47. Salah

156 5 0
                                    

"Kev-vin. Tolong" ucap Reina sedikit bergetar. Kedua tangannya ia gunakan untuk mencabut pisau yang masih menancap di perutnya.

Mengerti bahwa perempuan dihadapannya akan melepas pisau tersebut. Laki-laki misterius itu malah mendorong pisau itu semakin dalam.

Seketika Reina langsung memuntahkan darah segar dari mulutnya. Tidak semua darah langsung jatuh ke pasir pantai, sebagian darah masih mengalir melalui dagu hingga mengenai bajunya yang sudah memerah dibagikan perut.

"Dasar bajingan!!" Teriak Kevin berlari menghampiri orang yang dengan beraninya menusuk Reina setelah berhasil menghabisi orang satunya lagi.

Kevin memukul orang itu hingga terjatuh lalu ia menduduki tubuh si pria lalu mulai memberi bogeman dengan membabi buta. Wajahnya sudah merah bahkan matanya sudah berkaca kaca.

Bugh
Bugh
Bugh

Pukulan terus Kevin layangkan kepada pria yang kini berada di bawahnya.

"Lo kenapa tusuk sahabat gue bangsat?!!" Bentak Kevin masih terus mem-bogemnya. Bahkan wajah laki-laki tersebut sudah babak belur dan juga mengeluarkan darah.

"Khuk Kevin udah." Lirih Reina sambil memegangi perutnya yang tertusuk tadi. Walaupun ia sudah menutup lubang dari tusukan pisau, namun tetap saja masih banyak darah yang sudah keluar.

Kevin tersadar setelah mendengar suara Reina,lalu bergegas menghampiri Reina yang sudah terduduk lemas.

"Rei bertahan Rei. Rei harus kuat hiks,jangan nangis." Seru Kevin lalu langsung menggendong Reina

"Dasar bodoh. Bukan gue yang nangis tapi Lo." Kekeh Reina menatap wajah Kevin yang sudah basah karena keringat dan air mata

"Tapi ini sakit banget Vin. Lebih sakit daripada kejadian di bukit waktu itu. Apa gue bisa bertahan? Ap__" ucap Reina menggenggam erat bahu Kevin dan menggigit bibir bawahnya mencoba menahan rasa sakitnya.

"Rei jangan ngomong kayak gitu. Rei pasti kuat. Rei harus bertahan. Rei nggak boleh pergi" Potong Kevin dengan suaranya terdengar sangat bergetar. Ia masih terus berlari dengan menggendong Reina.

Semua pengunjung pantai yang berada dekat dari tempat kejadian, langsung mengerubungi kedua laki-laki yang sudah hilang setengah kesadarannya. Lalu mereka membawa kedua orang tersebut menuju ke kantor polisi.

Kevin kini sudah tidak peduli dengan kedua orang asing yang mencoba menyakiti teman Reina yang berujung malah menusuk Reina. Dipikirannya sekarang hanya ada keselamatan Reina,apa yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan Reina.

Ia teringat wajah galak Reina saat marah, wajah manis Reina saat tersenyum dan wajah imut Reina saat kesal, semua wajah yang selalu membuat Kevin bahagia kini tergantikan dengan raut wajah yang sedang menahan kesakitan.

Sesampainya dimobil milik Aldebaran, Kevin menurunkan Reina di kursi belakang lalu ia membuka bagasi mobil itu namun Kevin kembali menutupnya dengan sangat kasar. Ia berlari ke kursi kemudi dan langsung menginjak pedal gas berniat pergi ke rumah sakit terdekat. Matanya memerah, bahkan beberapa kali Kevin masih meneteskan air matanya dan memandang Reina lewat kaca yang ada dimobil Aldebaran.

Kevin melepas bajunya yang berwarna biru cerah yang sudah ada sedikit bercak darah milik Reina, lalu ia memberikan baju itu kepada Reina. Sedangkan ia hanya memakai kaos berwarna putih.

"Rei tutup perut Rei pakai baju Kevin sekarang." Seru Kevin dengan pandangan lurus ke jalan

"M-ma-kasih kev-vin"

"Darahnya keluar terus Rei. Kevin harus gimana? Rumah sakit yang ada di dekat sini lumayan jauh, butuh waktu sekitar 30 menit Rei. Kalau Rei kenapa-napa Kevin sedih. Rei masih kuat kan?"

REINA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang