35. Clara

143 4 0
                                    

"Devan kamu ko dari tadi diem aja sih. Kenapa?" Tanya Reina

"Nggak apa apa." Jawab singkat Devano dengan pandangan masih lurus ke jalan menuju ke sekolah tempat mereka belajar.

"Oh iya tumben kamu bawa mobil, bukannya kamu lebih suka pakai motor?"

"Gue mau pakai mobil. Apa menurut lo itu salah?" Reina terdiam sesaat setelah mendengar ucapan Devano. Kenapa Devano menggunakan kata Lo-gue?

"Emm tadi kamu bilang apa?" Lirih Reina

"Ah itu maksudnya aku mau pakai mobil." Sigap Devano saat menyadari bahwa dirinya tidak menggunakan kata 'aku-kamu'. Reina hanya mengangguk. Keadaan hening tidak ada yang membuka suara sampai di parkiran sekolah.

"Kamu ke kelas sendiri ya. Aku ada urusan sama adik kelas buat bahas camping besok." Ujar Devano

"Hm iya. Aku kekelas duluan. Inget jangan bolos." Reina tersenyum manis ke arah Devano lalu meninggalkan area parkir.

"Rei semalem gue lihat Lo pulang sama kak Devano. Bener nggak? Ko guwe ditinggal sih." Ujar Elisa saat melihat Reina memasuki kelas.

"Hmm gue pulang sama dia. Dia marah dan dia tarik tangan gue jadi gue nggak bisa berhenti buat nungguin Lo." Sahut datar Reina, enatah kenapa menurutnya hari ini tidak menyenangkan sama sekali.

"Lah kenapa dia marah sama Lo?" Tanya Lina

Reina menceritakan semua yang terjadi waktu di club mulai dari dirinya disapa laki laki yang tidak ia kenali sampai keluar dari club.

"Bentar-bentar, ko kak Devano bisa tau kalau Lo ada di club?" Tanya Alya

"Lah iya juga, kak Devano tau dari siapa?perasaan kita nggak bilang ke Devano kan. Apa jangan-jangan Devano bisa baca pikiran orang? Terus dia baca pikiran Elisa yang mau ajak Reina ke club." Tebak Lina

"Diem woi itu Bu Rika udah masuk njir." Bisik Elisa

Disisi lain Devano sedang berada di gudang sekolah bersama adik kelasnya yang bernama Clara. Mereka berdua ditugaskan oleh kepala sekolah untuk menyiapkan keperluan untuk camping kelas sebelas.

"Kak tendanya yang dibutuhin semua ada berapa?" Tanya Clara saat memasuki gudang

" Satu tenda kan buat empat atau lima orang jadi kira-kira delapan puluh tenda sih." jawab Devano mendekat ke tempat tumpukan tumpukan tenda.

"Kita hitung aja dulu kak." Ujar Clara menghampiri Devano dan mencoba meraih tenda yang ada di paling atas dengan menaiki kursi. Setelah mendapatkan tendanya ia berniat turun namun karena kursinya yang tidak seimbang membuat ia akan jatuh.

Namun Clara tidak merasakan sakit pada punggungnya. Ia membuka matanya terkejut melihat wajah Devano yang sangat dekat dengan wajahnya. Ternyata tadi Devano dengan sigap menangkap tubuh Clara yang akan terjatuh.

"Ehm maaf kak." Clara berdiri dan sedikit menjauh dari Devano

"Iya nggakpapa, santai aja sama gue. Gue nggak bakalan makan Lo ko." Jawab Devano terkekeh melihat wajah merah Clara.

"Kak kita hitung tendanya sekarang? Tapi bel masuk udah bunyi."

"Iya. Kalau ditunda besok belum tentu kita bisa hitung tenda ini bareng." Devano mengusap rambut Clara dan mulai menghitung tenda tenda yang ada di gudang.

Perlakuan sederhana dari Devano mampu membuat Clara baper. Padahal Devano terkenal dengan sifat dinginnya kenapa saat bersama dirinya tidak sedingin yang orang-orang bicarakan? Clara tidak sadar sendari tadi Devano menatap dirinya yang tengah tersenyum-senyum

REINA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang