58. Alasan

185 10 0
                                    

"kalian mau ngapain?" Suara Reina bergetar karena Alya mulai mendekat dan membawa sebuah pisau.

"Gue cuma mau main main sama bitch. Dan disini yang bitch itu Lo." Balas Alya lalu menggoreskan pisau itu ke paha Reina dan itu lumayan dalam sehingga membuat Reina meringis kesakitan.

"Arrrhh sakit Ya. Lo kenapa jadi gini sih?!"

Sreet

Satu goresan Reina dapatkan lagi, bukan dari Alya melainkan dari Lina menggunakan cutter.

"Hahaha ternyata main main sama cewe murahan itu menyenangkan." Seru Lina yang melihat Reina kembali menangis.

"Lo mau main pakai apa Sa? Pisau? Cutter?botol?paku? Atau cambuk?" Tanya Alya

Elisa tidak menjawab tapi tangannya bergerak mengambil sebuah botol kaca.

Brak

Satu pukulan mendarat di lengan atas Reina. Bahkan botol kaca itu sampai pecah.

Kini Alya lah yang akan melukai Reina, ia menggenggam sebuah paku berkarat lalu menusukkannya sembarang di tubuh Reina.

"Arrrghh Alya please berhenti, ini sakit hiks." Ujar Reina

"Oke gue berhenti lukai Lo pakai paku. Sekarang gue mau coba pakai lilin ini."

Alya mengambil sebuah lilin lalu menyalakan dan kembali mendekati Reina.

Tes

"Aaarrrrgghhhh" teriak Reina ketika tetesan lilin itu mendarat di luka bekas tusukan paku.

Tes
Tes
Tes

"Hahahaha dingin atau panas? Atau jangan-jangan Lo teriak keenakan karena gue tetesi lilin ini? Oke lah kalau begitu, semua tetesan lilin ini milik Lo." Pekik girang Alya meneteskan semua lilin yang berjumlah 5.

Tubuh Reina terasa kaku karena tetesan lilin itu sudah mengeras.

Air mata Reina terjun bebas melewati pipi karena rasa sakit dihati melihat orang yang berarti di hidupnya membenci dirinya dan sakit fisik karena terus dilukai.

Mereka semua tidak bercanda dalam melukai Reina. Ketiga temannya itu sangat menikmati kegiatan ini, mereka tidak memperdulikan teriakan-teriakan Reina, seakan-akan Reina adalah boneka yang tidak bisa merasakan sakit.

Tubuh Reina sudah penuh dengan goresa dan lebam biru mulai dari pundak hingga kaki bawahnya semuanya sudah penuh dengan darah yang mengalir.

Semua itu perbuatan ketiga sahabatnya. Masih bisakah Reina menyebut mereka sahabat?

Devano sendari tadi hanya terdiam melihat pacarnya disakiti. Ia duduk dikursi pojok ruangan itu, bahkan ia seperti sedang menonton film psychopath secara langsung.

"Hiks Devan tolongin aku hiks. Mereka hiks mereka jahat ke aku hiks." Ujar Reina karena merasa sudah tidak kuat lagi.

"Minggir Lo semua." Sentak Devano

"Hiks makasih Devan. Aku tau kamu pasti akan tolongin ak__"

Ctasssss

"Arrhh" teriak Reina. Ia salah, Devano bukan membantu mengurangi rasa sakit di tubuhnya, melainkan menambah rasa sakit Reina.

Devano kembali melayangkan cambuk ke tubuh Reina." De-ev-van ka-mu ken-na-napa?" Reina seperti tidak sanggup untuk mengeluarkan kata kata lagi.

"Gara gara Abang Lo. Gue kehilangan Devi!!"

Ctasssss

"Gara gara Abang Lo, gue sama Devi putus!!"

Ctasssss

REINA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang