8. Mau Curhat

33 5 0
                                    

"Wooyy!!! Nyaho teu? Aing ges aya kamajuan yeh ngadeketan si Qiya." (Tau gak? Gue udah ada kemajuan nih deketin si Qiya) Bara bercerita kepada teman-temannya dengan bersemangat. Ia bukannya tidak tahu kalau dikelas itu ada Yasir yang sedang bermain game bersama Fatur, tapi ia hanya pura-pura tidak tahu dan tidak peduli jika nanti Yasir akan marah karena ia tetap mendekati Qiya.

"Gaya pokonya lah.." sahut Aji.

"Ciillll !!! Yeuhh si Bara, Cill ngegas ngadekeran si Qiya!" Teriak Heri memancing baku hantam diantara Bara dan Yasir.

Sejak mendengar suara Bara tadi, Yasir memang sudah mendongak melihat ke arah Bara dengan kening berkerut. Merasa heran, bagaimana bisa Bara menyebut ada kemajuan dengan aksi PDKT nya kepada Qiya? Yasir masih ingat jelas bahwa Qiya curhat kepadanya mulai masuk SMA ia tidak akan merespon lelaki manapun yang mencoba mendekatinya, tentu saja dengan kata kecuali, yaitu Fatur.

"Ngaco lah Bar, mana bisa? Sekarang tuh adek gue gamau deket sama siapapun selain satu orang," ucap Yasir mencoba menyadarkan kehaluan Bara.

Bara berdecak mendengar ucapan Yasir, "eehh kakak ipar! Calon deh.. kemarin maneh teu nempo eta si Qiya balik jeng saha? Maneh teu nempo chat urang Cil?" Lo gak liat itu si Qiya pulang sama siapa? Lo galiat chat gue Cil?) tanya Bara.

"Bisa weh satu orang eta urang, heu?" Kata Bara dengan percaya diri.

"Halu!!!" Teriak kelima temannya. Inget ya kelima temannya, berarti Fatur juga ikut ngomong. Mendengar itu, otomatis Yasir mengangkat sebelah sudut bibirnya. menyeringai. Entah mengapa, ada sedikit rasa bahagia mendengar Fatur ikut menyahut, padahal bukan hal besar.

......

"Qiy, kemarin gue liat lo pulang sama kak Bara ya?? Cieee.." ledek Rissa pada jam istirahat, sekarang mereka sedang duduk santai di depan kelas sembari memakan es cream yang mereka beli dari kantin.

"Kepaksa lagian," jawab Qiya menyangkal ledekan Rissa.

"Btw, kemarin cewek cowok yang nyamperin lo itu siapa? Kaya anak SMA Negeri ya?" Tanya Rissa.

Sarah menoleh menatap Qiya yang duduk ditengah antara ia dan Rissa. "Iya tuh Qiy, siapa? Lo bar-bar banget ya ketemu mereka."

"Yang cewek tuh sahabat deket gue sejak SMP, yang cowok pacarnya."

"Ooohhh.... yang Ira Ira itu bukan? Gue sering liat nama WhatsApp nya di hp lo, hehe," tebak Rissa.

Qiya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian mereka diam menikmati es creamnya masing-masing. Pandangan ketiganya lurus menatap gedung SMP yang berhadapan dengan gedung SMA. Banyak murid SMP yang berlalu lalang, entah apa yang membuat pemandangan itu menarik sehingga mereka betah memandangnya.

Sarah beranjak untuk membuang stik es creamnya ke dalam tempat sampah. Setelah itu kembali duduk di samping Qiya. Sarah menyibukan dirinya dengan bermain ponsel, entah bermain game atau hanya melihat-lihat media sosial.

"Ehh.. gue kepo deh, gimana bisa sih lo mau dibonceng sama kak Bara? Lo kan kayaknya gak mau banget notice dia," tanya Rissa kembali membahas soal Bara.

"Palingan memanfaatkan kondisi si Qiya mah," timpal Sarah.

Qiya membenarkan ucapan sarah, kemudian ia menceritakan keterpaksaannya untuk dibonceng oleh Bara.

"Eum... gue mau curhat deh ke kalian, tapi janji jangan bocorin kesiapapun," kata Qiya setelah menyelesaikan ceritanya tentang Bara.

Permintaannya itu hanya sebuah pemanis kalimat untuk memulai curhatan. Karena pada nyatanya, Qiya yakin mulutnya sendiri yang akan memberitahu tentang perasaannya kepada semua teman-temannya, entah itu teman kelas atau teman yang akan Qiya kenal dari kelas lain nanti. Sekarang? Belum waktunya mungkin.

Me And SeniorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang