"Gue punya satu rahasia paling gue benci.Gue itu....." Reina terdiam sesaat lalu menunduk "pernah dilecehkan" lanjutnya
"HAH?!!" Pekik Kevin dan Aldebaran bersamaan
"Kalian boleh jauhin gue mulai sekarang." Lirih Reina
"Gue emang cewe bodoh yang nggak bisa melawan saat dilecehkan. Gue bahkan benci diri gue sendiri, apalagi orang lain hiks." Reina mulai terisak kembali sedangkan tangannya mencengkram erat bajunya.
"Tunggu dulu Rei. Jangan nangis, Lo ceritain semua apa yang Lo rasaain, Lo cerita masa lalu yang selalu mengganggu pikiran Lo. Jangan buat kita salah paham ya? Bisa ceritain semuanya dulu kan?" seru Kevin dengan lembut lalu merangkul pundak Reina.
"Kita akan selalu ada buat Lo Rei. Gue percaya Lo itu anak baik baik." Lanjut Aldebaran ikut merangkul pundak Reina.
"Kalian nggak benci gue? Kalian nggak jijik sama cewe yang udah pernah dilecehkan? Hiks kalian ngga__"
"Kita nggak akan pernah benci Lo." Potong Kevin
"Kita nggak akan jijik sama Lo Rei. Harus berapa kali gue bilang kita selalu ada buat Lo."
"Gue percaya sama kalian, gue mau berbagi cerita sama kalian. Kalian masih mau dengerin gue kan?" Tanya Reina diangguki kedua sahabatnya
"Dulu waktu gue umur sekitar empat tahun. Gue pernah dilecehkan sama tetangga gue hiks. Saat itu gue disuruh mama buat samperin bang Rey yang lagi main dilapangan, mama bilang bang Rey harus pulang dan gue udah sampaikan pesan mama ke bang Rey. Tapi bang Rey masih tetap mau disana sedangkan gue langsung mau pulang setelah itu." Reina berhenti sejenak lalu mengambil napas dalam dalam dan menghembuskannya.
"Gue nggak tau kalau ada temen bang Rey, dia itu tetangga gue. Dia ternyata ngikutin gue dibelakang. Saat gue lewat rumah dia, tiba-tiba dia tarik tangan gue masuk rumah dia hiks."
"Dia bilang, kalau dia mau 'main' sama gue, Lo bisa bayangin kan apa yang ada dipikiran anak kecil umur empat tahun dengar kata 'main' berbeda jauh sama apa yang dipikir orang dewasa. Dan gue hanya diam ikutin dia yang narik tangan gue."
"Dia bawa gue ke kamarnya, terus tangan gue diikat di kasur, gue waktu itu udah berontak hiks, gue udah nangis-nangis hiks, gue udah teriak hiks tapi dia tutup mulut gue pakai baju dia hiks."
"Dan dia lakuin hal bejat ke diri gue hiks. Dia hiks dia renggut kesucian gue hiks. Kesucian gue hilang karena cowo bajingan seperti dia hiks. Gue benci dia hiks."
"COWO BRENGSEK ITU BUAT GUE DEPRESI. COWOK BAJINGAN ITU BUAT GUE STRESS!!" Teriak Reina sembari memukul-mukul dadanya
Tanpa sadar Kevin dan Aldebaran yang mendengar cerita masa lalu Reina ikut meneteskan air mata. Walau tidak sebanyak air mata Reina yang keluar.
"Gue takut Vin. Gue takut semua menjauhi gue Al. Gue takut gimana kalau gue jadi gila karena masa lalu itu? Gue takut, gue despresi sampai mati" Nada perkataan Reina terdengar melemah. Sebegitu besarnya dampak masa lalu buruk itu buat Reina.
"Pertama kali gue ingat itu, gue mimpi kejadian itu waktu gue kelas tujuh SMP, gue anggap itu cuma mimpi biasa. Tapi semenjak pertama kali gue mimpi kejadian itu, gue selalu teringat bahkan sampai terbawa mimpi terus sampai sekarang hiks."
"Akhirnya gue sadar bahwa kejadian itu bukan mimpi, itu kejadian nyata. Yang nggak pernah gue harapkan sama sekali."
"Sampai sekarang gue sering tiba-tiba kepikiran itu, gue bahkan sering banget mimpi itu Vin. Gue juga nggak berani dekat cowo yang belum gue kenal karena takut hal yang sama terjadi lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
REINA (END)
Teen FictionBagaimana pendapat kalian jika mantan kalian mengajak balikan? Terima?tapi takut kembali tersakiti Tolak? Tapi masih ada rasa sayang dihati Memilih untuk menjadi teman saja? Seperti orang tidak dikenal saja susah melupakan kenangan apalagi kalau men...