10. Fatur tertidur

10 4 0
                                    

Besoknya, Yasir pergi sekolah lebih pagi, bareng Qiya tentunya. Ia mengantar Qiya sampai warung depan, lalu pergi ke tempat nongkrong biasa, warung belakang sekolah.

Sampai di warung belakang, ia duduk di samping Bara yang sibuk dengan game online di ponselnya. "Heh!! Deketin si Qiya lagi gue pites lo kaya kutu, ngapaiiinnn anter-anter si Qiya balik kemarin maneh??" ancam Yasir dengan candaan.

Bara terkekeh dengan pandangan yang tetap mengarah ke layar ponsel, "tenang Cil, gak akan di sakitin kok" jawab Bara.

"Boong tah si Bara, biasa ngarayu supaya di restuan eta teh Cil.." ucap Riza mengompori.

Bara mengantongi ponselnya lalu menepuk bahu Yasir dengan tenang, "moal eeehh, percaya ka urang," (gak akan, percaya sama gue) kata Bara kepada Yasir berharap agar Yasir mau mempercayainya.

"Gak! Moal percaya urang," (gak akan percaya gue) ucap Yasir.

Bara mendengus, susah sekali meyakinkan Yasir kalau dia gak akan menyakiti Qiya. Bara beneran terpesona sama Qiya, mana mungkin disakiti. Tapi, bukankah semua cowok awalnya memang begitu? Nantinya ya sama saja.

"Kuy kelas, pelajaran Bu Ihat nihhh. Qiya mulu bahasannya," ajak Heri.

.......

Qiya merebahkan kepalanya di meja kantin, menunggu pesanannya. Perutnya sudah lapar sejak tadi. Rissa menatap Qiya dengan malas, "rebahan mulu kepala lo Qiy."

"Ya iyalah, kalo udah hobbi susah, Ris. Hahaha" jawab Qiya.

Sarah mendengus, "malu atuh sama kak Fatur tuh," yaa mereka berdua sudah tau, semalam Qiya bercerita via whatsapp

Qiya sontak menegakkan tubuhnya, lalu menoleh menatap meja pojok yang biasa di tempati Fatur dan teman-temannya. Rissa dan Sarah tertawa melihat ekspresi Qiya. Sekarang mereka tau kenapa Qiya sering terlihat pucat seperti mau pinsan, alasannya adalah Fatur. Qiya suka sakit mendadak melihat kakak kelasnya itu, jangankan melihat, sepertinya mendengar namanya saja Qiya suka degdeggan.

"Udah kali liatinnya, makanan lo dingin tuh," kata Sarah.

Qiya menoleh melihat makanan yang sudah tersaji di hadapannya. Langsung saja ia lahap, karena sudah tidak bisa lagi menahan lapar di perutnya, terlebih tenaganya juga terasa habis karena melihat Fatur, rasanya tulang-tulang di tubuh Qiya melembek. Oke alay, tapi begitulah..

"Kak Bara kegeeran deh, senyam senyum mulu. Padahal si Qiya liatinnya kak Fatur, kesian asli" ucap Rissa setelah menghabiskan batagornya.

Qiya acuh mendengar nama itu, bukannya benci, hanya tidak suka saja dengan cara Bara mendekatinya. Bukan tipe Qiya. Cewek memang begitu, gak suka dikejar, tapi suka dengan yang cuek. Katanya, yang cuek lebih menarik.

Setelah menghabiskan makanannya, Qiya bersama temannya tidak langsung kembali ke kelas, mereka santai-santai di kanting sambil gibah, biasaa cewek kalo belum gibah bibirnya suka sariawan, begitu kata Qiya.

Lagi nyaman-nyaman ngobrol, tiba-tiba ada Bara yang duduk di samping Qiya, seperti biasa Qiya sudah paham apa maksud Bara, pasti dia ingin mengajaknya pulang bersama dengan cara memaksa, sungguh kali ini Qiya sudah sangat bosan mendengar ajakan Bara.

"Apa kak? Mau nawarin pulang bareng? Gak bisa, gue mau kerja kelompok dulu sampe subuh!" Ucap Qiya sebelum Bara melontarkan ajakannya.

Bara tertawa, "siapa jugaa yang mau ngajak pulang bareng, gak boleh emang gue duduk disini? Kosong juga" kata Bara. Sebenarnya itu kalimat pembelaan diri, Bara merasa malu karena sudah tertolaj padahal belum mengucapkan apa-apa.

Qiya mendengus, "yaudah boleh," lalu ia beranjak meninggalkan tempat duduknya untuk kembali ke kelas. "Gue duluan ya kak" pamit Qiya.

"Laaahh.. ditinggal? Qiyaaa!!! Gue mau ngobrol loh ini!!!! Woyyy!!!" Teriak Bara memanggil Qiya yang berjalan menjauhi area kantin.

"Suliiiittt suliittt" gumamnya dengan lesu.

.......

Qiya sampai dirumah tepat waktu, ia tidak ada jadwal kerja kelompon hari ini, tadi itu hanya alasan bohong untuk menolak Bara. Saat memasuki area rumah, Qiya melihat dua motor terparkir di garasi. Qiya mengenal jelas motor siapa itu. Motor putih itu milih Bara, dan yang hitam motornya Fatur. Semoga mereka bermain di kamar kak Yasir, batin Qiya.

"Assalamu... a la i kum" Qiya menghela nafas ketika melihat Yasir dan teman temannya yang sedang bersantai diruang tamu. Bara langsung menegakkan tubuhnya saat melihat Qiya datang, tak lupa juga senyum manis yang langsung tercipta di wajahnya.

Qiya melihat Fatur yang sedang rebahan di sofa panjang sendirian, matanya terpejam dengan satu tangan yang diletakan di atas dahinya. Qiya tak kuasa menagan degup jantungnya saat melihat Fatur tertidur seperti itu. Cepat-cepat ia melangkah untuk meninggalkan ruang tamu. Tapi suara Bara menghentikan langkahnya,

"Katanya kerja kelompok Qiya?" Tanya Bara.

"Terserah gue, kerja kelompok atau ngga" jawab Qiya jutek, lalu melangkah memasuki kamarnya.

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang