40. Danau

125 4 0
                                    

Reina tidak ingin sahabatnya itu bertambah marah kepada dirinya, jadi ia memilih untuk meninggalkan tenda tersebut diikuti Aldebaran.

"Hiks kenapa mereka semua tinggalin gue hiks kenapa?!!" Teriak Reina dipinggiran bukit

"Brengsek. Gue benci Lo semua anjing!!" Lanjutnya masih terisak

Aldebaran yang sendari tadi mengikuti Reina hanya diam mengawasi Reina. Takut kalau Reina melakukan hal diluar dugaan. Ia memilih berdiam terlebih dahulu supaya Reina sedikit menghilangkan rasa kecewanya terhadap orang-orang tadi.

"Apa salah gue Al? Kenapa mereka semua jahat? Lo cuma nolongin gue, apa kalau ada yang nolong gue hiks itu salah? Apa gue termasuk bitch kalau ditolong?!" Reina memukul mukul dadanya dengan keras tapi tidak lama kemudian Aldebaran langsung memeluk Reina mencoba menenangkan Reina.

"Mereka cuma salah paham Rei. Lo sama sekali bukan cewe murahan atau bitch seperti yang mereka katakan." Ucap penenang Aldebaran

Reina melepas pelukan Aldebaran dan kembali membalikan badannya dan melangkah ketepi bukit.

"KEVIN GUE BUTUH LO. SEMUA TEMEN TEMEN GUE NGGAK ADA YANG PERCAYA SAMA GUE HIKS CUMA LO YANG BISA NGERTIIN POSISI GUE VIN. CUMA LO HIKS." Teriak Reina sekeras mungkin dan itu berhasil membuat Reina sedikit tenang.

"Al Lo mending sekarang balik ke tenda Lo. Gue mau sendiri disini." Ucap Reina menatap Aldebaran

"Tapi Rei gue nggak mungkin tinggalin Lo sendiri disini. Gue nggak mungkin tinggalin sahabat gue yang lagi sedih Rei."

"Please Al cuma malam ini aja tinggalin gue sendiri." Mohon Reina dengan nada lirih

"Oke gue akan kembali ke tenda gue. Tapi Lo jangan buat sesuatu yang aneh-aneh." Peringatan Aldebaran

"Siap pak bos" jawab Reina dengan senyum manisnya. Walaupun sudah tersenyum dapat Aldebaran lihat ada banyak rasa sakit dari mata Reina.

"Gue pergi dulu ya. Hati-hati dan jangan buat aneh-aneh." Ulang Aldebaran kembali memeluk tubuh Reina dengan erat.

"Iya Aldebaran Kenzo " sahut Reina dan Aldebaran perlahan pergi meninggalkan Reina di pinggir bukit yang terang karena bulan dan banyak bintang dilangit.

"Hiks Kevin gue butuh Lo sekarang." Reina mengambil handphonenya dan mencari nomor Kevin tapi ia berhenti melihat jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam

"Coba sekali aja nggak apa apa Rei." Guman Reina. Pertama kali mencoba menghubungi ternyata langsung diangkat oleh kevin.

'Assalamualaikum Rei. Kenapa malam-malam telpon? Kangen gue?' Mendengar suara Kevin membuat Reina kembali menangis

"Waalaikumsalam Vin"

'Hei Rei Lo kenapa? Lo nangis? Kenapa? Siapa yang buat Lo nangis disana?' Tanya beruntun Kevin yang terdengar sangat khawatir terhadap Reina

"Hiks mereka nggak ada yang peduli sama gue Vin. Mereka jahat hiks"

'Mereka siapa Rei? Siapa yang berani-beraninya buat sahabat gue ini nangis.'

"Sahabat gue,adik kelas gue,sama Devano mereka jahatin gue Kevin."

'Apa perlu gue samperin Lo kesana? Gue nggak bisa diem aja kalau sahabat gue ini disakitin orang bodoh seperti mereka.'

"Hiks nggak perlu Vin,Lo temenin gue lewat telpon ini udah cukup Vin."

'Tapi Rei gu-'

"Kevin denger suara Lo aja udah buat gue tenang."

'Hmm oke Lo pilih cerita sekarang atau besok secara langsung setelah Lo pulang camping?'

REINA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang