Qiya berjalan menuju meja makan untuk sarapan. Gadis itu sudah rapi dengan seragam sekolah dan tas gendong merah di punggungnya. Senyum manis terus terukir di bibir tipisnya, rasa senang menguasai gadis itu karena hari ini ia sudah di izinkan masuk sekolah kembali setelah sekitar 2 minggu meliburkan diri.
Bahunya masih belum pulih total tapi sudah beransur membaik karena rutin menjalani terapi. Walaupun belum leluasa menggerakkan tangan sebelah kirinya tapi semangat Qiya tidak luntur karena hal itu. Ia benar-benar bahagia karena bisa kembali sekolah dan bertemu dengan teman-temannya.
Masa PPL Yasir pun sudah tinggal sisa dua minggu, setelah itu mereka kembali ke sekolah dan belajar seperti biasa. Satu minggu masih masa mengajar, dan satu minggu lagi waktu mereka untuk mempersiapkan laporan dan presentasi hasil kerja mereka selama satu bulan di SD.
Setelah menghabiskan sarapannya, Qiya pergi ke depan rumah, memakai sepatu lalu berangkat di antar Ayahnya.
Qiya berjalan melewati lorong untuk sampai di kelas, dari jauh ia melihat Irham yang sedang bercanda dengan teman cowoknya di luar kelas, Qiya memelankan langkahnya ketika melihat sosok itu. Ia masih kepikiran tentang perdebatan sore itu, karena sejak saat itu Irham tidak ada menghubunginya sama sekali, biasanya setiap malam ponsel Qiya ramai dengan notifikasi pesan dari Irham, cowok gabut itu selalu mengirimnya pesan tidak penting hanya untuk menghubungi Qiya.
Sepertinya sejak sore itu Irham beneran marah kepadanya. Qiya merasa tidak enak tapi berusaha terlihat cuek. Ia juga masih ada rasa kesal terhadap cowok itu karena masih saja membahas alasan mereka putus, padahal Qiya rasa ia sudah cukup jelas menjelaskan alasannya.
"Oy!!! Udah masuk gak ngasih tau!" Ucap seseorang sambil menukul bahu kiri Qiya.
"Anjir!!!!!" Jerit Qiya kesakitan karena pukulan di bahunya cukup keras.
Qiya menoleh menatap pelaku dengan tatapan tajamnya. Terlihat Rissa yang meringis dan merasa bersalah kepada Qiya, "maaf maaf, gue lupa bahu lo belum sembuh,"
"Gila lo! Sakit bego!"
"Iya maaf! Seriusan lupa" ucap Rissa dengan lemas seakan ikut merasa ngilu di bahunya.
"Kok lo baru dateng? Tumben" tanya Qiya.
"Ngerjain PR dulu, lupa gue semalem"
Qiya kaget, "hah?! Ada PR? Kok gak ada yang ngasih tau gue? Jahat maraneh mah emang"
"Suruh siapa mau masuk gak ngasih tau"
"PR naon iihhh??!!!"
"MTK wajib"
"Duh!! Bu Widyaaaa... mampus!" Qiya berjalan cepat meninggalkan Rissa. Ia ingin segera menemui Rena untuk membantunya mengerjakan tugas. Bahasa kasarnya sih mau minta contekan ke Rena.
"Lo udah sembuh Qiy?" Tanya Irham ketika melihat Qiya berjalan dengan buru-buru masuk ke dalam kelas. Tapi Qiya hiraukan karena tujuannya sekarang hanya satu, bertemu Rena.
Irham mengikuti Qiya masuk ke dalam kelas, menghampiri Qiya tapi masih diam memperhatikan gadis itu mengambil buku dari dalam tasnya dengan terburu-buru.
"Ngapain sih?? Hati-hati bahu lo," tegur Irham.
"Minggir lo!"
Qiya menghampiri Rena yang sedang sibuk memainkan ponsel di bangkunya. "Ren!!! Mau liat PR MTK wajib dong!"
"Makanya kalo masuk kasih kabar biar di pap dari malem jawaban PR nya,"
"Ya maaf ih, mana liat buku lo?"
"Tuh udah di rebut sama yang lain dari tadi. Gue kirim ke lo deh foto jawabannya"
Ponsel di saku Qiya bergetar menandakan ada pesan yang masuk, foto jawaban tugas MTK wajib sudah masuk ke WA nya dari Rena. "Thanks sayangkuuuhhh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Seniors
Teen FictionGadis manis tapi jutek bernama Qiya, hatinya tertambat kepada seorang cowok cuek bernama Fatur. Namun perasaannya tidak semulus yang ia harapkan, ketika Qiya justru didekati oleh Bara yang merupakan sahabat dari Fatur. Tidak cukup sampai disitu. So...