggak ingat kalimat yang Lo keluarkan untuk Reina? Lo nggak mikir dengan kalimat itu bisa membuat Reina down seketika bang? Dan Setelah Lo dorong dia tanpa merasa bersalah Lo pergi begitu aja tanpa memperdulikan teriakan Reina! Bener-bener bodoh banget Lo bang"
"Lo siapa hah? Berani-beraninya ngatur hidup gue? Dan kenapa Lo yang ribet, ini urusan gue sama Reina jadi Lo jangan ikut campur."
"Gue sepupu Lo dan gue sahabat dia!! Urusan dia juga termasuk urusan gue. Karena sekarang Lo udah putus sama dia, jadi jangan pernah deketin dia lagi mulai sekarang!" Ujar Aldebaran
"Gue juga nggak akan deketin cewe murahan kayak dia. Gue udah punya pacar yang jauh lebih baik daripada dia." Sahut Devano lalu pergi meninggalkan Aldebaran yang masih emosi.
Karena Devano meninggalkan dirinya, Aldebaran memutuskan untuk kembali masuk kedalam tenda kesehatan. Ternyata Reina sudah selesai diobati apakah dirinya terlalu lama berdebat dengan Devano atau memang Reina diobati dengan cepat.
"Rei Lo tidur disini aja jangan kemana-mana dulu." Ujar Aldebaran mendekati Reina
"Tapi nanti barang-barang gue yang disana hilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
REINA (END)
Teen FictionBagaimana pendapat kalian jika mantan kalian mengajak balikan? Terima?tapi takut kembali tersakiti Tolak? Tapi masih ada rasa sayang dihati Memilih untuk menjadi teman saja? Seperti orang tidak dikenal saja susah melupakan kenangan apalagi kalau men...