44. Kemarahan Bara

6 4 0
                                    

Hari ini waktunya jumsih atau jumat bersih. Rutin dilaksanakan setiap bulan di hari jumat minggu terakhir bulan itu. Semua murid kerja bakti membersihkan seluruh area sekolah. Tidak semua murid sebenarnya, karena sebagian besarnya hanya berperan merecoki saja. Ada juga yang duduk berkelompok lalu ngobrol asal.

Jumat kali ini Qiya dipaksa bebersih karena teman kelasnya sudah sangat kesal setiap jumsih selalu saja Qiya dan teman-temannya tidak pernah ikut kerja bakti. Terkecuali Rena dan Imel. Dua sobat Qiya itu rajinnya bukan main.

"Iya iya siniin sapunya! Gue sapuin sampe ke tanah-tanahnya!" Kesal Qiya sambil merebut sapu dari tangan sekretaris kelas.

Tangannya mulai lihai menyapu lantai lorong kelas Qiya. Ia yang sedang kesal ditambah kesal lagi oleh Irham yang terus mengikuti langkahnya. Membuat Qiya sulit melakukan tugasnya.

"Awasss!!!!" Qiya mendorong pelan bahu Irham agar pergi dan tidak mengganggunya.

Irham tidak menggubrisnya, ia tetap mengikuti langkah-langkah Qiya dengan senyum terbaiknya. Udah kaya orang gak waras pokonya.

"IRHAM AWAS!" Bentak Qiya.

"Apaan sih sayang?"

"Sayang sayang pala lu botak! Bukannya bantuin!"

"Gue bantu doa aja,"

Qiya mendengus lalu memilih melanjutkan tugasnya walaupun tetap diganggu oleh Irham.

Tiba-tiba ia merasa kepalanya di tiup-tiup oleh Irham.

"Pendek banget sih, tuh segini aja ketiup ubun-ubunnya,"

Qiya mendongak menatap Irham yang jaraknya sangat dekat dengan wajahnya. Matanya menatap manik Irham dengan tajam. "Gue pukul ya pake sapu!"

"Ih beneran, tuh liat lo pendek banget cuma sebahu gue. Gemes,"

Bugh bugh

Gagang sapu itu akhirnya melayang ke pantat tepos Irham. Sang pelaku terus-menerus memukulnya tanpa rasa kasihan. Irham mencoba menghindar dengan mulut yang tak henti mengaduh kesakitan. Qiya tetap tidak peduli dan terus memukulinya tanpa ampun.

"Sakit sayaangg!! Gue aduin ke ibu nih nanti!!!" Ancam Irham.

"Bodo amat! Ibu bakal belain gue soalnya dia tau anaknya ini badung!!" Jawabnya tegas.

"Kekerasan ieu mah anjir! KDRT!! Aing laporkeun beneran yeuh!!" Irham berhasil merebut sapu ditangan Qiya, ia menatap gadis itu dengan nyalang dan mengancamnya lebih tegas.

"Aduin aja sana! Laporan gue nanti ke ibu bakal lebih bikin lo sengsara tau!"

"WOY!!! KERJA BAKTI BUKANNYA PACARAN!" Teriak salah satu teman kelas Qiya.

Kedua sejoli itu tidak berniat menjawab sama sekali, mereka malah terus menatap satu sama lain dengan tatapan penuh kesal.

"Pacaran periode kali ini gue gak mau toleransiin kekerasan lo lagi!! Sekali lo jahat gue cium sekali juga!"

"Periode periode. Lo pikir ini jabatan presiden?!" Balas Qiya.

Irham menghela nafas, "sayang, jangan galak-galak ya? Kasian dong sama pacarnya. Bukannya di sayang malah di pukulin,"

"Kalo lo gak ngeselin gak akan gue pukulin!" Sinisnya.

"IRHAM QIYA, SINI GAK KALIAN?! KERJA BAKTI JANGAN EMOSI!" Ucap Ajeng.

"Lo juga emosi itu, jeng" kata Rissa.

"Ya biarin lah!"

"Putus aja deh kalian. Pacaran sama gak pacaran sama aja, gak ada bedanya" sahut Rendi yang sedang duduk lesehan di lantai lorong.

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang